SAAT BERCERITA TENTANG “CELANA UMPAN”
Suatu siang dengan suasana Kupang yang panas. Saya bersesakan dalam sebuah bemo dari Kampus menuju tempat tinggal saya. Naikoten ke Oebufu. Rasanya ada yang aneh sepanjang perjalanan. Semua mata terpusat pada seseorang. Mata-mata itu tengah memata-matai seorang Ibu berusia sekitar empat puluhan tahun. Dan yang aneh entah saya salah atau benar yang jelas saya berusaha menerjemahkannya. Celana umpan. Atau yang dikenal dengan Hot Pants (selanjutnya saya menamai sesuai bahasa sehari-hari di NTT- Celana Umpan) Ibu itu memakai celana umpan berwarna hijau muda dengan baju putih sedikit ‘membentuk’ badan yang kalau menurut pandangan saya, tidak seksi lagi…hehehehhee..
Ketika Ibu tadi turun,
semua mata seolah telah diajar untuk mengikutinya. Bahkan setelah Ibu itu
berlalu untuk menumpang ojek. Semua cenderung melihat sampai menghilang dari
penglihatan. Dua orang ibu seumuran dengan ibu tadi, terus melihat dan
menghasilkan senyum sinis setelah bemo membawa kami menghilangkan pandangan
terhadap ibu itu. Seorang bapak berumuran serupa tersenyum lebar. Sangat
ekspresif. Anak SMA tampak jaim. Seorang mahasiswa seolah berpikir. Dan saya
melihat semua ekspresi semua orang dalam bemo itu, sambil tersenyum dalam hati
atas lakon hidup manusia kini.
Saya melihat dan merenung.
Tak ada hal lebih selain, berpikir tentang penglihatan saya hari ini, akan saya
rampungkan menjadi sebuah tulisan yang reflektif dan inspiratif (pengakuan
sendiri J). Untuk melengkapinya, saya harus menambahkan
beberapa hal dari pemikiran dan juga referensi lain.
Menyingkap Celana Umpan
Semenjak manusia berpakaian, terus ada inovasi
dalam hal berbusana. Munculnya perancang busana sekarang menunjukan kemajuan
hal tersebut. Dalam ruang lingkup sejarah, Celana
pendek yang berasal dari benua Eropa pada abad ke-19, pertama kali dipakai oleh
anak-anak yang dianggap belum dewasa. Pada periode ini, laki-laki tidak berani
memakainya karena takut dianggap tidak dewasa. Apalagi seorang perempuan, tidak
diperbolehkan memakai celana pendek karena ikatan norma yang berlaku. Celana
pendek digunakan oleh anak laki-laki hingga ia mencapai umur tertentu. Namun,
sekarang baik laki-laki dan wanita dewasa pun mengenakan celana pendek.
Pada tahun 1930-an celana jenis ini mulai meluas
penggunaannya, pria dan wanita memakainya untuk berolah raga, tapi bukan untuk
kegiatan yang lain. Celana olah raga biasanya tidak lebih pendek dari lutut.
Waktu berganti, dan pada tengah abad ke 20, celana pendek sudah umum digunakan
di musim panas. (sumber: http://www.andaikata.com/2012/10/sejarah-pakaian-hotpants.html)
Celana umpan (hot pants)
pertama menjadi terkenal sekitar tahun 70-an. Dulunya hot pants adalah
pengganti dari miniskirt yang suka dipakai sama cewek-cewek PSK pada tahun
1970-an di Eropa. Alasannya sih katanya biar lebih sexy yang mana bagian paha
bisa kelihatan. Kalau di Amrik sendiri hotpants malah tenar, gara-gara personil
klub baseball Philadelphia Phillies sering memakai Hot Pants Patrolnya.
Biasanya memang
hotpants lebih pantas dipakai sama cewek yang punya bentuk kaki jenjang
berkulit mulus, jadinya sering dilirik para cowok. Maka enggak enggak heran
kalau cewek yang sering memayungi para pembalap motor GP atau para SPG sering
memakai model celana yang satu ini supaya menarik perhatian.
Hot pants yang pernah
booming di tahun 1980-an, kini sudah biasa kita lihat dimana-mana. Enggak cuma
batasan jenis kelamin saja tapi faktor umur sudah enggak jadi masalah. Yang
udah berumur,tua, aja pada suka banget. Pokoknya golongan berumur ini asik-asik
aja sewaktu memakainya, kayaknya merasa masih muda ‘aja’.
Sensasi yang ada di hot
pants membuat si pemakainya akan tambah ‘pe de apalagi yang bentuknya lebih
ketat and super pendek, wuih pasti banyak banget yang pada ngeliatin tuh. Untuk
sekarang ini, hot pants lebih sering muncul dalam bahan denim dengan model yang
trendi cocok untuk dipakai waktu acara santai.
Tapi ada satu hal yang
mesti diingat, kalau memakainya perlu disesuaikan juga sama tempat dan pantas
atau enggaknya memilih mode fashion ini dengan wajar terutama bagi yang mau
fashionable, hal ini penting banget demi menjadi yang tercantik dan termodis. (Sumber:
http://www.beritaunik.net/unik-aneh/kenapa-cewek-jaman-sekarang-suka-pakai-hotpants.html)
Sikap Latah Masyarakat Modern
Sebagai makhluk
konsumtif, manusia tentaunya akan tergiur dengan setiap perubahan. Hal ini
dipengaruhi karena pola pikir dan kreatifitas manusia yang terus berkembang,
disamping rasa ingin tahunya yang tinggi.
