Kaum Muda dan Probelamatika Lingkungan

April 27, 2011 0 Comments A+ a-

Awal kata
Relasi manusia akan selalu berhubungan tiga arah yakni, manusia berhubungan dengan yang mengadakannya (Tuhan), manusia berhubungan dengan manusia itu sendiri (relasi horisontal) dan manusia dengan alam sekitar (Lingkungan). Dalam proses perjalanannya, ketiga hal ini harus berjalan seimbang, karena apabila salah satunya bermasalah, maka yang lain akan mendapat kepincangan. Hal ini tidak bisa kita pungkiri karena, Salah satu penentu keberlangsungan hidup manusia di masa yang akan datang adalah persoalan lingkungan. Baik atau tidaknya kehidupan manusia, bahkan ada atau tidaknya manusia, tergantung dari bagaimana manusia bisa memecahkan masalah kerusakan lingkungan yang kian hari kian parah.
Alam merupakan sebuah entitas atau realitas (empirik= bisa diamati dan dirasakan) yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi berhubungan dengan manusia dan dengan realitas yang lain Yang Ghaib dan supra-empirik. Alam sekaligus merupakan representasi atau manifestasi dari Yang Maha Menciptakan alam dan Yang Maha Benar, yang melampauinya dan melingkupinya yang sekaligus merupakan Sumber keberadaan alam itu sendiri.
Alam sendiri menjadi suatu yang eksistensinya sangat dibutuhkan dan harus ada bagi manusia. Alam dalam tulisan ini dilihat sebagai fokus yang mau menekankan bahwa kehilangan relasi yang seimbang dengannya merupakan suatu kesenjangan bagi kehidupan.

Konsep Mengenai Kaum Muda dan Permasalahannya Pada Lingkungan
Konsep mengenai pemuda dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Perkembangan psikologis melihat pemuda berdasarkan tugas perkembangan seseorang. Pemuda ditinjau dari perkembangan psikologis diwakili oleh remaja dan dewasa awal. Usia berkisar dari 10 sampai 24 tahun (WHO), sedangkan United Nations General Assembly (UNGA) melihat pemuda adalah individu yang berusia 15 sampai 24 tahun. National Highway Traffic Administration memberikan bartasan pemuda adalah yang berusia antara 15 sampai dengan 29 tahun. Gereja melihat pemuda adalah orang yang berusia 15 sampai 35 tahun dan belum menikah. Berdasarkan definisi pemuda ditinjau dari usia maka dapat dilihat adalah individu yang berusia berkisar antara 15 sampai 30 tahun. Jika dilihat dari umur maka pemuda dapat dibagi menjadi dua fase; yakni : fase puber berumur antara 10 sampai 21 tahun dan fase dewasa awal berumur antara 21 sampai 35 tahun.
Di sini saya berusaha untuk memberikan arti tentang kaum muda, agar ketika semua orang membacanya, maka mereka bisa menempatkan diri pada posisinya masinga-masing. Tujuannya hanya mau menyadarkan bahwa, kaum muda adalah generasi emas yang akan menerima tongkat estafet dalam melakukan setiap kerja yang diberikan yang, entah sadar atau tidak pasti akan berhubungan dengan lingkungan.
Perkembangan teknologi dewasa ini semakin pesat. Sebagai manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, setiap kita pasti mencoba untuk melakukan sesuatu yang baru. Bukan menjadi persoalan bila setiap kita mampu memahaminya secara bijak dan menggunakannya secara tepat dan bijak, karena dari semuanya itu merupakan tuntutan jaman yang harus kita ketahui sebagai insan yang memiliki jaman dan hidup dalam jaman. Hal ini memiliki pengaruh terhadap perilaku kaum muda.
Permasalahan yang cukup mendasar bagi kaum muda generasi ini adalah kurang adanya rasa memiliki dan menghormati alam ini. Kaum muda lebih cenderung memandang lingkungan sekitar sebagai suatu pemberian gratis yang harus dihabiskan. Bahkan sikap kaum muda cenderung merusak lingkungan. Beberapa kebiasaan yang dilihat selama ini misalnya, dengan seenaknya sampah-sampah dibuang begitu saja tanpa mempertimbangkan kebersihan lingkungan. Hal lain yang tidak kalah santernya adalah kebiasaan merokok yang sudah jelas secara etika dan ilmiah mengganggu keseimbangan diri, baik dengan diri sendiri maupun orang lain (sesama).
Permasalahan lain yang yang timbul adalah mentalitas instant kaum muda yang hanya berpikir tentang kepentingan diri sendiri. Di sini merupakan hal mendasar mengenai keretakan relasi. Bisa dipahami karena, apabila antara relasi tiga arah tersebut, salah satunya mengalami ketimpangan. Kaum muda lebih memilih duduk bersenanang-senang, jalan-jalan ke mall atau bertamasya bersama teman-teman dibandingkan dengan menanam dan merawat satu pohon saja.

