YANG TERCECER DALAM PERJALANAN KE ENDE

September 15, 2012 0 Comments A+ a-


Rabu, 22 Agustus 2012
Menanti Sebuah Penantian

sumber: armanmanoppo.blogspot.com
Awan-awan hitam keriting perlahan beranjak berkumpul. Menghitamkan langit Kupang dan sekitarnya. Tidak ketinggalan sebuah ujung lautan. Pantai sebuah tempat yang oleh semua orang menamakannya dermaga. Tenau menjadi tempat dengan banyak orang berkumpul menanti, yang bagiku mengatakan sebagai menanti sebuah penantian.
Ah, indonesia masih menganut sistem “jam karet.” Semua akan begitu lama bila kita harus menunggu. Dan sore itu, di tenau yang mendung, kita harus menunggu. Menanti tibanya KM WILIS. Padahal dari agen tiket perjalanan, diinformasikan Kapal akan tiba pukul 17.00 (jam lima sore). Kami semua harus menunggu sampai kapal itu bisa hadir menepi di dermaga.
Melihat hal ini aku jadi berpikir. Sampai kapan kita akan bermain-main dengan waktu, sedangkan orang sudah mulai menganut sistem “time is money.” Lantas bagaimana jika orang sudah mengatur jadwalnya setiap saat. Akankah ia harus kecewa dengan aturan yang ia buat sendiri dan harus ia taati?
Masih terus bergumam. Ah, sampai kapan kita terus bermain-main dengan waktu?

Pelajaran Dari Bule

Bosan dengan penantian yang tidak jelas begini, seorang cewek tinggi semampai perlahan menghibur orang yang terus menunggu. Dengan pelan, ia mulai mengoyangkan badan. Lingkaran yang ada di tengah badannya berputar-putar. Hula hop ia mainkan, membuat mata semua orang yang gelisah tertuju padanya. Kadang sedikit kesalahan, tapi terus ia melakukan dengan senyum. Sementara orang yang mengerumuninya semakin banyak.
sumber: ifanjayadi1980.wordpress.com
Ingin mendapatkan peluang disetiap kesempatan yang tak terduga. Dengan bahasa yang kurang kumengerti dan juga dengan isyarat ia menyuruh teman lelakinya yang sedang mengiringi liukan badannya dengan ukulele meletakan sebuah topi di tengah kerumunan. Semua orang berpandangan. “ini ngamen” teriak seseorang dari kerumunan.
Semua orang terus menonton tanpa mempedulikan topi yang ada di tengah mereka. Tiba-tiba seorang anak kecil berusia kira-kira sembilan tahun, masuk mengendong adiknya. Dengan polos, adiknya meletakan selembar uang ke dalam topi. Semua orang begumam. Entah memuji dan ada juga yang mengejek. Setelahnya semua orang mulai tertarik meletakan uang di topi itu. Seorang anak muda berceloteh: mereka ini jalan-jalan sampai sonde tau kalo uang su habis…
Aku terhenyak, ternyata walaupun serumit apapun hidup dan segawat apapun keadaan, apabila kita berniat untuk menemukan kreatifitas, otomatis kita akan bisa. Dan dari sini saya melihat betapa kreatifnya orang Bule. Terima kasih Bule. Kalau saya bisa bahasa inggris pasti kita akan berdiskusi… hehehhehehehee…

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...