#Repost: Tahun Baru, Wajah Baru #malampuisiND

Januari 07, 2014 0 Comments A+ a-

Gambar
Tahun baru menjadi sebuah momen penting dalam kehidupan beberapa orang. Tahun baru ditafsirkan sebagai perjalanan baru dengan mimpi baru. Membuat resolusi untuk setahun ke depan. Ada pula yang berpikir tentang harapan ke depan. Membuat harapan agar lebih baik dari tahun sebelumnya.
Awal tahun baru kali ini, para penggerak #malampuisiND juga berpikir hal demikian. Berharap. #malampuisiND yang merupakan sebuah kegitan bulanan yang digagas Komunitas Sastra Rakat Ende (SARE) ingin mengaktualisasikan diri sebagai sebuah kegiatan untuk para pecinta kata di kota Ende. Itulah harapan terbesarnya.
Kegiatan bulanan baca puisi ini ingin menunjukan bahwa ruang kesenian di kota ende hendaknya dibangun dari masing-masing pribadi. Kesenian dalam hal ini sastra sejatinya bukan segalanya. Ia tak bisa mengenyangkan rasa lapar seseorang. Tak bisa menyembuhakan orang dari berbagai penyakit jasmani dan juga tak mampu menghentikan rasa haus seorang manusia. Tapi, tanpa sastra, sesungguhnya hidup kita hampa. Kita boleh dipenuhi dan diperkaya oleh berbagai nilai jasmani, tapi tanpa kebutuhan rohani atau jiwa, semuan ya tak berarti apa-apa.
Untuk sebuah peradaban, sastra menjadi sebuah aspek penting. Ia bisa secara terang-terangan memmposisikan diri untuk ‘menasehati’ secara jujur pribadi yang dinilai telah melenceng terhadap norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Sastra juga mampu membangkitan semangat, merombak perasaan dan memikat nilai rasa indrawi manusia. Contoh sederhana, seseorang membaca sebuah cerita dan dari dirinya sendiri ia merasa telah disindir oleh cerita. Dan inilah salah satu fungsi sastra.
Di era modern ini, sastra dalam hal ini puisi, memnga sangat digandrungi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai tulisan berupa status di media sosial juga dalam berbagai format pesan singkat. Ini menandakan bahwa puisi disukai banyak orang. Tapi puisi seharusnya bukan sekedar dituliskan saja. Butuh sesuatu yang lain agar puisi semakin berkembang dan menjadi konsumsi banyak orang. #Malampuisi dan #malampuisiND menyadarinya. Puisi harus dibangunkan dengan bentuk lain lagi.
Mendengarkan dan membacakan menjadi sebuah bentuk lain untuk pengapresiasian terhadap puisi. Puisi dibacakan agar pesan yang disampaikan bisa beragam terhadap pendengarnya. Dengan begitu fungsinya sebagai kontrol sosial terwujud. #malampuisiND  telah melakukan beberapa kali. Membacakan puisi di cafe dan juga di panti asuhan. Sebuah bentuk tanggungjawab moril sebagai makhluk sosial.
Kali ini, #malampuisiND akan melakukan #IbadahKeTiga. Walaupun tertatih, kami terus berdiri untuk melangkah maju. Dengan tema “Sejenak Menepi Bersama Puisi”. Kami ingtin mengajak semua orang untuk datang bergabung bersama kami. Entah hanya sekedar datang. Datang dan mendengarkan atau datang, dengarkan, lalu membacakan puisi. Ini menjadi semacam tagline atau kalimat seruan untuk semua yang berminat di seluruh pelosok Kota Ende.
Tempatnya juga, kami memilihnya di Pantai. Sebuah landscape tentang pertemuan dan perpisahan. Karena sesungguhnya hidup adalah keduanya itu. Pantai Bita atau yang sering dinamalainkan dengan Bita beach.
So, bagi semua warga Ende. Datanglah pada hari Minggu, 12 januari nanti di Bita Beach, jam 4 sore. Mari kita melakukan ritual puisi untuk pemenuhan nutrisi jiwa kita. Kami sangat menanti dengan penuh harap dan selalu berharap.
Salam paling puisi untuk kita semua.
Salam SARE.

Tulisan ini diambil dari Blog Malam Puisi Ende
Bisa dibaca di Sini

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...