LAPTOP PAGI HARI

Mei 07, 2011 0 Comments A+ a-

Hiruk-pikuk semua penghuni kos di keheningan pagi. Langkah kaki mendekat ke arah pintu kamarku. Namaku dipanggil dengan kencang berulang, tak lupa gedoran keras di pintu. Aku tetap meringkuk karena udara pagi yang sedikit dingin. Gaduh yang telah membuyarkan alunan mimpi klasik di sajadah pagi. Mimpi tentang mimpi yang sekedar bunga tidur. Mungkin juga karena kekenyangan makan malam, kalimat yang selalu dikatakan bapaku ketika aku menceritakan mimpiku di pagi harinya. Dengan mimik bercanda tentunya. Seprei melorot entah ke mana. Mungkin lagi berpiknik ria di kedinginan lantai. “ah.. dia tak mau lari pagi” ada yang bersungut-sungut diluar. Suara tadi menghilang karena merasa tak ada tanggapan dariku.
Kucoba untuk kembali memejamkan mata berharap mimpi yang sama kembali mengukir di atas angan pada alam bawah sadarku. Sial, mimpi tak kunjung datang dan mata tak kunjung terpejam.rasanya tak bisa tidur lagi. Akupun duduk tanpa tahu harus bebrbuat apa. Tanpa sengaja mataku menangkap sebuah benda. “Riven… bangun!!! Ne laptop belom instal ne…” kalimat terlontar dari mulutku. Riven temanku tersebut cuma menanggapinya dengan gumaman yang tak jelas yang sulit kumengerti. Ia akhirnya terbangun juga, setelah kubangunkan dia untuk ketiga kalinya. Kamipun hanyut pada aktivitas tersebut. Memandang layar kosong laptop dan kemudian muncul dengan berbagai tulisan di latar hitamnya.
Cukup melelahkan pekerjaan tersebut. Bukan karena beratnya, tapi karena menunggu. Sehingga tepatlah kata orang, pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Lama di hadiahi rutinitas menunggu. Selesai juga akhirnya. Kini giliran aku yang pusing, bagaimana harus membuat style-nya agar kelihatan keren dan menarik. Aku menerka-nerka kira-kira warna apa yang ia sukai. Oh.. ya, sebelum terlanjur jauh aku ingin memperkenalkan dulu diriku.
Namaku Djho Izmail. Sekarang aku sedang menimba ilmu untuk masa depanku dan masa depan semua orang yang kucintai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat semester delapan. Teman-teman seangkatanku sedang melakukan KKN, bukan tindakan pidana tentunya tapi, KKN itu artinya kuliah Kerja Nyata. Aku belum KKN karena ada beberapa kendala akademik yang harus aku jalani. Yang tidur tadi namanya Riven Niron. Orangnya sedikit pendiam tapi, cewek-cewek pasti mati kutu dengan berbagai cara yang dilakukannya. Kali ini ia baru bolos dari lokasi KKN sehingga ia menginap di kostku.
Tentang pekerjaan yang kami lakukan tadi. Kami sebenarnya tidak pakar-pakar amat tentang dunia perkomputeran dan sejenisnya. Sebenarnya cuma banyak belajar dari orang lain dan kami berusaha untuk belajar dan berkreasi lebih banyak untuk menambah wawasan kami. Cuma sampai disitu prospek kami. Selebihnya mungkin hanya sedikit sombong di hadapan teman-teman yang kurang tahu (heheheee…). Kami baru melakukan pekerjaan tersebut untuk laptop gadis manis yang baru kami kenal tadi siang di kampus. Selebihnya aku tak tahu lagi tentang dirinya.
Kembali ke cerita selanjutnya. Semuanya telah rampung. Temanku Riven ada sedikit urusan yang ingin segera dilakukan sehingga ia memandatkan aku untuk mengembalikan laptop ke pemiliknya. Beberapa layar pesan singkat telah ia kirim untuk teman dari gadis pemilik laptop tersebut. Hasilnya kurang memuaskan. Tak ada akses yang bisa membuat kami bisa langsung berhubungan denganya lewat media elektronik termuthakir, fleksibel, ekonomis dan merakyat saat ini. Teman gadis itupun memberi kami jalan cerah dengan memberitahu duabelas digit nomor handphonenya. Riven langsung mengabarinya lewat pesan singkat.
Kesepakatan lewat pesan singkat kujalani. Setengah jam sudah aku duduk seorang diri memandangi lalu lalang mahasiswa, sambil menunggu pemilik laptop tersebut. Aku tak sabar hati dan menghadiahinya sebait kata-kata tak puitis lewat pesan singkat. Berselang kemudian deringan menjawabi pesanku. Aku sedikit lega sehingga lupa mengabarinya balik. Menit yang berlalu bersama deringan nokia 1200-ku. Aku sedikit ragu untuk menjawabi panggilan masuk karena berasal dari nomor yang tak tersimpan di phonebook telepon gengganku. Kuberanikan diri untuk meladeninya. Suara renyah dan tawa lepas membuat aku tersenyum sendiri dengan hp di telinga.
Gadis itu mendekat ke tempat aku menunggu. Aku berusaha sibuk dengan temanku yang baru saja bersamaku. Kurasakan dia sedikit tersipu dengan sikap malas tahuku, yang membuat dia sedikit ragu untuk mendekat. Kutengadakan kepala dan melihat ke arahnya tanpa seulas senyum untuk membuatku ramah. Gadis tadi memberanikan diri dan membuat aku tertawa juga. Gadis manis berkaca mata yang ceria. Begitulah kira-kira penilaian awalku. Mungkin juga salah, karena perempuan adalah misteri yang sulit dipecahkan sehingga sulit untuk dipahami. Obrolan membuat kami tertawa tanpa beban.
Aku lalu mengambalikan laptopnya. Tak disangka kertas putih segi empat dikeluarkan dari tasnya. Aku memahaminya dan menolak pemberian tersebut. Ia memaksaku dan aku menolaknya. Tak tahu kenapa aku kemudian mengalah juga, padahal aku tipe orang yang tak suka mengalah terhadap perempuan. Sebenarnya aku ingin bercerita banyak dengan dia bahkan sampai senja menjemput jika dia mau, tapi buku-buku dari perpustakaan memaksaku untuk mengakhiri niatku itu. Kamipun berlalu ke tujuan masing-masing dengan menumpang mikrolet yang sama. Tak banyak cerita yang bisa kuungkapkan karena mulut kami seolah dibungkam. Terdiam akan pikiran masing-masing.
Pesang singkat kulayangkan ke temanku Riven tentang berita kertas segi empat putih padanya. Berbagai kata-kata tak layak ungkap disematkan padaku. Rasanya aku seolah patung hidup bodoh tak berperasaan. Aku dilema dan serba salah. Aku diam, dalam diam itu kurefleksikan kembali perjalananku dari pagi sampai sejauh ini. Rasanya sebenarnya tak ada tang perlu dipersalahkan dalam hal ini. Semua berbuat sesuai dengan pemahaman dirinya yang sudah seratus persen benar. Aku tersenyum dan berharap Riven dan gadis pemilik laptop itu juga tersenyum. Bila bebanmu terasa berat, hadapilah dengan senyum. Senyum yang memerdekakan kita dari semua perasaan yang tak layak untuk dirasakan. Senyum itu ibadah. Ibadah adalah proses kegiatan memuji dan memuliakan Tuhan. Jika kita tersenyum kita telah memuji dan memuliakan Tuhan.

Depregan Kost, 06 Mey 2011

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...