kepemimpinan yang di harapkan dewasa ini
KEPEMIMPINAN SEBAGAI TOLOK UKUR PENDEWASAAN ORGANISASI(Tinjauan kritis mengenai dinamika KMK St. Thomas Aquinas)
Oleh: DJHO IZMAIL
Latar belakang
Dalam menghadapi era globalisasi yang terus berdengung di gendang telinga tiap insan mulia, maka mau tidak mau para mahasiswa dewasa ini dituntut untuk bisa berpikir global dengan tidak meninggalkan kearifan lokal. Mahasiswa berusaha untuk bisa mengembangkan diri dengan gelora muda yang dimilikinya. Sebagai makhluk sosial maka tidak mungkin kita berjalan sendiri-sendiri, karena”No Man is Alone Like An Island.”dari situlah terbentuk berbagai organisasi kemahasiswaan baik lokal, regional maupun nasional serta internasional.
Terbentuknya sebuah organisasi tidak terlepas dari struktur, visi, misi dan fungsi kerjanya masing-masing. Dalam sebuah struktur dituntut adanya kerja sama dan kepemimpinan yang baik. Memahami hal ini KMK St. Thomas Aquinas yang telah berdiri selama enam tahun, berusaha untuk menancapkan akarnya lebih dalam di haribaan bumi, agar lebih kokoh dan tangguh menghadapi tantangan zaman yang terus mendera. Untuk itu terbentuklah proses dan pola pembinaan yang bertujuan untuk menghasilkan kader-kader yang militan, tangguh, kredibel dan tanggap akan terpaan zaman.
Tidak semua benih bertumbuh subur. Seiring dengan gejolak modernisasi, ada pula yang tidak subur bahkan mati. Di sini terlintas pemikiran, sebenarnya pola pembinaan atau kepemimpinan yang membuatnya mati sebelum bertunas? Kita tak bisa mengingkari jika pada prinsipnya kepemimpinanlah yang membuat semuanya berikhtiar. Karena perubahan disebabkan oleh pola dan kontrol terhadap diri.
Konsep kepemimpinan dan permasalahannya
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (Inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (Leadership from the inside out).
Dalam dinamika kehidupan organisasi KMK St. Thomas Aquinas FKM Undana, sering terjadi perbedaan presepsi yang menjerumuskan semua anggotanya dalam lembah kekelaman konflik. Memang wajar hal itu terjadi, tetapi ironisnya ketika terjadi hal yang bisa memecah-belakan anggotanya, sering kali ada yang berusaha (tanpa bermaksud menyalakan) untuk mengkambing hitamkan orang lain demi pembenaran diri sendiri. Otomatis perpecahan tidak terhindarkan. Padahal yang dibutuhkan saat itu ialah berusaha untuk menetralkan suasana dengan kepala dingin tanpa menyinggung siapa-siapa.
Terlepas dari itu, pimpinan dan semua anggota yang ada di dalamnya tidak mengerti betul konsep kepemimpinan, yakni keputusan untuk berubah dengan hati yang damai (dalam hal ini pribadi masing-masing). Di sini kata damai mungkin belum menyentuh nubari masing-masing kita.
Dalam perjalanan kehidupan, seseorang pasti menghadapi banyak kendala dan tantangan, baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Mengakui bahwa kita lemah dan tidak luput dari kesalahan, maka sudah selayaknya kita berusaha menerima keadaannya dan mengkoreksi bila dianggap perlu karena sudah melenceng dengan koridor yang ada. Dalam tubuh KMK itu sendiripun kita memaklumi adanya itu, karena memang kita semua memiliki isi kepala yang berbeda. Adalah naif, bila kita sebagai sesama saudara, satu keluarga, kita saling bertentangan sampai pada permusuhan. Padahal kita bisa mengambil nilai positif yang bisa mendewasakan dan mempererat hubungan kekeluargaan kita. Sangat sulit untuk menerima kesalahan orang lain dan sangat sukar pula untuk saling memaafkan.
Masalah yang paling mendasar dari semuanya itu ialah tidak adanya jiwa kepemimpina sejati yang ada dalam diri kita sehingga, kita dengan mudah terperosok pada kesalahan yang memecah-belahkan kekeluargaan kita. Karena kita tidak bisa memimpin diri sendiri supaya terhindar dari segala macam penyebab perpecahan. Kekuatan negatif dari dari dalam diri sendiri saja tidak bisa kita hadapi, bagaimana dengan kekuatan negatif dari luar diri kita? Sederhananya kita harus bisa melawan kekuatan negatif dari dalam diri sendiri. Bila hal ini bisa kita lakukan maka secara tidak langsung kita sudah bisa memimpin diri sendiri dan menjadi panutan (pemimpin) bagi orang lain.
Jika saja kita memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada fondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Sebuah seruan
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Sebagai langkah awal kita untuk menjadi pemimpin, maka marilah kita memimpin diri sendiri untuk senantiasa bergabung dengan wadah keorganisaian kita. Wadah pengkaderan, yang bisa menjadikan dan mendorong kita memupuk satu sikap yang seimbang, baik dari aspek intelektual, spiritual, moralitas dan fraternitas untuk menghadapi tantangan.
”I don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.”
—General Ronal Fogleman, US Air Force—
Sumber rujukan:
http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/