TIGA WANITA
Saya sangat keget. Pagi-pagi buta
saya merasakan ada sesuatu yang menempel di wajah. Sesuatu yang membangunkanku
dari tidur. Kudapati barang itu ternyata lota.
Daun-daun lontar yang dipakai masyarakat pesisir ende untuk menuliskan
syair-syair tentang nasehat kepada anak atau semacam curahan hati. Tapi kali
ini saya mendapatkan tulisan yang berbeda. Bukan seperti biasa yang saya baca.
Saya mendapatkan semacam cerita dari negeri yang tak dikenal. Cerita ketiga
wanita yang memiliki nama yang sama. Maria.
1. Maria Istri Kleopas.
Hari semakin sore.
Jalanan berdebu. Sepanjang jalan ia menggerutu. Anak-anak yang bermain
menerbangkan debu sekelilingnya. Langkahnya dipercepat. Hari ini ia ke Nasaret.
Kota kecil di daerah Galilea. Tujuannya ialah ingin mengunjungi saudaranya.
Maria. Gadis manis bersahaja. Membuat setiap mata lelaki galilea memandang.
Ingin mempersuntingnya. Sayang, seorang telah terlebih dahulu meminangnya. Seorang
pemuda tukang kayu itu lebih cepat dari mereka.
Dengan sumringah Maria Istri Kleopas mengetuk pintu. Mereka nampak
saling berpelukan setelah pintu dibuka. Gembira karena saudaranya datang
berkunjung. Berbagai tanya menutur dari kedua mulut masing-masing.
Mengahangatkan suasana sore di rumah maria.
Maria menceritakan tentang pengalamannya. Tentang kedatangan seorang
malaikat agung utusan Allah. Malaikat yang mengaku bernama Gabriel itu, datang
memberitakan kabar baik. Kesukaan besar. Ia akan hamil dan melahirkan anak oleh
Roh Kudus. Anak itu yang nantinya harus bernama Yesus. Penyelamat ajaib. Mesias
yang dinanti. Sementara Maria Istri Kleopas saudaranya itu, cuma mendengar
dengan saksama. Sedikit kaget dan was-was dengan kabar itu. Kaget karena maria
harus hamil, bukan dengan Yosef tunangannya. Was-was karena tak hal ini
diketahui banyak orang.
Maria Istri Kleopas hanya terdiam. Kemudian beberapa saat setelah Maria menyudahi
pembicaraannya ia memulai ceritanya. Ia bercerita tentang rumah tangganya yang
damai. Tentang suaminya Kleopas yang pengertian nan romantis. Tentang kejutan
yang selalu diberikan suaminya.
Setelah menginap sehari. Maria Istri Kleopas kembali ke rumahnya. Mereka
kemudian menjalani hidup masing-masing. Sementara itu, kaisar Agustus memerintahkan
orang untuk melakukan cacah jiwa ke tempat asalnya masing-masing. Maria dibawa Yosef
ke Bethlehem. Mereka kemudian hilang kabar satu sama lain. Maria Istri Kleopas tak
mendengar lagi cerita tentang saudara termanisnya maria itu. Tak terdengar
cerita kehamilan oleh Roh Kudus.
Beberapa tahun belakangan ini, ia baru mendengar lagi. Anak saudaranya Maria
telah dipenuhi oleh hikmah kebijaksanaan. Ia mengajarkan banyak orang
kebajikan. Menyerukan pertobatan. Menyindir kaum saduki dan farisi dengan
berbagai perumpamaan. Ajarannya mengagumkan.
Shock effect. Diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarganya, ia mengikuti dan
mendengar ajaran keponakannya itu. Tak terbayangkan dengan setiap mujizat yang
ia berikan. Anak ajaib.
Saking kagumnya, ia bahkan mengikuti Yesus anak saudaranya itu sampai ke
Yerusalem. Yesus yang juga Kristus itu memasuki Kota Yerusalem dengan keledai
muda yang belum ditunggangi orang. Maria Istri Kleopas itu terus mengikutinya.
Begitu kagetnya ia ketika di situ ia harus bertemu lagi dengan saudaranya
Maria. Ibu Yesus. Mereka berpelukan, bercerita dan saling bebagi pengalaman.
Keesokan harinya mereka terkejut. Ada berita tentang anak mereka itu. Ia
telah diserahkan oleh Imam-Imam Kepala kepada Pilatus untuk dihukum mati.