Di era modern ini,
sikap itu semakin nampak. Manusia cenderung mengikuti arus perubahan tanpa
memikirkan baik buruknya hal itu. Asimilasi kebudayaan kita tak peka dan tak kritis
terhadap berbagai pandangan lain yang tersurat atau tersirat di dalamnya.
Intinya manusia cenderung ‘semau gue’. Tak jarang sekarang tenar dengan lafal
‘masalah buat lo’. Padahal tidak semua yang ada dan diperhadapkan di depan kita
menguntungkan bagi kita.
Dengan memakai celana
umpan, kita tak pernah berpikir dampak sosial apa yang akan dihasilkan dari
cara kita untuk orang lain. Kita hanya bersikap egois, demi mengikuti trend.
Latah namanya kalau kita cenderung mengikuti arus modernisasi tanpa menilik
baik buruknya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa, kenapa mesti kamu yang
berpikiran aneh dengan cara saya? Dan kita mesti menjawabnya. Loh, bukankah
otak untuk berpikir? Bukankah karena kita berpikir, maka kita ada?
Tanpa bermaksud membela
diri, tetapi harus diakui bahwa karena hakikat insani kita sebagai makhluk
sosial, maka mau tidak mau, suka ataupun tidak suka kita akan berhadapan dengan
sesama kita. Walaupun tak disadari atau disengaja, kita telah melakukan
interaksi sosial. Secara sosial kita diperhadapkan dengan orang banyak.
Manusia dilahirkan
dengan ciri fisiologis yang berbeda. Perbedaan itulah yang melahirkan
keberagaman. Termasuk keragaman pikiran. Dalam interaksi sosial, kita akan
cenderung menilai setiap orang dari sudut pandang kita sendiri. Entah salah
atau benar, kita telah menentukan bahwa apa yang kita pikirakan adalah sesuai
dengan kehendak atau apapun yang akan kita ingini. Di sini tak jarang kita akan
men-just sesuatu atau orang lain
sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Berhubungan celana
umpan, tentunya orang akan mempunyai penilaian masing-masing. Tak jarang kita
akan berpikir sesuai dengan kebiasaan dan budaya yang dianut.
Dalam tata cara berpakaian,
NTT sendiri memiliki sejarah yang panjang. Pada dasarnya pakaian daerah atau
pakaian adat orang NTT secara asal muasalnya berawal dari pakaian perang. Dan
pakain tersebut menjadi simbol kebesaran dan kemenangan. Lebih dari itu,
pakaian itu pada dasarnya memiliki kain yang tebal karena kondisi geografis dan
asal muasal benang yang dibuat dari kapas olahan sendiri dan juga tak ada
satupun pakaian daerah NTT yang memiliki ukuran pendek atau kecil (mini).
Bertolak dari itu, maka
agak aneh apabila melihat orang yang memakai pakaian yang terkesan kekurangan
kain. Padahal kain kita panjang-panjang. Salah satu fenomena kekurangan kain
adalah ‘celana umpan’. Karena kebiasaan orang NTT yang tidak begitu, maka
sangat risih bila melihat orang memakai pakaian yang kekurangan kain. (termasuk
saya, tanpa mengarah kepada kekolotan) otomatis orang tersebut akan menjadi
lanskap mata untuk memandang dan tempat untuk meletakan kata-kata dari berbagai
mulut. Seseuai dengan namanya apakah si pemakai bermaksud mengumpan atau hanya
karena kepanasan dan gerah sehingga membiarkan angin masuk mungkin juga karena
ia mengikuti perkembangan mode?
Sudahkah Kamu Meng-umpan-ku?
Merangkum semuanya ini,
saya menghadirkan sebuah pertanyaan reflektif. Sudahkah kamu mengumpanku? Aku
ikan? Kamu sejenis umpan, seperti cacing atau? Selamat membaca dan mengoreksi
diri kita masing-masing. Dan sebuah himbauan. HATI-HATI DENGAN PIKIRAN DAN MATA
KITA. HATI-HATI JUGA TERHADAP PILIHAN BERBUSANA KITA. Karena semua yang melihat
akan berpikir sesuai dan menafsirkan menurut pandangan masing-masing. Tak ada
yang sala untuk semuanya. Tetapi jangan kaget apabila ada sesuatu yang kurang
menyenangkan terjadi pada kita.
Sebagai kalimat
penutupnya, saya mau mengakui bahwa berpikir dan menulis tentang ini memiliki
risiko, yang selanjutnya biar saya yang bertanggungjawab. Toh, saya juga hanya
berusaha memberikan ruang bagi pikiran saya yang berterbangan sembarang arah.
Dan kalian yang membacanya harus bertanggungjawab dengan pilihan yang akan anda
hasilkan dari pikiran anda setelah membacanya.
Wassalam
-Djho izmail-
Dari sebuah t4
3 komentar
Write komentarMantap, ayo kita berantas umpan-umpan di Indonesia, khusussnya di NTT
Replytidak bisa diberantas bro.. ini kehendak mereka. melanggar HAM namanya kalo kita memberantasnya. sekarang cuma butuh kesadaran individu
Replyhehehehe...like
Reply