puisi-puisi Djho Izmail Part III
SATCU
Detak waktu membawa perubahan
Lawan berlalu kawan berganti
Di antara lorong menatap tak kenal
Satu senyum di antara beribu
Darah berdesir cepat
Lain rasa melanda hati
Menepis perlahan sombongku
Rasa semakin membendung penuh
Di antara lorong sempit kita
Rasa membawaku percaya cinta
Sebelum sempat kuanggap dusta
Membludak di antara berjuta
Satcu ya adalah satcu
Tak pernah semua mengerti
Aku, bukan kau mengerti itu
Senyummu adalah tebaran cinta untukku
Senyummu tebaran cinta buatku, satcu
Senyummu adalah tebaran cinta untukku
2008
RINDU BERSAMA
Saat mentari pagi datang lagi
Kuteringat simponi syahdu malam itu
Tertawa bahagia bersama kawan
Di kegiatan KMK Aquinas
Perlahan gejolak emosional
Rasa cinta wahai sahabat bahagia
Makan ala kadarnya tidurpun berhimpitan
Kita bangun persaudaraan sempurna
Santo Thomas Aquinas nama pendiri kami
FKM UNDANA di bawah naunganmu
Sendiri ku di sini terasa sunyi
Tanpa kawan dan sahabat menemani
Rasa hambar bagai sayur tak bergaram
2010
RESOLUSI TAHUN BARU
Kelam membelenggu dari berbagai sudut
bumi
Bercurah rahmat dari langit berbentuk
cair
Membentuk lain di atas gundukan lembah
Dataran terbentuk kolam meriak pelan
Di ujung teriak mulut berbagai bentuk
Hiruk pikuk dunia menggelegar pecah
sunyi
Mercun dan petasan berdentum bom rakitan
Ngiangan deru gemericik berpadu Satu
Bayiku terbangun menangis
Tersulut bunda dengan amarah perlahan
nyala
Rentetan dunia berkejar mendahului waktu
Resolusi ratusan lembar terbuang percuma
Tiga pena meringkuk di kotak sampah
Hanya karena ingin kususun sebuah
resolusi
Kabut memudar sembunyi dari tatapan bumi
Lorong lenggang semakin gaduh
berhamburan
Terompet dan sangkakala menyair di
menara kota
Gunung dan bukit mendongkak bersama
gaduhnya
Sungai dan lembah bernyanyi bak kurang
energi
Sayup perlahan menunggu waktu mati
Di ujung lorong percintaan bisu
Sahabat membisik sarat makna
Pedih kudengar seakan mengejekku
Di kedalaman lubuknya ia hanya berucap
Jujur”save
d’planet” ngiang tak mau pergi
Januari 2009
PIKIRAN
Sahabat mengukir tinta kelana
Terbentuk alur sulit ditebak
Warna menjalar antara goresan
Tersingkap pelacur tak berkaus
Gambar terbentuk di layar datar
Kumandang suara mendesah renyah
Insan bergumul berbentuk audiovisual
Perlahan lenggang sunyi seketika
Kata menyumbang kalimat tulisan
Cerita berawal kisah menggairahkan
Mata nanar menahan ereksi
Puan tuan terjebak tersesat
Terpandang keindahan tubuh duniawi
Takkala konsentrasi membuat lupa
Iblis menertawakan nafsu dunia
Pikir mengukir vital tak turun
Onggokan jiwa menerawang tubuh
Desiran berkejaran alir darah
Bila sedetik saja tidak sadar
Suram terpampang masa depan
040509
PERBEDAAN
Waktu terus berlalu
Kau masih di situ
Mungkin menungguku
Tuk hentikan detak waktu
Tapi sungguh kutak bisa
Kubukan Dewa pemberi waktu
Bukan Sang Empunya waktu
Kuberharap kau mengerti
Bukan egoku menelantarkanmu
Bukan salahmu menduakanku
Tapi karena hasrat yang menggebu
Sebab keinginan yang terus memacu
Terus inginkan yang lain
Bukan hayalku
Meninggalkanmu seorang diri
Tak mengerti dirimu diriku
Kita ditakdirkan berbeda
230408
PENYEJUK JIWA
Mentari
pagi mengintip dari balik bukit
Semua
terbangun, engkaupun bangun
Sebentar
ke kamar mandi
Lalu
berpakaian rapi
Meja
dan kursi tua di ruang tengah
Kau
duduk di kursi dengan lembut
Di
meja segelas kopi mengepul minta dihirup
Senyum
istrimu menyodorkan sepiring ubi goreng
Tapak
tuamu menanjak pada jalanan berdebu
Deru
mesin tak ada dalam hidupmu
Engkau
berayun langkah sendiri
Setelah
pamit pada anak dan istri
Sepatumu
tetap sama seperti tiga tahun lalu
Rambutmu
kian putih pertanda telah tua
Tas
itu engkau jinjing penuh buku
Saat
bel berdentang tiga kali
Kami
berlari bergegas ke kelas
Engakau
telah lama menunggu di sana
Buka
buku, ajarkan kami menulis dan membaca
Bila
kami lupa aksara
Engkau
menuntun menghafal
Melafalkan
kata demi kata
Hingga
semua bisa membaca
Saat
kami tak tahu berhitung
Kau
ajarkan kami
Perkalian
dan Pembagian
Penjumlahan
juga pengurangan
Terima
kasih tuk semuanya Guruku
Jiwamu
tulus laksana embun pagi
Penyejuk
jiwa bagi semua insan
Yang
haus akan segunung ilmu
Rumah Kamar,
akhir November10
PELUPA
: anak iman
Malam menggeranyang sunyi
Berkobar suara tak surut
Kemarin kurumus nasib
Terperangkap retorika dan propaganda
Diskusi gosip dan humor
Membaur mencari teratas
Muak dengan kata
Selalu menang dari lapar
Bahkan menjadi penunda tidur malam
Rokok dan kopi
Menyesak ruangan
Kelabu yang hitam
Karena kita saudara
Udu papa pudu eko papa pongo
Semboyan kekeluargaan
Hari ini kita berdiskusi
Dicatat dan dipresentasikan
Besok lupa dan dibuang
30Jun11