MAGDALENA
Banyak orang yang bertanya tentang kesalahan apa yang dilakukan sehingga tiap kali menjalin cinta selalu berakhir dengan kegagalan. Kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta melupakan hal-hal dasar yang sebetulnya penting untuk diperhatikan. Kali ini Maria Magdalena hanya bisa berpasrah. Sudah tiga minggu ini tidak pernah ada kabar berita dari kekasihnya Didimus. Ia seakan merasa kesal karena Didimus, sang pujaan hatinya tidak pernah memberitahukan atau menceritakan mengapa sehingga, ia selalu menghindar bahkan tidak mau bertegur sapa ketika terakhir kali mereka bertemu di Bait Allah pada perayaan pondok daun.
Sore yang sepi di rumahnya, Maria Magdalena hanya duduk terpaku di ambang jendela, sambil mata menatap nanar pada kejauhan. Suara Ibunya yang memanggilnya sedari tadi, tidak Ia hiraukan. Dari matanya menetes butiran-butiran bening membasahi pipinya yang montok. Segera Ia seka ketika Ia menyadarinya. Ibunya sudah tidak memanggilnya lagi. Raut mukanya semakin murung dan sedih. Isakannya perlahan terdengar ketika Ia mulai membayangkan masa-masa indah bersama Didimus, kekasihnya.
Waktu itu senja merayapi bumi. Perlahan binatang malam mulai bersenandung dari sudut-sudut tak terlihat. Dua insan berlawanan jenis saling memadu kasih di Taman Getsemani. Sesekali terdengar bisikan-bisikan dengan kata-kata romantis dari mulut Didimus. Maria Magdalena sampai dibuatnya tersipu dengan kata-katanya.
“ Sayang…” sapa Didimus lembut.
“ Iya sayang…” Magdalena menjawab dengan suara sedikit bergetar.
“Kupu-kupu tak tahu apa warna sayap mereka, tapi semua orang tahu betapa indahnya mereka..”
“ Apa hubungannya???” Magdalena bingung
“ Sama halnya dengan kamu, sayang. Kamu tidak tahu betapa indah dan cantiknya kamu, tetapi aku tahu itu. Bahkan sangat tahu, sehingga aku jatuh hati padamu sampai tidak bisa…”
“Iihhhh…gombal” Magdalena mencubit lengan Didimus sambil tertawa riang.
“ Ehh…sayang, kamu tahu atau tidak, kenapa aku sangat suka padamu??” Maria Magdalena berhenti tertawa lalu serius kepada Didimus. Didimus yang tadi tertawa jadi ikutan serius menatap mata Magdalena.
“Kenapa??” Didimus penasaran.
“Karena Kamu jelek!!”
“Ehhh..
“Iya, karena mencintai orang jelek lebih kreatif, karena semua orang mencari yang sempurna. Tapi Aku mencintai orang jelek. Makanya itu sangat kreatif.” Magdalena menyambung sambil cekikan. Didimus yang merasa kalah lalu mencubit pipi Magdalena. Magdalena protes karena pipinya yang montok dicubit oleh Didimus, tapi sebelum ia sempat membuka mulutnya sekejap hadiah ciuman dari Didimus kembali mendarat di pipinya, bekas cubitan Didimus. Mereka berdua tertawa lepas lalu mengukir cinta tanpa kata.
Magdalena tersenyum. Senyum kegetiran ketika ia kembali terbangun dari lamunannya. Ia menyesal telah memberikan sesuatu yang paling berharga buatnya dan semua perempuan di dunia. Ia merasa Didimus hanya mencintai tubuhnya, sehingga benarlah kata orang : Wanita sering kali bermain dengan sex untuk mendapatkan cinta sedangkan, lelaki sering kali bermain dengan cinta untuk mendapatkan sex. Kali ini Ia bertekad. Dan keyakinannya adalah bahwa tidak ada lelaki di dunia ini yang benar-benar dengan tulus mencintai wanita apa adanya dia. Ia begitu kecewa dengan setiap lelaki yang ada sehingga ia berniat untuk menghancurkan semua lelaki yang menyatakan diri memiliki cinta tulus dengan menggoda mereka.