Mereka segera berlari ke istana Pilatus. Di sana didapati Yesus sedang dicambuk
oleh Prajurit-Prajurit Romawi. Mereka cuma pasrah melihat. Kemudian mengikuti
dari belakang penderitaan-Nya. Memikul salib. Jatuh ditindis salib. Sampai dengan
ditelanjangi, dipaku dan mati di kayu salib.
Maria Istri Kleopas menangis. Melihat anak saudaranya yang notabene
adalah keponakannya harus mati dengan cara begini. Pedih menyayat hati. Air
matanya tak sanggup katakan kepedihan yang mendalam.
2. Maria Magdalena.
Yesus terus mengajar. Menelusuri kota-kota. Maka sampailah Ia di suatu
tempat. Orang-orang farisi datang membawa padanya seorang gadis. Kata mereka
gadis itu telah melakukan perzinahan. Menurut hukum adat yahudi, ia harus
dirajam dan dilempari dengan batu sampai mati. Mereka berkata demikian karena
mereka ingin mencari kesalahan Yesus. Cari hal namanya. Sementara Yesus cuma diam.
Menuliskan sesuatu di tanah. Ia menuliskan semua nama yang pernah berhubungan
dengan gadis itu. Banyak di antara merekalah nama-nama itu. Merasa malu, mereka
lalu pergi satu per satu.
Gadis itu masih duduk. Ia merasa sangat bersalah. Setelah ditanya
ternyata namanya Maria Magdalena. Dengan penyesalan sungguh ia meminta ampun
pada Yesus. Merekapun berbincang. Berbicara dari hati ke hati. Yesus
mengucapkan kebajikan yang patut dan harus dilakukan oleh orang yang ingin
mengikutinya.
Maria Magdalena menjadi percaya. Ia selalu mengikuti ajaran Yesus.
Bahkan selalu mengikuti ke mana Kristus itu pergi. Ia senantiasa bersama dan
melayani Sang Guru itu bersama para Murid yang lain. Mereka bahkan terus
mengikuti sampai pada proses yang sangat kejam menyakitkan. Jalan salib Yesus
diikuti Maria Magdalena. Ia mengikuti dari belakang. Sembunyi-sembunyi diantara
kerumunan orang banyak.
Kisah paling tragis ia saksikan. Yesus disalibkan dan mati di atas
palang penghinaan itu. Sungguh, tragedi memilukan yang terus menguras air mata.
Karena amat sayangnya pada Yesus, ia terus menunggu sampai Yesus diturunkan
dari salib dan dikuburkan.
Setelah tiga hari jenazah Yesus dikurkan. Pagi-pagi benar, Maria
Magdalena telah pergi ke makam Yesus. Ia membawa rempah-rempah dan minyak untuk
ditaburkan ke Jenazah Yesus. Betapa kagetnya ia, ketika sampai di dalam kubur,
tak ditemukannya jenazah itu. Ia panik. Berteriak memanggil penjaga. Mereka
terus mencari jenazah itu. Seseorang tiba-tiba muncul. Mengabarkan kalau
jenazah itu tidak ada lagi. Sesungguhnya ia yang kalian cari telah bangkit.
Maria Magdalena percaya. Ia terus bersama murid-muridnya mengajarkan kabar suka
cita. Mereka senantiasa berkumpul dan berdoa.
3. Maria Bunda Yesus.
Maria adalah orang yang tidak
suka bicara. Ia lebih suka memendam semua perkaranya dalam hati.
Pagi-pagi benar. Seorang yang bercahaya bagai kilau matahari di seluruh
tubuhnya datang. Ia tiba-tiba muncul di rumahku. Aku kaget ketiak ia memberi
salam. Setelah mendengar kabar yang ia sampaikan aku lebih bertambah kaget
lagi. Rasa malu, takut dan heran menyatu. Orang itu mengaku diri malaikat. Ia
menguatkan hatiku. Katanya, aku akan hamil oleh Roh Kudus.
Hari-hariku kujalani lebih misteris. Aku memilih terus saja di kamar.
Aku harus menyembunyikan ini. Kalau orang tuaku tahu, pasti akan sangat rumit.
Apalagi Yosef tunangannya tahu. Sungguh ini akan menjadi aib yang sangat
memalukan. Aku berusaha agar orang tak mengetahui berita kehamilanku itu.
