Para Pencinta Alam

April 30, 2013 0 Comments A+ a-

Catatan dari kegiatan Kemah Konservasi TNK 2013

Hari itu 27 april 2013, Matahari menyengat dari langit Kota Ende. Membiarkan lesuh seluruh kota. Meninggalkan debu jalanan yang berterbangan dihalau angin dari ulah kendaraan yang bersiliweran. Walaupun keadaan begitu, hal ini tidak menyurutkan semangat orang-orang yang mulai berdatangan ke Kantor Taman Nasional Kelimutu di Jalan Eltari Ende. Walaupun bermunculan satu demi satu, tapi secara perlahan orang mulai ramai memadati teras kantor itu. Nampak mereka sibuk mencari teman sekomunitas kemudian saling berbaur.
Waktu sudah menunjukan pukul satu lewat tigapuluh tujuh menit. Matahari masih menyengat dari atas langit ende. Orang-orang mulai bersemangat menuju bis kayu. Wajah mereka nampak sumringah. Memperlihatkan kegembiraan. Mereka adalah peserta Kemah Konservasi Taman Nasional Kelimutu 2013. Dengan kendaraan colt inilah. Para peserta akan diberangkatkan menuju bumi perkemahan Waturaka di Desa Waturaka Kecamatan Kelimutu. Mereka adalah para pecinta lingkungan yang akan mengikuti kegiatan Kemah Konservasi Taman Nasional Kelimutu 2013. Para peserta nampak asyik di perjalanan. Saling bersenda gurau. Sambil sesekali menggoyangkan kepala mengikuti irama lagu pop daerah yang sedang tenar di Ende saat ini. Ada juga yang sedikit malu-malu bersenandung kecil mengikuti lirik lagu yang sedang diputarkan.
Sekitar pukul 15.22 para peserta sampai di Desa Waturaka. Di sini peserta harus berjalan kaki sekitar empat ratus meter menuju ke tempat perkemahan, karena belum adanya akses jalan untuk kendaraan bermotor. Peserta menelusuri selokan dengan hati-hati karena takut tercebur.
Sore menjelang. Sementara udara perlahan dingin menusuk kulit. Serasa sampai ke sum-sum tulang belakang. Di perkemahan, Peserta mulai didata lagi. Ada sebelas kelompok atau komunitas yang hadir. Diantaranya: Sakawana Bhakti, Gardapala, Kader Konservasi 1, Kader Konservasi 2, Laskar Ambruk, Flobamora Community, Guide Lokal, Ojek Wisata, Incita, Kafe dan Paswakarsa. Jumlah peserta 63 orang, belum termasuk panitia.
Karena berbagai alasan kegiatan ini berjalan kurang sesuai dengan schedule kegiatan yang telah direncanakan. Hari pertama hanya diisi oleh upacara api unggun. Pada sambutan awal untuk memulai malam api unggun, ada sedikit menekankan tentang makna konservasi. “konservasi itu meliputi perlindungan, pengawetan dan pemeliharaan” dengan nada mengingatkan kepada seluruh peserta. Setelah api unggun menyala, semua menyanyikan Lagu api unggun sudah menyala. Selanjutnya oleh pembawa acara memberikan kesempatan ke masing-masing peserta untuk memperkenalkan diri dan memberikan sedikit pengertian Konservasi menurut pendapat sendiri. Sebelum mengakhiri kegiatan malam itu, dari masing-masing komunitas diberi kesempatan untuk menceritakan sedikit sejarah dan proses perjalanan komunitas sambil memberikan hiburan kepada semua yang hadir.
Acara hiburan dari masing-masing komunitas diwarnai dengan berbagai jenis kreativitas. Ada yang menyanyi, teka-teki, mendongeng dan bermain sulap. Hiburan ini diawali dengan satu lagu dari Komunitas Fotografer Ende (Kafe) dan diakhiri dengan permainan Sulap yang cukup menghibur dari Flobamora Community.
Di hari kedua kegiatan, pada tanggal 28 April 2013. Udara pagi yang dingin, sedikit menurunkan semangat para peserta untuk melanjutkan kegiatan. Sekitar pukul Sembilan lewat tujuhbelas menit pagi itu, peserta disuguhi dengan beberapa materi. Semuanya bercerita tentang Taman Nasional Kelimutu. Ada Pak Alfons yang menceritakan tentang Fasilitas peningkatan peran serta kader konservasi, dan juga bercerita tentang struktural yang ada di Kantor Balai Taman Nasional Kelimutu.
Pak Mansyur mewakili SPTN Wilayah satu Kelimutu menjelaskan tentang 3 resort di wilayahnya. Yang pertama Resort Kelimutu yang meliputi Desa Pemo, Waturaka, Woloara dan Nduaria. Yang kedua Resort Wolojita yang meliputi Desa Tenda, Wiwipemo dan sekitarnya. Masing-masing desa memiliki kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti penanaman  jahe dan mengembangkan potensi yang ada di desa tersebut untuk dimanfaatkan. Dan yang ketiga adalah Resort Wisata yang memiliki Kelompok Binaan seperti; ojek wisata, pedagang yang terdiri atas pemandu, kuliner dan pedagang itu sendiri dan Guide Lokal. Di wilayh ini juga ada Arboretum, insektarium dan objek wisata utama Danau Kelimutu. Permasalahan yang masih sering terjadi ialah Bandalisme (aksi corat-coret di dinding dan fasilitas umum milik Taman Nasional Kelimutu) dan juga kurangnya kesadaran pengunjung terlebih pengunjung lokal dalam hal membuang sampah yang tidak pada tempatnya.
SPTN wilayah dua Detusoko memiliki tiga resort. Ada Resort Detusoko, Resort Ndona dan Resort Ndona Timur. Masing-masing resort memiliki program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diminta untuk menemukan dan menghasilkan sendiri potensi yang ada di desanya. Di wilayah ini juga sementara dalam proses pengerjaan tracking dari Resort Ndona Timur menuju Danau Kelimutu. Program ini juga bertujuan sebagai jalan lain menuju danau kelimutu. Materi lain juga diberikan Ibu Kepala Balai tentang tujuan dan tinjauan tentang Taman Nasional Kelimutu. Juga diwarnai dengan diskusi yang alot.
Kegiatan selanjutnya ialah penanaman pohon di bagian selatan areal perkemahan. Ada 30 anakan cemara dan tanaman lokal yang ditanam peserta. Semangat para peserta meningkat setelah diberi kesempatan menuju air terjun di sebelah utara perkemahan. Jaraknya sekitar dua ratus meter. Di sana para peserta dibuat tercengang dengan keindahan alam tersebut. Aksi foto pun meramaikan suasana siang itu. Semua peserta seakan tak mau kenangan istimewah ini dilupkan sebelum diabadikan.
Kegiatan diakhiri dengan apel penutupan yang dipimpin oleh Camat Kelimutu. Dalam sambutan singkatnya, Bapak Camat sangat berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada Balai Taman Nasional Kelimutu yang telah mencanangkan dan menjalankan kegiatan ini. Baginya ini kesempatan yang harus terulang. “Saya sangat berterima kasih kepada pihak TNK, atas kegiatan ini. Kegiatan ini juga sebagi ajang promosi wisata alam lain di Kecamatan Kelimutu, khususnya Desa Waturaka. Air terjun ini baru diketahui bahkan masyarakat Moni sendiri ada yang belum mengetahuinya” kata Bapak Camat dalam sambutannya. Setelahnya semua peserta dan panitia saling bersalaman, lalu menyelesaikan administrasi dan pulang dengan bahagia yang tak terkira. Alangkah nikmatnya mencintai alam. Cintailah maka kamu akan dicintai. Cintailah alam maka alam akan mencintaimu.

