Who I Am

September 23, 2014 0 Comments A+ a-



―Sebuah Refleksi Singkat

Intro
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku udah tinggi
                        (Menyesal, Ali Hasjmi)
Penggalan puisi di atas mengekpresikan sebuah perasaan bersalah terhadap masa lalu. Penyesalan karena mengacuhkan masa muda. Meyesal karena setelah tua, merasakan tak ada hal atau tindakan positif yang dilakukan untuk mengisi hidup masa itu. Masa mudanya cenderung ditafsir secara instan dengan mengikuti budaya hedonis yang menjerumuskan diri sebagai homo konsumerisme.
Cerita ini hanyalah sepenggal kisah dari sebagian kecil bahkan besar drama kehidupan remaja saat ini. Tindakan tersebut diperparah dengan berbagai tawaran instan teknologi. Handphone dengan berbagai jenis fitur yang menggiurkan. Media sosial (facebook, twitter, line, we chat, kakao talk, dll) yang menawarkan pertemanan instan dan kadang akan berdampak negatif bagi yang salah memaknainya.
Menanggapi fenomena instan (teknologi digital, dll) yang tengah melanda, dengan berbagai macam isu demam (Korea, Hollywood, Jepang, dll), karakter kaum remaja dibentuk dan konsekuensi logisnya dinilai, apakah akan baik atau tidak. Maka, muncul pertanyaan baru, remaja sekarang bisanya apa? Apa yang mereka berikan untuk orang lain?
Meminjam sebuah penggalan pidato Mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy,  yang saya modifikasi, JANGAN TANYAKAN APA YANG DIBERIKAN UNTUK KEHIDUPANMU, TAPI TANYAKAN APA YANG ANDA BERI UNTUK HIDUPMU, menjadi sebuah refleksi mendalam untuk perjalanan kehidupan saya selama ini. Berdasarkan beberapa refleksi singkat tersebut, saya mulai berpikir. apa yang harus dilakukan untuk membuat masa muda dinilai lebih bermanfaat, paling tidak untuk diri sendiri, di luar tindakan hura-hura dan praktek lifestyle hedonis.
Lagu kehidupan
Komunitas yang dijiwai semangat membaca
Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaannya tidak bisa terlepas dari orang lain. Orang lain memiliki porsi yang besar dalam keberlanjutan hidup seseorang. Contohnya, kita ada karena orang tua. Untuk itu maka sebuah hal yang lumrah bila kita senantiasa hidup dalam kelompok. Saling berinteraksi. Di sini saya mulai menyadari betapa komunitas dalam artian luas mampu membimbing saya.
Dalam pembelajaran, kehidupan pun demikian. Saya belajar dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Inilah yang dinamakan ‘proses menjadi’. Untuk sebuah proses dibutuhkan kerja sama dengan orang lain. Saya sadar betul bahwa tindakan senantiasa berserikat dan berkumpul bisa berdayaguna menghasilkan suatu hal baru yang berguna.
Betapa berkomunitas membawa saya terhadap sebuah situasi baru yang kaya akan pengalaman yang berefek pada kekayaan intelektual. Orang lain yang berbeda budaya dan lingkungan memberikan pelajaran baru berharga bagi saya tanpa perlu biaya mahal. Orang lain yang sudah menjadi teman dalam komunitas, telah memotivasi saya pada sebuah perubahan cara pandang dan pola pikir. Namun, semuanya tidak akan membuahkan apabila tidak disertai oleh semangat juang. Semangat diperlukan sebagai sebuah bentuk kemauan total dari diri terhadap sebuah perubahan. Berani bertindak dengan semangat untuk sebuah perubahan dari hal yang biasa.
Semangat secara lain dapat dimaknai sebagai energi dalam diri yang dikeluarkan. Untuk sesuatu dari diri kita, perlu ada yang masuk dan keluar. Energi yang sudah keluar harus diimbangi. Maka masukan yang saya lakukan ialah membaca. Dengan membaca saya semakin memperkaya pengalaman dan pengetahuan saya.
Extro
Berbagai hal yang saya lakukan, telah membawa saya pada beberapa tindakan kecil yang bermanfaat. Saya menyadari sungguh bahwa orang lain yang saya temukan di komunitas (rumah, lingkungan masyarakat, kampus, organisasi, dll) memberikan saya pelajaran berharga tentang segala hal. Namun, ada hal lain yang juga hadir, yakni, semangat dari dalam diri dan kemauan untuk belajar. Membaca adalah contoh konkrit dari kemauan belajar itu. Komunitas, semangat dan membaca adalah tiga hal itu.

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...