Muspas OMK KAE dan Tangkapan-Tangkapan Kecil.

Agustus 08, 2014 0 Comments A+ a-

Kisah Perjalanan
Pagi hari. Pukul 09.32. Kamis 19 Juni 2014. Dengan sigap kami, Orang Muda Katolik (OMK) Paroki
Santa Maria Bunda Karmel Rajawawo memasukan semua barang bawaan kami ke dalam pick up. Kami yang berjumlah 9 orang akan mewakili OMK Paroki Rajawawo untuk menghadiri Muspas OMK Keuskupan di Wolofeo.
Selamat Datang OMK
Kami pun harus bersabar di Kota Ende dalam beberapa saat untuk membeli beberapa perlengkapan yang akan kami gunakan di wolofeo nanti. Selanjutnya kami singgah sebentar di sebuah rumah makan di ujung timur Kota Ende untuk santap siang.
Perjalanan menuju Wolofeo menimbulkan gelisah dan sumringah. Barangkali dua sisi perasaan yang berbeda itu harus di tempatkan pada diri seorang manusia yang sama. Dan orang itu adalah saya. Ya, saya harus gelisah karena kelupaan tas samping di sebuah rumah makan yang saya sendiri tidak sempat merekam nama itu diingatan. Tas tersebut berisi beberapa buku saya dan juga buku catatan saya, juga peralatan mandi, minyak rambut dan minyak wangi.
Sumringah lantaran bisa mewakili paroki kecil kami untuk sebuah kegiatan akbar tingkat keuskupan. Musyawarah Pastoral Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Ende (KAE). Dengan begitu saya bisa menimba pengalaman dan berbagi pengalaman kepada teman-teman OMK dari paroki lain. (paling tidak untuk beberapa utusan dari ke 56 paroki se KAE).
Ketika tiba di paroki Detusoko, kami disambut oleh beberapa panitia lokal, bahkan saya cukup senang karena panitia menyapa kedatangan kami lewat pengeras suara. (Senang karena merasa kami saling mengenal sebagai sesama saudara). Kemudian kami melaporkan diri di sekretariat panitia, lalu disuguhi makanan lokal. Ada ketupat dan ikan jele balek Tomat. Saya tidak berselera makan sebab sudah merasa kenyang karena telah santap siang di Ende, yang menyebabkan tas itu tertinggal.
Beristirahat beberapa saat kami langsung bersama mengadakan ibadat penghormatan sakramen mahakudus di gereja paroki Detusoko. Saya sempat menggerutu dalam hati sebab yang hadir di sana baru Sembilan paroki dan semua berasal dari Kevikepan Ende. Saya merasa kegiatan ini tidak asyik jika tak ada paroki lain dan juga paroki-paroki dari Kevikepan Bajawa tidak hadir, sebab ini Musyawarah tingkat Keuskupan. Bukan kevikepan. Tapi, untunglah, setelah itu semua perwakilan OMK dari paroki masing-masing bisa hadir.

Tangkapan-Tangkapan Kecil
  Dua Bunga
Tangkapan kecil yang ingin saya ceritakan di sini ialah tentang dua bunga dan dua Diana. Bunga dan
Tarian Penyambutan
Diana adalah dua perbedaan, tapi bunga bisa jadi penamaan untuk manusia, dan kedengaran indah, bukan. Tapi, untuk Diana, kayaknya belum ada bunga yang bernama demikian. Bunga Diana. Hehehee…
Kedua bunga adalah ikon di kemah kami. Bahkan ketika saya mendekati kedua bunga yang sedang mekar itu, beberapa teman OMK dari paroki saya, sempat berbisik (saya menamainya bisik-bisik tetangga). Saya yakin, mereka sedang membicarakan saya. Perihal saya dan kedua bunga tersebut.
Kedua bunga yang imut tersebut tentu mengalihkan perhatian saya dari mereka, tapi sejujurnya saya tak bermaksud untuk memetik atau mencium aromanya. Saya hanya berusaha mendekati agar terkesan bersahabat. Lagi pula, orang muda selayaknya haruslah saling bersahabat dan bersaudara dengan sesama orang muda, bukan?
Justru hal ini yang menimbulkan kekacauan pikir dalam otak beberapa teman saya. Mereka menduga tanpa ada bukti yang menguatkan. Faktor kedekatan semata yang menjadi virus yang mempengaruhi pola paham isi kepala mereka. Saya yang merasa, berbuat seolah tak terjadi apa-apa. Saya melihat tingkah mereka lewat ekor mata selanjutnya saya menganggap mereka tidak sedang membicarakan saya.
Perihal kedua bunga itu, saya bahkan sempat berselisih dengan satu bunga. Cuma karena hal sepele dari guyonan saya, membuat si bunga itu perlahan layu di hadapan saya. Dia tak mau memberikan sumringahnya yang khas. Saya menjadi serba salah. Bunga itu terus layu sampai waktu kami berpisah.
Itulah tentang kedua gadis dari OMK Paroki Riti yang bernama Bunga. Kakak beradik. Yang satu bernama Bunga Dessy dan Sang Kakak Bernama Bunga Christina.

