Flash Back Tentang “Discotik” di Bemo Kupang

Maret 19, 2013 0 Comments A+ a-


Suatu siang sekitar dua tahun yang lalu (maaf saya lupa tanggalnya J). Saya sedang menumpang bemo menuju kampus. Dalam perjalanan, seorang Bule menumpang. Lelaki bertinggi besar itu duduk disamping saya. Kebetulan saya pada waktu itu duduk di depan samping sopir. Sang Bule sedikit terkejut dengan rupa angkutan umum yang ada musiknya. Ia dengan heran menunjuk ke arah TAPE. Dengan guyon tanpa mengerti maksud dari Si Bule, Sang Sopir langsung berkata “diskotik berjalan”.  Kami langsung tertawa dengan pengertian masing-masing. Termasuk Si Bule yang sebenarnya tak mengerti Bahasa Indonesia.
Di hari lainnya. Sama seperti kasus di atas. Saya tidak mengingat tepat, waktunya. Seorang Ibu memarahi Sopir. Ia terlampau naik darah, lantaran Si Sopir terlampau membesarkan bunyi TAPE-nya. “Oe, Nyong kas kecil itu bas!” sang mama sedikit berteriak. “son bisa ma, kalo son kas besar nanti ana sekolah dong son naik.” Sopir menimpali. Hal semacam ini (mama-mama yang sering memarahi sopir ketika membesarkan suara TAPE), sering saya dengar selanjutnya, ketika saya menumpang Bemo.
Kesempatan lain, tiga orang gadis SMP sedikiti kesal dengan Sopir. Mereka agak kecewa karena Sopir tersebut memutar sebuah lagu yang sedang mereka gandrungi, tepat sekitar beberapa meter lagi mereka akan turun. “Ai, coba ini lagu putar dari tadi, bae...” Kata salah satunya sambil disetujui dengan anggukan kepala oleh kedua temannya yang lain.
Dan satu kasus yang terakhir. Teman kantor saya dari Surabaya bercerita dengan semangat. Ia merasa senang pagi ini. Lantaran lagu di bemo tadi, asyik menurutnya. “Wah, angkot di sini asyik ya? Mereka punya selera musik yang baik. Lagunya itu loh... keren buangeth... terus Sopirnya juga cakep” katanya sambil tersenyum.

Dari semua kasus ini. Saya tidak berusaha untuk menyimpulkan. Saya hanya sekedar membagikan kepada teman semuanya. Bahwa sesungguhnya setiap orang memiki beragam keinginan. Keinginan itu bisa dipengaruhi karena masa, budaya, maupun yang lainnya. Yang jelas setiap orang memiliki keinginan berbeda. So, yang seharusnya kita lakukan adalah menghargai dan lebih terbuka dengan pandangan atau pendapat baru. Jangan terkesan menghakimi dengan cepat menolak, atau cepat menerima. Renung dan cermati. Apa positif dan negatifnya. Selanjutnya tentukan pilihanmu. Sebab, HIDUP ADALAH PILIHAN.

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...