PEREMPUAN

Januari 18, 2012 0 Comments A+ a-

Lahir dari keabadian cinta, lewat gemulai bunga dan kembang yang indah. Menyusul aroma,wewangi berpadu warna indah. Menghadiri dan menghadirkan kehidupan yang sempurna.
Ia terpoles indah lewat polesan jari Sang Dewa. Mengukir senyum perlahan pada bibir ranum yang mungil. Berjalan pada tapak bahagia dan derita. Beriringan tak mengeluh pasrah.
Peremuan, mereka adalah rupawan keabadian. Coretan kata indah lewat inspirasi puisi pujangga. Terlukis pada kanvas kesejukan Para Pelukis. Terukir di keabadian indah Para Perupa. Menyusup lewat tulisan novel dan roman. Kini ia hadir pada setiap lembaran surat kabar. Bercerita tentang dunia. Pada cerita orang dan nyanyian alam.
Perempuan, bermula dari rahim sang pencipta. Hadirkan keindahan abadi jagat. Menyeruak lewat mahkota keindahan nirwana. Menyusuri setiap pematang cinta pada Eden yang sejahtera. Membalut sekeping hati yang merana. Akibat sendiri yang menemani hari-hari indah.
Waktu menghadirkannya, lewat sepotong tulang rusuk Sang Manusia Pertama. Menemani lembut pada keperkasaan Adam. Beri kehangatan dan cinta, pada bunga-bunga mekar, lewat semburat mentari indah, di keabadian kekal kehidupan insan.
Perempuan, yang terlalu cepat percaya pada mulut manis neraka. Menghendaki kehidupan sempurna tanpa ada perjuangan. Menginginkan kehendak durjana tanpa berpikir panjang. Melawan perintah Sang Empunya Kehidupan. Perempuan lupa berterima kasih atas kehidupan indah yang telah diterima secara cuma-cuma. Terburu oleh hawa nafsu.
Mulut terlalu manis untuk mengajak serta. Berbuat seolah lemah, sebenarnya tegar agar cepat dipercaya. Berharap perhatian, tanpa memberi perhatian dengan porsi yang setimpal. Dengan keindahan yang bercampur kamuflase. Pilihan antara bahagia dan derita yang ia tawarkan. Madu dan racun bersamaan, pada kedua telapak tangannya.
Perempuan yang beriring pengorbanan. Memikul beban untuk asal muasal kehidupan. Bersusah payah demi menghadirkan cerita buat seorang insan. Mengendap antara hidup dan mati raga dan jiwa. Perempuan melahirkan kehidupan, melukiskan cerita dunia.
Tangis mungil di keheningan temaram senja adalah kebahagian sekaligus kepedihan lewat tetes air mata yang membasahai pipi. Ia mulai berpikir, jadi apakah anak ini nanti? Sejuta tanya, seribu rasa dan berlaska perjuangan harus ia lakukan guna melanjutkan kehidupan dan juga menumbuhkan kehidupan baru yang masih polos. Ia berkorban untuk buah hati, tambatan jiwanya.
Perempuan adalah sosok kelembutan dan juga keperkasaan. Dengan kasih yang lembut dan sayang yang gemulai, merawat, mendidik dan membesarkan seorang dalam kehidupan. Bahkan berbanyak orang. Perempuan adalah buruh, pekerja yang tak pernah diupah. Keperkasaannya membuat kita mengerti dunia. Waktunya tak pernah dibuang percuma, walau sedetik saja.
Perempuan adalah kesempurnaan maha pencipta. Dengan kedua tangan yang mampu mengerjakan segala sesuatu, dengan pelukan yang bisa menghilangkan sakit hati dengan air mata yang menggambarkan banyak pesan; kesedihan, kegembiraan, kegalauan, keterpurukan bahkan keberhasilan hidup.
Terlampau kecut menatap nasib. Menyeruak lewat butir bening air mata. Berbicara banyak seolah paling tahu segalanya. Cerewet adalah satu ungkapan yang ditujukan, tapi membuat dia tidak sadar. Terus saja mengumbar. Memecahkan kesunyian dunia yang merana. Menggelegar bagai guntur kehidupan yang tak kunjung berhenti.
Merenung nasib sendiri, tanpa banyak bicara. Mengikat pinggang dan berlari secepat kijang. Meloncat lincah bagai anak singa. Menyusup anggun di anatar lorongan potongan kehidupan. Perempuan seribu satu keindahan, ratap tangis seolah kenistaan, anggun mulia bagai bidadari, terpuruk seolah kecil tak berkemampuan. Perempuan itu seribu satu tak terungkap. Antara kebenaran dan dusta. Antara cinta dan hasrat. Antara kemuliaan dan kesederhanaan. Antara ada dan tiada. Perempuan adalah misteri. Dan misteri masih terus menjadi misteri sampai hari ini.

Naikolan, Awal Jan 2012

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...