TIGA GADIS
Depergan 05.15
Pagi yang selalu tergesa dengan kepagi-pagiannya. Seekor jago di pohon mangga belum turun benar dari tempat persinggahan malamnya. Hanya kokokan kejantanan mengisyaratkan manusia untuk segera bangun, mengintip keperkasaan dan keindahan semburat mentari pagi di ufuk timur semesta.
Aku terjaga oleh kokokan jago, juga deringan alaram dari Nokia 1200 hitamku. Alunan digital yang sengaja aku buat untuk membangunkanku guna menyaksikan drama kekalahan leverkusen dari klub paling “bajingan” sejagat saat ini, Barcelona. “ah, terlambat..” segera kubelari ke kamar tetangga. Sial, kedudukan tiga satu untuk Barcelona. Padahal aku ingin sekali melihat kelihaiaan Messi merobek gawang lawan.
Hape yang sedari tadi kupegang, kuutak-atik. Menyisakan tiga buah pesan yang tertinggal semalam. Pesan basi sekedar mengucapkan selamat tidur dari dua orang, dan seorang hanya menulis namaku. Bermaksud memanggil atau mengeja namaku. Entalah.. Cuma dia yang tahu.
Waktu memaksa kusegera ke kampus, sekedar bertemu teman dan juga sebagai social support untuk teman yang mepresentasikan proposal penelitiannya hari ini. Tak ada yang istimewa selain ketemu pria berkulit gelap dan berbagai wajah cantik dan ganteng lainnya.
Kuolah kata buat gadis yang mengirim pesan atas namaku semalam. Buat dia merasa tersiksa dengan letupan amarah. Aku pandai. Pandai membual dan pandai membauat orang lain naik darah. Sebuah kebahagiaan dan subjektivitas emosional yang tak pernah berubah dariku, walau kuanggap itu sebagai guyonan terlucu yang kumiliki.
Ia Cuma terpojok dengan duduk dua jarak manusia dari besi tempat kami duduk. Cerita lakon kehidupan keluarga dan pertemanan yang terlalu kekanak-kanakkan membuat aku lelah bersama indra pendengaranku. Ia kemudian menghilang bersama salome yang menarik ingin. Giur kenikmatan yang secara sadar adalah kebodohan pecinta kuliner. “makan banyak, biar cepat besar” kalimat pelepas kepergiannya bersama hasrat makan salome yang menggebu.
Kampus FKM 10.23
Cerita di bawah pohon yang tak kuketahui namanya. Menggebu bersama beberapa teman yang menamakan diri sendiri sebagai senior abiss. Koar mulut, wujud arogansi sebagai mahasiswa semester akhir yang terlambat mengnyelesaikan tugas akhir. Seorang gadis datang.
Gadis manis berbadan montok membuatku gemas mengatakan sesuatu. Cerita dari bibirnya yang sedikit umet, menampakan kemanjaan yang sangat dari pribadinya. Demam korea yang ia lontarkan meluruhkan kodrat humanisku sebagai lelaki yang suka akan keindahan bahasa Indonesia. Sastra Indonesia, yang meruakan bahasaku. Karena bahasa adalah filsafat yang cair. Sarangheyo, darinya sebagai pemberitahuan dan sarangheyo dariku sebagai pernyataan.
Ruang B5 12. 58
Lompatan kisah membuat aku duduk terpojok paling belakang. Seorang teman mempresentasikan usulan penelitiannya. Gadis lain datang. Kupanggil dia menghampiri. Ia melihat buku kecil tebalku sambil bertanya sesuatu. Dikeluarkan agenda ber-cover batiknya. Selera humor yang rendah membuat aku meminjam selembar kertas darinya. Aku menulis empat baris puisi tak berjudul, lalu kukembalikan kertas padanya.
“ Tidak bisa baca!!!” ia membalas dibawahnya.
“ Baca pake transtool” aku bingung meladeni
“ Na minta do..” ia mengover kertas
“ Tidak ada..” aku mengover kertas. Kami saling mengover kertas
“ Hmm.. lanjutin puisinya”
“ Minta emailnya??”
“ Bla..bla..bla….”
“ Nanti saya kirim”
“ K punya???”
“ Bla..bla..bla..” “ kamu lahir tanggal 22 maret??”
“ Bukan.. 22 tu angka kesukaan saya..”
“ Kamu tau ko sonde orang yang suka angka kembar tu, terlalu obsesif terhadap sesuatu”
“ Tidak, baru tau.. mudah-mudahan beta sonde..”
“ 75 % benar”
“ Be yang 25%”
“ Tu kan resesif, suatu saat akan dominan..”
“ Kak tau dari???”
“ Baca buku”
“ Kak punya banyak buku??? Pinjam do..!!!”
“ Dua zha.. satu skenario AADC dan satu lagi kepribadian Ina Modern”
“ Pinjam yang ke dua..”
“ Tidak bisa!!”
“ Kenapa???”
“ Pengalaman setiap buku yang teman-teman pinjam hilang…”
“ Hmmm.. biar zhu..” ia cemberut. Ada yang salah denganku memmbuat ia sedikit melumur marah di wajah polosnya yang manis.
“ Beta mau katakan sesuatu…” aku berkata, lalu menghilang dengan rutinitas, sampai sopi sore tadi di kamar kos teman membuatku pusing dan menghasilkan tulisan ini.
Depergan Kozt, 16 februari 2012
Pukul: 01.23
Pukul: 01.23