Bahkan yosef telah mengetahuinya. Anehnya, ia tak pernah
mempermasalahkan hal ini. Ia lebih memilih diam. Hanya memberiku senyum dan
perhatian yang manis. Selebihnya adalah kerja. Ia sosok pekerja keras. Yang
malu bermalas-malasan. Kami yang telah hidup bersama. Sedang aku tengah hamil
tua. Di seluruh penjuru negeri dikumandangkan perintah kaisar agustus, untuk
melakukan cacah jiwa ke daerahnya masing-masing. Yosef mendaftarkan kami ke
daerah nenek moyangnya di Yudea.
Tengah malam, kami menelusuri tiap rumah dan penginapan, di sebuah kota
kecil Betlehem. Semua menggerutu. Tak ada penginapan yang tersisa untuk kami.
Penuh. Rumah-rumah wargapun tak ada yang mau menampung kami barang semalam.
Sementara aku sudah merasa kesakitan yang amat sangat. Rasanya bayi yang ada
dalam rahimku ini menendang-nendang hendak keluar. Tak ada pilihan lagi. Aku
harus melahirkan. Dan adalah sebuah kandang aku bersama suamiku harus menginap.
Tangisan bayi lelaki mungil memecah keheningan malam.
Sapi yang melenguh, domba yang mengembik tiba-tiba diam. Suara bayiku
menggantikan semuanya. Sementar para gembala yang menjaga kawanan ternaknya
berdatangan. Dengan kesahajaan mereka menemui kami. Mengembirakan hati yang
telah girang dengan kehadiran putra tertampan kami. Entah apa yang telah
terjadi, suamiku yosef, tiba-tiba mengajakku meninggalkan tempat itu setelah
kepulangan Raja Baltasar, Raja Gaspar dan Raja Melkior. Merekalah orang terjauh
yang datang melawat kami. Menyemaikan dupa dan mur untuk menyemarakan
kebahagiaan kami atas lahirnya putra yang kami namai dia Yesus. Maka mesirlah
pilihan untuk meninggalkan Yudea. Membirkan setiap harapan di negara tercinta
memudar.
Sudah kurang lebih setahun kami kembali berada di Nasaret. Yesus anak
kami sudah beranjak remaja sekarang. Umurnya yang sudah memasuki masa akil
balig membuat kami sedikit repot dengan kelakuannya. Hari itu adalah paskah
yahudi. Kami semua harus ke yerusalem untuk memperingatinya. Semua bersuka ria.
Paskah pembebasan. Mengingatakan kembali akan pembebasan nenek moyang kami dari
tanah mesir.
Dalam perjalanan pulang. Sukacita kami berubah dukacita. Anak kami yang
sekarang berusia duabelas tahun itu menghilang. Sudah kami tanya kepada semua
keluarga dan kenalan yang bersama dengan kami. Ia tak ada diantara mereka. Aku
dan Yosef pusing. Kami harus kembali ke Yerusalem. Perjalanan yang jauh dan
melelahkan. Di Yerusalem kami dapati dia sedang berdiskusi dengan para tetua
dan imam kepala di bait Allah. Ingin rasanya memarahi dia yang telah merepotkan
kami.
Setelah kejadian itu, aku harus menyimpan semua perkara tetangnya dalam
hati. Aku tak bisa lagi menasehatinya. Naluriku sebagai ibu telah terhambat
oleh hikmat dan kebijaksanaan yang ia dapatkan. Kadang aku mengikutinya dalam
perjalanan mengajarnya ke setiap desa dan kota. Ia mengajar dan menyembuhan
sakit penyakit. Aku tak tahu semuanya itu dari mana. Pernah aku menegurnya
suatu hari, karena aku takut dengan arogansi para pemimpin yang tak mau orang
lain mengalahkan mereka. Ia masih keras kepala. Idealismenya menyebarkan virus
cinta kasih tak bisa dibendung.
Sampai suatu saat aku harus melihatnya disiksa dan ditelanjangi. Pada
akhirnya ia harus mati dikayuh salib. Menyedihkan sekali. Putraku dulu yang
manis dan menggemaskan digendonganku harus aku pangku lagi sekarang dengan
keadaan tak bernyawa. Pada akhirnya aku harus menyimpan lagi ini dalam hati.
Ternyata cinta kasih itu bukan teori, tapi butuh aplikasinya.
Saya masih merenung setelah
membaca semuanya. Ada kata yang mesti digarisbawahi. Cintakasih---
Naikolan,
meju-2012