   Dua Diana
Dua Diana di sini bukanlah judul dalam sebuah film Indonesia. Dua Diana ini nyata. Di kemah sebelah kemah kami, ada dua Diana. Yang satunya gemuk dan lainnya kurang gemuk. Yang satunya suka tampil dan yang lainnya tidak. Tapi keduanya cantik.
Kisah kedua Diana ini tidaklah lebih rumit dari kisah dua bunga. Dia yang sedikit kurang berisi tubuhnya, dialah yang memandu acara untuk kami selama beberapa hari di Wolofeo. Sebuah kalimat yang menjadi andalannya waktu itu, bahkan diingat terus oleh para peserta adalah “Majuan Dikit” bahasa Indonesia khas jawa dengan logat Ende.
Dalam memandu acara, dia Nampak heboh sendiri sementara banyak peserta yang tak mendengar ajakan atau pun gerakan yang mereka praktikan dalam menyanyikan yel-yel. Teman saya kemuadian memanggilnya pada suatu siang, lalu melabelkan dirinya STSC.
Diana yang lainnya adalah diana yang badannya berisi. Tak terlalu gemuk. Tapi ini hal juga yang membedakan mereka. Mereka juga dari paroki yang sama. Perihal Diana yang satu ini, saya berkenalan dengannya ketika kami mengadakan diskusi akbar bersama Bapa Uskup Agung Ende, Mgr. Vincent Sensi.
Di tengah diskusi, dia yang duduk di sebelah kanan saya kemudian bertanya beberapa hal, perihal kegiatan di paroki kami. Saya pun bercerita, dan kami masuk dalam diskusi panjang. Ia mengatakan satu hal pada saya “Saya biasanya malas bercerita, tapi tak jemu bila bertemu orang yang tepat.”
Karena Diana, dengan logat Ende yang kental saya pun mengatakan, Dia na…

   Tangkapan Kecil Hasil Kegiatan.
Dari empat hari kegiatan musyawarah itu, ada beberapa hal yang menjadi agenda dan menjadi semacam benang merah untuk kami para orang muda katolik bawa pulang dan membagikan untuk sesama orang muda di paroki kami. Seperti yang menjadi term of reference  dari Bapa Uskup, para peserta dihimbau bahwa, OMK dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bergereja harus jadi kader yang tangguh. Selain itu ada perihal yang mesti kami perbuat untuk mejawabi hal di atas. Banyak membaca, mendengar, dan melihat dengan realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat adalah hal lain yang menyertainya.
Selain itu, ada pula beberapa pokok penting yang dihasilkan dari sana. Hal-hal yang bertujuan untuk menghidupkan terus dapur OMK yang notabene adalah tulang punggung gereja. Hal-hal itu adalah Evaluasi kegiatan, diskusi langkah konkrit  karya pendampingan, pembahasan, dan dialog  tentang kebijakan praktis karya pastoral, juga wacana pengkaderan.
Hal lain yang patut disambut gembira dengan tepuk tangan adalah wacana Pastoral kategorial pariwisata. Melihat betapa kepulauan ini memiliki begitu banyak aset budaya dan keindahan alam yang bisa dieksplorasi menjadi tujuan wisata global. Pastoral pariwisata merupakan alternatif terpuji, mendamaikan, dan menyejukan.

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...