MENTAL KITA YANG MENGHILANGKAN BUDAYA KITA
Sungguh malang nasib bangsa indonesia. Kebudayaan daerah yang telah
melekat dan mengakar di daerahnya malah diklaim orang lain (negara lain).
Sebuah perbuatan yang bisa merusak stabilitas bangsa bahkan akan berunjung pada
penghentian kerjasama bilateral. Melihat itu semua saya kemudian berpikir.
Mengapa budaya bangsa kita, diklaim orang lain. Setelah berreflesi beberapa
saat akhirnya saya menemukan sebuah celah. Mungkin juga sebagai bahan
intropeksi kita bersama terhadapa keadaan yang tengah melanda negeri kita ini.
Rasa memiliki budaya sendiri
Semua warga negara terhenyak begitu mendengar warisan budaya kita
diklaim. Ada yang secara ekstrim memaki dan memfitnah dijejaring sosial. Ada
pula yang hanya berkomentar lepas, entah di pasar, di kendaraan umum bahkan
mahasiswa hanya bisa melakukan diskusi sekenanya di kampus kemudian catatan
hasil diskusi akan hilang setelahnya.
Kita cenderung apatis dan acuh tak acuh terhadap kebudayaan sendiri.
Jarang kita melakukan pergelaran atau yang paling sederhana menonton atau
bersumbangsih terhadap pergelaran budaya kita. Budaya yang kita miliki
merupakan aset berharga untuk itu sudah selayaknya kita menjadikannya berharga
dimata kita bahkan bila perlu dimata dunia.
Kecenderungan mentalitas instan
Adanya mentalitas instan yang cenderung menyerang manusia indonesia
membuat kita tak mau bersusah payah.kita diperhadapkan pada peradaban yang
selalu simpel dan tidak bikin repot. Hal ini yang membuat semangat kita luntur.
Contoh nyatanya, batik ditulis sekarang menjadi kian menghilang karena
dipengaruhi teknologi yang menggiurkan.
Tingkat konsumerisme yang tinggi membuat kita malas menjadi ‘pemberi’
karena kita merasa lebih enak sebagai ‘penerima’ yang dengan gampangnya menelan
apa yang telah ada dihadapan kita.
Menganggap kolot budaya warisan
nenek moyang
Hal lain yang saya rasa berpengaruh adalah, masyarakat kita terlanjur
dibesarkan dengan hal yang berbau modern sehingga cenderung menganggap budaya
yang ada kolot. Pakaian tradisional tak nampak lagi dipakai dalam acara yang
berhubungan dengan adat. Bahkan pembangunan dalam hal ini desain rumah dikota,
telah dipengaruhi oleh desain modern.
Terlalu terbuka dengan kebudayaan
asing baru (modernisasi)
Kecenderungan masyarakat kita sekarang (baca: Indonesia) yang terlalu
terbuka terhadap hal baru. Bayangkan saja para kaum muda kita lebih cenderung
menyukai K-POP yang notabenenya berasal dari negeri luar. Kaum muda merasa acuh
tak acuh dengan kebudayaan sendiri, musik daerah tidak pernah diminati lagi.
Dangdut menjadi tontonan menjemukan, dibandingkan dengan musik pop, rock dan
aliran musik lainnya.
Kadang kala kaum muda lebih memilih menonton konser artis luar negeri,
bahkan smapai menangis ketika tidak mendapat tempat, padahal belum tentu sang
artis tersebut menghargai penggemarnya (kasus yang pernah terjadi: indonesia
negeri antah berantah).
Hal ini seharusnya bisa membuka mata kita untuk lebih jeli melihat dan
mengikuti trend yang sedang terjadi. Tidak semua pengaruh globalisasi ini berpengaruh
baik terhadap kehidupan kita. Kita tentu lebih melihat ke dalam diri kita
masing-masing. Apakah kita telah menghargai budaya kita sendiri, atau kita
cenderung menganggap remah? Saya berharap kita semua bisa belajar dari
pengalaman ini untuk senantiasa menghargai budaya sendiri.apapun alasannya
indonesia yang terbaik. AKU CINTA INDONESIA. CINTA. DAN SANGAT!!!