Problematika lingkungan
Daniel C. Esty dan Andrew S. Winston adalah penulis buku Green to Gold. Dalam buku tersebut mengkaji isu lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Daniel mengklaim ada”TOP 10 Environmental Issues” dan 10 issu tersebut menjadi “The Best Issues” dalam kategori Isu Lingkungan Hidup yang kita hadapi sekarang.
Green to Gold, sebuah judul yang sangat menarik tetapi lebih menarik sepuluh isu lingkungan tersebut. Isu tersebut diantaranya; Perubahan Iklim (Climate Change), Energi (Energy), Air (Water), Keanekaragaman hayati dan Tata Guna Tanah (Biodiversity and Land Use), Kimia, Toxics, dan Logam Berat (Chemicals, Toxics, and Heavy Metals), Pencemaran udara (Air Pollution), Manajemen Limbah (Waste Management), Deplesi Lapisan ozon (Ozone Layer Depletion), Lautan dan Perikanan (Oceans and Fisheries), Deforestasi (Deforestation)
Isu ini mengedepankan kepada kita bahwa, seyogyanya masalah ini semua, akan berimbas pada kehidupan manusia, yang merupakan satu kesatuan dari relasi yang bergerak dalam tiga arah (Tuhan, Manusia dan Alam). Bahwa sesungguhnya alam adalah cosmos (keteraturan), maka apabila ketika alam diintervensi secara berlebihan dan dengan kebijakan yang tidak secara proporsional, dengan otomatis akan terjadi chaos yang menjerumuskan manusia pada bencananya sendiri.
Umat manusia di seluruh dunia menghadapi krisis lingkungan yang serius. Dampaknya dapat dirasakan oleh siapa saja, tanpa mengenal batas-batas wilayah. Pemanasan global, banjir bandang, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, kebakaran hutan, wabah penyakit, adalah sederet bencana yang menimpa negara mana pun dan sudah menelan korban jiwa dan materi yang sangat banyak.

Back To The Nature
Pada lingkungan alam kita bersandar hidup. Alam telah memberi kita berbagai macam untuk keberlangsungan hidup. Akibat lain yang timbul adalah keserakahan manusia untuk mengeruk habis isi alam guna memenuhi kebutuhan hidup yang serba berkelimpahan yang ditawarkan zaman ini.
Alam adalah tempat tinggal manusia. Rumah asli kita. Manusia pasti bergantung pada alam dalam proses kehidupannya. Alam menjadi sangat penting untuk manusia. Sebagai sebuah strategi untuk membuat alam dan lingkungan hidup kita menjadi alamiah adalah kepedulian kita untuk menjaga dan merawatnya agar tetap alamiah sebagaimana hakekat alam itu sendiri.
Mari kita menjaga kelestarian alam. Kita laksanakan seperti apa yang telah menjadi harapan dari mantan Gubernur NTT, Almarhum Eltari, yang menyuarakan pentingnya penghijauan dalam habitat atau lingkungan hidup dengan motto “Tanam Sekali Lagi Tanam”. Hal yang telah beliau canangkan atas perefleksiannya terhadap keadan alam yang semakin memprihatikan. Back to the nature merupakan langkah kita untuk membuat alam tempat tinggal kita semakin asri.

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...