* * *
Magdalena kini tidak lagi berhubungan dengan orang tuanya. Ia telah mendapatkan banyak lelaki sebagai teman tidurnya di Samaria. Kini ia tinggal di Samaria dengan seorang Lelaki dan membantu lelaki tersebut mengurusi ternak.
Siang yang terik Magdalena hendak memberikan minum kambing dan domba, tetapi ia lupa membawa tali dan timba. Ia berharap ada orang yang membawa tali dan timba di sumur nanti. Dari kejauhan terdengar orang bercakap-cakap. Sesampainya ia di sumur itu, betapa kagetnya dia ketika melihat seorang pemuda ganteng dan gagah duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Orang asing itu lalu berkata kepadanya:
"Aku baru saja kembali dari Yudea ke Galilea, Aku sangat haus. Berilah Aku minum." Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya:
"Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" Magdalena itu berkata begitu karena menurut adat, orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tetapi orang asing itu tidak peduli dengan setiap perkataan Magdalena karena baginya, aturan yahudi tidak memiliki sisi kemanusiaan. Tidak ada hukum cinta kasih yang terindikasi di dalamnya. Jawab orang asing itu kepadanya:
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Perempuan itu menjadi gugup, karena ia mendengar kata-kata Orang asing itu sangat mendalam dan belum pernah ia dengar sebelumnya. Kata-kata yang sangat berpotensi menunjukan bahwa orang yang berbicara tersebut adalah bukan sembarang orang. Menyadari itu semua Magdalena berkata kepada orang asing tersebut :
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" ketika Magdalena berkata begitu, orang asing itu kembali menjawab dengan sangan berwibawa :
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Kata Magdalena kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Orang asing itu lalu berkata kepada Maria Magdalena : "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."
"Aku tidak mempunyai suami."
"Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Orang asing itu menimpali. Magdalena menyadari semua itu lalu berkata, "Tuhan, nyatalah sekarang padaku, bahwa Engkau seorang Nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Orang asing itu berkata lagi.
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa sangat menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Magdalena kemudian menyadari semuanya itu, lalu berkata kepada-Nya:
"Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
* * *
Pagi-pagi benar Yesus sudah berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Mereka mendengarkan dengan seksama ajaran dan hikmah yang di bicarakan oleh Yesus. Tetapi ada saja ulah para ahli-ahli taurat dan orang farisi yang berusaha untuk mencobai Yesus. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Yesus sudah menyadari sepenuhnya bahwa mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tersebut tidak puas dan penasaran kira-kira apa yang akan dikatakan Yesus kepada mereka sehingga mereka dapat menemukan kesalahan-Nya Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu semua, yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Ia menuliskan semua nama-nama setiap laki-laki yang pernah berhubungan dengan perempuan itu Tetapi setelah mereka mendengar perkataan dan membaca tulisan tentang nama-nama mereka yang juga pernah berbuat zinah dengan perempuan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" sambil melihat perempuan itu. Yesus berusaha menyembinyikan rasa kaget-Nya, setelah menyadari bahwa perempuan tersebut adalah wanita yang pernah berbicara dengan-Nya di sebuah sumur peninggalan Yakub di Shikar, sebuah kota di daerah Samaria. Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Maria Magdalena kemudian memohon ampun pada Yesus. Ia kembali ke rumah orang tuanya sambil memohon ampun beribu ampun atas segala sikap dan tingkahnya selama ini yang telah menyakiti hati dan perasaan mereka. Ia kemudian meninggalkan segala macam keinginan daging lalu setia mengikuti Yesus, sampai pada drama penyaliban-Nya, bahkan sampai menjenguk makam Yesus pertama dan mengetahui kebangkitan-Nya.
Champen-obf, 10VIII2010