JANGAN BILANG (SAYA) GOMBAL

Desember 15, 2011 0 Comments A+ a-

I
“Bisa minta lu pung foto ko?”
“Buat?”
“Mau tempel di Mading....""
"Hmmmm... supaya?"
""Nanti setelah b tempel, b tulis inilah penjaga hatiku...." hahahaha
II
………………….. Aku berusaha menarik perhatian semua orang yang berada di dalam truck, sehingga tidak terfokus pada apa yang sinyo katakan. “ada pelangi…” kataku berbohong pada semua orang yang mendengarkannya di mendung sore. “di mana???” seorang cewek tiba-tiba bertanya dengan nada sedikit manja. Entah kenapa tiba-tiba ada semacam bola lampu yang menyala di atas kepala, seperti pada setiap film kartun ketika seseorang menemukan ide. “di matamu!!!” kataku disambut gelak tawa semua penumpang mengganggu ketenangan sore yang bersemedi, melakukan ritual untuk mengundang sang Dewi malam……………………………… ( Penggalan Cerpen Pelangi Oleh Djho Izmail—selengkapnya bisa baca di http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/04/pelangi.html
III
Senja di suatu desa. Rembulan berpendar penuh. Cahaya indah menggantikan sinar matahari di siang hari. Lembut memndamaikan hati. Seorang cewek megajakku untuk menemanininya di sebuah rumah kenalan barunya. Pulangnya sudah agak malam. Kira-kira jam setengah delapan. Aku mulai beraksi.
“ Tu bulan indah aw..??”
“ Iya su ma..”
“ Ko ada dua..”
“ Mana??”
“ Tu..” kataku sambil menunjuk ke langit.
“ Satunya??” tanyanya polos
“ Tu.. ” kataku sambil menujuk dirinya yang ada di sebelah kiriku.
Ia speechless. Lenganku di cubit berulang-ulang.

Inilah model-model atau gambaran bahasa untuk menjatuhkan hati perempuan zaman ini. Kadang kedengarannya terlalu lebay, tapi jujur kalau dilakukan pada waktu, tempat dan saat yang tepat pasti akan menjadi sangat bermakna dan istimewa, bahkan bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Setiap orang mungkin berpikir bahwa ini merupakan gombalan konyol yang sangat tidak rasional bahkan bisa terjadi tanggapan yang menyedihkan (muntah do…!!!) padahal bila ditinjau lebih jauh ini merupakan suatu trend baru dalam budaya bahasa. Karena Ignas Kleden pernah menulis bahasa adalah filsafat yang cair. Bahasa tak ada matinya.
Tokoh-tokoh dunia seperti J.K. Rowling penulis novel sihir Harry potter yang fenomenal itu, Presiden RI Pertama Ir. Soekarno menjadi orator hebat, J.F. Kennedy, Marga T, Mira W, menjadi sangat terkenal karena kepintaran mereka dalam retorika. Maka sudah selayaknya bahasa adalah bentuk dari representatif kepribadian suatu bangsa ataupun lebih khususnya pada individu.
Dalam hal gombal mengombal yang banyak menjadi sasarannya adalah perempuan. Secara psikologi juga perempuan selalu ingin dipuja agar mereka tidak menjadi manusia nomor dua, walaupun mereka diciptakan kedua menurut sejarah penciptaan. Dalam kenyataan sekarang justru Perempuan masih memanfaatkan kelemahan dirinya agar, mendapat perlakuan istimewa. Sekalipun perempuan berteriak menuntut kesetaran gender, tapi dengan sadar ia masih bertahan pada sisi manusia kelas dua dengan kelemahan dirinya dan penugasan khusus dirinya, selain apa yang menjadi kodrat perempuan.
Selanjutnya tulisan saya ini menjadi ngawur karena hujan deras di luar yang mengganggu konsentrasi dan juga teman yang terus mengajak bercerita. Pada akhirnya tulisan saya ini menjadi (mungkin) tidak bermanfaat, sehingga tepatlah kata-kata dari Joko Pinurbo dalam Puisinya; Tuhan Datang Malam Ini.
Saya ini apalah Tuhan
Saya ini Cuma jejak-jejak kaki musafir pada serial
Catatan pinggir; sisa aroma pada seonggok beha;
Bau kecut pada sisa cinta
Saya ini cuma cuwilan cemas kok Tuhan
Saya ini cuma seratus hektar halaman surat kabar
Yang habis terbakar; sekeping puisi
Yang terpental dilabrak batalion iklan
Dan saya pun dengan malu-malau mau menambahkan sedikit puisinya.
Saya ini Cuma pikiran tak terbendung
Yang menguak di tengah hari
Merana pada kertas bungkusan lombok di pasar
Yang tergeser oleh kepentingan lain
Saya ini tidak laku, karena dunia adalah uang

Pada serial-serial Depergan Kozt
9 Des 2011

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...