Puisi Part IV
PELANGI
Terlukis indah padah merahnya senja
Bukan karena kesombongan hadirmu
Hanya indah yang menawan parasmu
Mengapa
engkau, bagaimana aku??
Katanya
kamu jelmaan tujuh bidadari
Yang
rela meninggalkan raga demi rakyat jelata
Terbakar
pada amarah api senja menyala
Bergumul
bersama asap pekat
Terurai
antara nisbinya gerimis petang
Terukir
indah tiada duanya
Aku
bukan diktator penentu rasa
Fasisme
tak bergeming padamu
Korupsi,
kolusi dan nepotisme
Malu,
tahu diri menjebakmu
Terakhir
ini tidak indah
Aku
lelaki kau pelangi
Memenjarakan
jiwa merana
Aku
tak mau mengumbar rasa
Entah
pada siapa
Hanya
pada katup senja yang berang
Bersama
deringan bom bunuh diri
Pada
laptopku yang kehabisan energi.
NYANYIAN JIWA
Satu persatu helai lelah mulai gugur
Meretas bersama payahnya raga ini
Sorotnya sinar mata mulai meredup
Melemah, letih mendera tak berujar
Ngiangan nyanyian tak kukenal
Mencoba membangunkan raga letih ini
Dengan suara serak memekakan telinga
Mengiang terus seakan tak ada batas
penentu
Mungkin sekedar kesadaran dari diri
Bahwa yang lain terusik mengganggu
Atau norma yang telah dipelajari
Cuma sebuah ilustrasi penghibur waktu
Yang telah sirna entah ke mana;
Dibawa waktu yang telah pergi
Mungkin diterbangkan angin sore,
Sejenak bergoyang
Dengan irama alam
Yang tak pernah berubah
Aku teringat amarah sang bunda
Di kala siang tadi
Angin menerbangkan sepotong jemuran
Kering tapi masih lembab
Belum kering benar:
mengapa kau terbangkan
membuatnya terkapar
tidak berdaya
pada tajam kerikil karang
lalu ditimbuni debu
mengotori kembali
sesuatu yang hendak terbebas
dari kotoran yang mendera
sehingga aku mendapat marah:
gumamku perlahan
2008
MUSKANAN BETHAN FLOBAMORAT
Beta muskanan bethan flobamorat
Perempuan berparas malaikat
Datang setiap malam pada mimpi pejabat
Berjuanglah biar semua tak melarat
Beta muskanan bethan flobamorat
Cerita dari pelosok negeri selatan
Hadir dengan moral dan kodrat
Menggema bumi matahari dan bulan
Saudaraku berjuang keras sampai tuntas
Orangku susah payah mendapat beras
Upacara rakyat semua datang memelas
Hidup berkelas berusaha untuk memeras
Ada juga saudara malas bekerja
Menunggu bantuan saja
Lainnya berkuasa mutlak raja
Menindas dengan kekuatan baja
Beta muskanan bethan flobamorat
Menangis bersimpuh di ujung jalan
Berharap hidup lebih demokrat
Hingga semua tak kelaparan
Beta muskanan bethan flobamorat
Bersatulah hai manusia terhormat
2012
MISTERI
MENGHANTU
Kumerangkai
kata di terik siang
Bolong
tak bermakna
Sesekali
samar dangdut
Tetangga
berkaraoke
Redup
mata
Gairah
tak mengundang
Lemah
jantung berpacu
Aku
menjadi misteri
Pada
kata peringai sendiri
Kamu
sulit dipahami
Antara
lakon beribu kata sulit tebak
Kita
membungkan misteri
Waktu
berlalu
Hari
berganti
Aku
sibuk sendiri
Mencari
engkau rasa
Menerka
Engkau
mengukir pusing
Menghilang
Datang
tanpa terbaca
Terpesona
Bosan
Rasa
beraduk
Kau
menghantu
19 Mei 2011
MENERAWANG SENJA
Aku berjalan dalam redup
Memerangi kegelapan
Ada pekat menghampiri
Kuberanjak segera
Kunang-kunang berterbangan
Layaknya semarak kembang api tahun baru
Aku berjalan dalam redup
Mengejar satu cahaya
Bukan rembulan
Bukan kunang-kunang
Tidak jua bintang
Cahaya itu menjauh
Kuberlari menggapai
Tak dapat
Hanya berkas-berkas di atas riakan sungai senja
Lesuh aku terduduk sendiri
Binatang malam menyayat hati
Aku terdiam
Ini bukan mimpi bukan nyata
Jiwaku menerawang senja
Champen, 5X10
MANISKU
SEMERBAK SENJA MARUN
KUTITIH TANGGA AWAN
MANIS YANG KUKECAP TERGANTIKAN
HARI KEMARIN BERLALU
KAMU PUJAAN NUBARIKU
SEMANIS NEKTAR JIWA INI
ANGANI TIAP TIDURKU
BUAIKAN MIMPI MANIS KITA
KUMEREMANG SENJA
MERENDA DENGAN BENANG CINTA
HAI, ADA APA MANISMU??
HINGGA KUJENUH DENGAN POLESAN CANTIK LAINNYA
GADIS DILUAR SANA ADALAH PALSU ADANYA
KAMU HADIR DENGAN SEJUTA KEINDAHAN TIADA BATAS
INGINKU KAMU TERUS DI SISIKU
JANGAN SEKALI BERPALING DARIKU
KAMU TERINDAH
BIDADARI YANG TERCIPTA UNTUKKU
AKU BENCI SENDIRI
AKU BENCI BERSAMA
TANPA DIRIMU
21
SEPT 2011
MALAM SELASA
Menuntut dengan aktivitas menumpuk
Terpaku pada monitor yang tak bersuara
Dentingan instrument menerobos speaker
Syahdu menggema menyayat nubari
Bergumam di tengah kesendirian
Sunyi menyusup lewat hembusan angin
Malam berkabung tanpa gemintang
Suasana yang paling kubenci
Sunyi disergap gemuruh seng
Atas rinai hujan berubah lebat
Instrument tertutup suara alam
Kubesarkan volume winamp
Tak berdampak atas keributan alam
Aku berpenat lelah
Dihadiahi ngantuk memaksa mata
Tertidur tanpa sadar buat matikan lampu
11 April 2011