Handphone Hilang
Ilustrasi dari Google |
Gara-gara
handphone tersebut, hari ini saya menjadi galau. Ponsel yang secara sadar saya
letakan di suatu tempat tak ditemukan kembali. Saya sudah berusaha mencarinya
tapi hasilnya nihil. Bertanya pada teman-teman, mungkin saja mereka membawanya,
tapi tak ada yang tahu. Saya menduga ada yang secara iseng menyembunyikannya
tapi, mau menuduh siapa? Semua dengan muka polos tanpa dosa bingung dengan
pertanyaan saya.
Seseorang tiba-tiba
saja mengusulkan untuk mencari “orang pintar”. Katanya ada seseorang yang
rumahnya di ujung kampung itu, memiliki sesuatu untuk dapat menerawang barang
kita yang hilang ada di mana. Bahkan bisa menggugah hati orang tersebut untuk
mengembalikannya bahkan dengan cara tertentu bisa mencelakakan orang tersebut.
Saya berpikir
itu cara yang ampuh, namun masih terbersit keraguan di hati saya. Saya bukannya
tak percaya nasehat itu. Saya cuma merasa bahwa belum saatnya saya harus
melakukan hal demikian untuk sebuah handphone. Saya masih
membutuhkan kejujuran nurani orang-orang yang membawanya pulang atau kejujuran
nurani handphone itu sendiri untuk kembali ke genggaman saya.
Tentang handphone
yang hilang ini, memberikan saya sedikit refleksi. Terkadang kemajuan teknologi
bila tidak disadari secara penuh bisa merusak hubungan. Seperti halnya, saya
yang tak bisa lagi berkomunikasi dengan kenalan, sahabat, orang tua dan siapa
saja yang ingin berkomunikasi dengan saya namun dibatasi oleh jarak. Masa saya
harus pakai surat? Semoga saja, tak ada yang galau ketika menghubungi saya dan
yang menjawab orang lain atau tak ada yang menjawab atau pun tak bisa dihubungi.
Malangnya nasib
saya, tetapi lebih malang nasib handphone itu. Memang saya terkadang usil
menyembunyikan milik orang lain tapi, saya tak setega itu mendiamkan terus
milik orang lain. Saya akan mengaku beberapa saat kemudian. Ini sungguh
kelewatan.
Saya terpaksa
harus berpikir lebih imajinatif. Mudah-mudahan ponsel saya tersebut bisa
membaca tulisan saya ini, bahwa saya, sungguh sangat galau karena kehilangan
dirinya. Atau bisa saja teman-teman yang membaca tulisan ini menemukan di mana
ponsel saya menyembunyikan dirinya. Walaupun bentukmu buntut dengan layar yang
telah retak, saya tetap senang memilikimu wahai ponsel, karena engkau, saya
berdarah-darah untuk mendapatkannya. Bukan dari hasil keringat orang lain.
Semoga ponsel saya dalam keadaan baik pada tempatnya tak
kurang satu apa pun dan barang siapa yang mengambilnya tak diberikan kesusahan
karena dia akan bersenang-senang terus dengan handphone tersebut dan kepada
saya yang ditinggalkan handphone, diberikan kekuatan untuk move on.
Akhir kata, terima kasih untuk modem yang hampir kehabisan
paketan data ini. Berkat anda saya masih bisa bergalau ria dengan tulisan ini.