IPELMEN: SEBUAH NAMA DAN WADAH PENGKADERAN MELAWAN REALITAS HIDUP DAN PENDIDIKAN
Pujangga kenamaan Inggris William Shakespares pernah berujar: Apalah artinya sebuah nama. Namun tidak bisa dipungkiri, dewasa ini dalam pergaulan sosial masyarakat, orang cenderung menanyakan nama pada saat pertama kali berkenalan ataupun bertemu. Ini menandakan bahwa betapa sangat pentingnya sebuah nama. Nama pada dasarnya bertujuan untuk menunjukan identitas diri kita sekaligus mengaktualisasikannya.Dalam menghadapi era globalisasi yang terus berdengung di gendang telinga tiap insan mulia, maka mau tidak mau para pemuda(mahasiswa) dewasa ini dituntut untuk bisa berpikir global dengan tidak meninggalkan kearifan lokal. Pemuda(mahasiswa) berusaha untuk bisa mengembangkan diri dengan gelora muda yang dimilikinya. Sebagai makhluk sosial maka tidak mungkin kita berjalan sendiri-sendiri, karena”No Man is Alone Like An Island.”dari situlah terbentuk berbagai organisasi kemahasiswaan baik lokal, regional maupun nasional serta internasional.
Sejarah telah membuktikan bahwa yang bisa merubah kehidupan bangsa ini adalah kaum intelektualitas muda (baca mahasiswa). Di sini dituntut tiap mahasiswa untuk bisa mengembangkan diri. Melihat fenomena ini, maka dibentuklah suatu ikatan yang menghimpun semua pelajar mahasiswa kabupaten Ende untuk bisa mengembangkan diri bersama. Perhimpunan ini kemudian diberi nama oleh para pendirinya dengan nama; IPELMEN.
Nama yang sekarang diadakan dengan arti dan tujuan tertentu yang disepakati bersama. Terlahirnya IPELMEN menjadi satu tujuan yakni wadah pengkaderan untuk meng-output kan kader muda masa kini yang tanggap akan masa depan dan tidak menutup mata terhadap ideologi negara serta “Sang Pemberi Hidup”. Kehadiran IPELMEN sekarang menjadi suatu harapan akan hal tersebut. Adalah suatu yang tidak bisa berjalan bila di dalamnya terdapat ketimpangan dan ketidakselarasan. Untuk itu diperlukan kerjasama bagi orang-orang yang berdinamika di dalamnya, demi mengimplementasikan harapan muda baru yang spektakuler.
Keindahan Karena Dipersatukan atau Persatuan Karena Keindahan
Kaum muda dewasa ini, dipersulit oleh tuntutan zaman dan modernisasi yang semakin membius; perasaan, keingintahuan dan perilaku para kaum muda. Terlepas dari itu semua untuk mempopulerkan eksistensinya di muka bumi dalam berbagai bidang khususnya di negara tercinta ini, maka kaum muda berusaha membentuk blok-blok yang “mengejakulasikan” organisasi.
Menjadi suatu titik awal yang merupakan sejarah yang tidak bisa dilupakan (kaum muda sekarang berusaha melupakan), para pemuda pada kisaran tahun 1924-1928 menghadirkan berbagai bentuk organisasi yang berimbas pada lahirnya Sumpah Pemuda yang menjadi sangat sakral untuk dilupakan (SUMPAH). Dari sumpah itu, terlahirlah rasa nasionalisme untuk memerdekakan bangsa ini.
Pada era abad ke 21 ini kaum muda terhipnotis oleh kenikmatan duniawi yang sangat menggiurkan dan bisa menjadi ‘racun’ bila tidak di dayagunakan sebagaimana mestinya. Memahami hal ini maka Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende (IPELMEN) merapatkan barisan untuk menghasilkan kader muda yang bermoral, nasionalis, berintelektual dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang nantinya akan menjadi “agent of social change.”
Semua orang berusaha untuk lebih baik dari hari kemarin, padahal sebenarnya setiap detik hidup kita adalah baik adanya. Kita cenderung tidak menyadari bahwa ukuran yang kita pakai untuk menilai hari ini berbeda dengan hari kemarin, karena tiap hari adalah anugerah dan tidak akan sama. Kita tidak akan tahu akan hari esok, untuk itu janganlah kita berlaku sombong dengan apa yang kita dapati hari ini (keberhasilan), karena masih ada hari esok dengan semua penilaian yang serba baru.
Dasar pemikiran terbentuknya IPELMEN sudah sangat jelas dilihat dalam AD/ART, yang notabenenya bisa dikatakan dapur yang bisa mengepulkan asap kehidupan organisasi itu sendiri. Menyadari dengan kehadiran IPELMEN itu adalah menjadi hal yang mungkin keberadaannya menjadi suatu harapan agar wadah ini bisa terus eksis ke depannya. Hal mendasar yang harus terus kita refleksikan adalah usaha kita untuk menghadirkan IPELMEN itu bukan lantaran persatuan karena keindahan melainkan keindahan karena persatuan, dengan pengertian bahwa kita bergabung untuk menyatukan berbagai isi kepala agar menjadi satu kesatuan yang menghasilkan ide-ide briliant untuk pengembangan dan pembangunan Sumber Daya Manusia dewasa ini. Sulit memang tapi, adalah suatu hal yang mungkin bila kita senantiasa berusaha.
Citra Pendidikan vs Realitas Hidup
Hidup adalah perjuangan, untuk memperjuangkan hidup kita harus berusaha. Usaha yang dilakukan bisa dalam berbagai bentuk, tetapi sebagai makhluk mulia yang memahami akan keberadaan kita yang notabene diciptakan, maka alangkah baiknya bila hal yang kita lakukan adalah demi permuliaan nama-Nya. Usaha yang dilakukan antara lain, Berdoa dan Bekerja.
Dengan berdoa kita mengakui bahwa, kita hadir karena cinta-Nya sekaligus bersyukur dan berharap akan rahmanat dan penyertaan-Nya. Tidak cukup dengan berdoa karena untuk memahami sesuatu kita membutuhkan pembelajaran (pendidikan). Akan terasa pincang bila pembelajaran itu tidak diaplikasikan maka bekerja menjadi suatu tujuan akhir dari proses pembelajaran.
Sejalan dengan catatan di atas maka, pendidikan menjadi suatu yang sangat penting baik formal maupun non-formal. Orang yang tidak mau belajar adalah mereka yang menginginkan dirinya terpenjara dalam kebohongan.
Pendidikan dewasa ini berpengaruh besar dan sangat penting dalam setiap aspek kehidupan. Orang berusaha untuk mendapatkannya. Namun ada momok yang menakutkan karena kita dihadapkan pada pendidikan dewasa ini yang tidak mendidik. Percaya atau tidak, kurikulum dewasa ini hanya berusaha agar peserta didik menghafal rumus-rumus daripada mengajar mereka berempati atas kenyataan hidup sesungguhnya. Kita sering diwajibkan menghafal rumus sosial tanpa tahu sedikit pun tentang realitas sosial.
Revolusi pendidikan menjadi sebuah sarana yang paling utama dan terpenting untuk memerangi realitas pendidikan saat ini, karena orientasi pendidikan dewasa ini terletak pada watak elitis tanpa memperhatikan karakter manusianya. IPELMEN ditantang untuk merubahnya.
Apakah kita bisa???
Mari satukan tekad kita bisa!! sambil mengumandangkan salam persaudaraan “sa bhoka sa ate sa wiwi sa seru demi Ende tana sare.”