Diakhir catatan ini saya ingin membingkiskan sebuah kata hati yang diinspirasi dari kegiatan ini:
Tiga Untaian Tentang Kelimutu

#kelimutu
dunia telah mengenal engkau dengan kawah berwarna tigamu
menepis berbagai mitos betapa engkau menawan dan juga keramat
aku terpojok dipersimpangan bisu yang mengacaukan pikiranku

dunia telah salah memperkenalkan kemansyuran triwarna yang berubah
seketika ketika mata masa lalu bersitatap dengan mata bathin yang suram

semenjak ramai arwah merantau ke kedalaman keramat yang purba
para muda-mudi bersenandung cinta menebarkan wangi rumput liar
seorang telah memanggil suanggi agar menancapkan kuku kematian
pada setiap lekukan senyum penghuni jagat untuk diantar ke nenektua
yang dari dulu hingga sekarang tetap dan terus menua oleh ingatan
sementara muda-mudi hanya riang berpesta tanpa ada pemberontakan
melihat nasib sesama yang dimatikan dengan keji oleh perasaan sendiri

 #waturaka
kau sembunyikan setiap goresan keindahan yang telah dititipkan
padahal cakrawala telah mengabarkan saban sore tentang mereka

kau lupa, mengukur letak kepala nipamoa yang turun singgah
meneguk kegetiran dari keringat yang deras mengalir dari jidat
karang terjal yang mengalirkan air ke pematang hatimu

alangkah kejamnya dikau menipu telinga untuk mendengar gemerincing
dari lonceng dan gong yang berbunyi ketika nipamoa menggeleng
setelah perut seolah gendut menyeruput air yang diterjunkan dinding batu
matamu juga kau sengaja butakan hanya untuk menipu imajinasi otak kanan
tentang keindahan yang bisa memikat hati melampaui bijak para dewa

ah, waturaka sebegitu introvertkah dirimu dimata dunia ini?

#liasembe
dalam hangat darahmu aku melebur
mencuci setiap dosa yang melekat
hilangkan nikmat dunia bahagiakan nurani

engkau bahkan menjelma hamba hanya untuk
membasuh kaki kehidupanku yang goyah
terhadap berbagai tampilan instan dunia

sungguh, engkau telah menjadi guru kehidupan
menuntun kejalan nikmat yang hangat dan mulia
engkau biarkan darahmu menjadi tebusan
atas dosa kami yang kian menumpuk

aku terus menenggelamkan diriku
dalam hangat darahmu aku bersujud
                                                            (waturaka, akhir april 2013)

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...