Kepada Kematian.

Maret 10, 2016 4 Comments A+ a-

Kutulis kisah ini. Bukan apa-apa, hanya mengenang api yang semakin berkobar. Api kematian yang
bernyalah bersama ribuan kerlingan malaikat maut ke arah penghuni jagat. Memanggil semuanya pulang perlahan, sembari menitip air mata dan mata air bagi kehidupan baru.

Ilustrasi Oleh Ricky Punang
Kematian memang tak diinginkan, tapi ia adalah kepastian. Kematian akan menjempu tanpa sepengetahuan kita. Entah dengan tiba-tiba, atau dengan pertanda sakit yang berkepanjangan bahkan dengan kegembiraan. Kematian adalah takdir sebagai risiko sebuah kelahiran yang akan terus menjadi misteri dan tetap selamanya misteri.

Perihal kematian ini, semenjak saya dengan setengah rela menetap di sini, saya menemukan beberapa kematian. Dan sebagian kematian itu, saya tulis di sini sebagai pertanda bahwa sejarah juga harus menuliskan tentang kematian agar setiap insan yang telah mati tetap dikenang dalam lembarannya. Betapapun itu, sejarah dan sekali lagi, kita harus mengengangnya lantaran kita hidup bertujuan akhir pada kematian, selain aktualisasi diri yang menunjukan kualitas hidup kita bagi orang lain sebagai homo socius.

***

Kematian menyisahkan kisah paling redup. Seperti orang yang dikucilkan di masyarakat dan diberi streotip negatif lalu harus dirawat inap dan pada akhirnya ia harus meyelesaikan hidupnya di muka bumi ini.

Seorang yang mengalami gangguan jiwa, harus terkapar dengan aroma amis lantaran luka telah menggerogoti tangan kiri kokohnya yang pernah difungsikan dalam olahraga adu jotos. Ia tak berdaya setelah sekian lama dipasung atas kehendak bebas manusia yang katanya berperikemanusian. Ia dikurung supaya dunia bebas berkehendak sebab, bagi dunia hanya yang waras yang bisa menguasainya.

Pada dini hari yang beku, dengan terkantuk, kami harus merelakan ia pergi pada negeri yang tak lagi mengagungkan ego. Ia berpulang dengan luka dan lupa. Luka yang belum sembuh oleh borgol yang melingkar selama tiga belas tahun dan lupa bahwa ia pernah berbagi kisah canda tawa di anatara kita.
Kejadiannya semakin rumit setelah tangisan saudarinya di keheningan pagi, diselingi ucap yang acap kali membuat kami harus iba dan  bersungut. Mau dibawa ke mana ia. Musabab masalah yang kami sendiri tak mengerti.


***


Kematian lainnya ialah kematian seorang ibu yang memiliki enam bocah dengan suami yang tak ada di samping. Setelah seminggu harus dirawat, tepat pada hari terakhir ia diperbolehkan pulang, ia harus menderita sakit yang mengerikan. Merintih kesakitan. Saat itu, sebagai manusia yang kadang kehilangan akal sehat, saya mulai menduga yang bukan-bukan. Berbicara seolah paling bisa menyelami raga seseorang dan bahkan mulai membuat opini miring yang seharusnya tidak boleh diutarakan.

Setelah sore menjelma malam, saya baru tersadar bahwa perihal sakit, bukan sebuah permainan petak umpet. Atau sandiwara sinetron masa kini. Ia datang dengan tetiba bahkan tidak sesuai dan bahkan tidak bisa dijelaskan sesuai buku saku perawat dan kadang di luar daya jangkau ilmu pengetahuan ilmiah saat ini. Ia terus mengerang kesakitan. Dan rujuk adalah tindakan bijak untuk sebuah puskesmas kecil.

Perjalanan ke rumah sakit yang dirujuk adalah perjalanan gelisah. Telinga terus waspada, bila sesekali erangan kesakitannya tak seirama lagi. Terlambat barang dua detik dari irama yang sebelumnya. Mata juga terpasang, sambil sesekali menoleh ke belakang. Memberikan kresek bagi ibu perawat yang mabuk perjalanan.

Pada rumah sakit yang dituju. Ia harus meninggalkan semua sakit yang mendera begitu berpindah tempat untuk membaringkan badan. Itulah kematian seorang anak manusia. Sementara menunggu, listrik juga turut berbelasungkawa dengan padam untuk beberapa saat dan menyala lagi.
Kematiannya ini menimbulkan banyak perasaan. Saya masih menyimpan rasa bersalah yang amat.

Senja mendung, Maubasa, 10 Maret 2016 18:06

4 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
3/11/2016 delete

Mantap kae..
Hahaha bagaimana mau bantu orang sakit? Perawat jg pake acara mabuk ni haha

Reply
avatar
bisotisme.com
AUTHOR
3/13/2016 delete

:) kisah yang diceritakan dengan unik. Tahnks for share kae, keep posting

Reply
avatar
3/15/2016 delete

Maklum, perawat juga manusia. Hehehee.
Terima kasih, sudah berkunjung.

Reply
avatar
3/15/2016 delete

Sama-sama, Ka'e.

Reply
avatar

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...