Gizi Masyarakat dan Permasalahannya
foto: gizi.net |
a.
Latar Belakang
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan
kesehatan ini dibuat ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah
ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian
tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam
perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemeliharaan,
pengelolaan, sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut,
dapat ditarik ksimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu
makanan dan kesehatan.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekadar
makanan tetapi makanan yang mengandung zat-zat gizi makro maupun mikro yang bertujuan
sesuai dengan pengertian gizi itu sendiri.
b.
Gizi dan Fungsinya
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan
kesehatan ini dibuat ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah
ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian
tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam
perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemeliharaan,
pengelolaan, sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut,
dapat ditarik ksimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu
makanan dan kesehatan.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekadar
makanan tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Kesehatan ini
dikelompokan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut :
a.
Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani).
Fungsi protein bagi tubuh
b.
Lemak, berasal dari minyak goring, daging, margarine dan
sebagainya fungsi pokok lemak bagi tubuh adalah menghasilkan energi.
c.
Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat
dibedakan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Fungsinya adalah
salah satu komponen pembentukan energi
d.
Vitam-vitamin, yang dibedakan menjadi dua yakni vitamin yang
larut dalam air (vitamin A dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, K)
e.
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour
(F), natrium (Na) dan chlor (Cl), kalium (K), dan yodium (I).
c.
Penyakit-Penyakit Gizi
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat
kesehatan atau sering disebut status gizi. apabila tubuh berada dalam tingkat
kesehatan gizi optimum dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut
status gizi optimum, dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya apabila konsumsi gizi makanan pada
seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan
akibat gizi (malnutrition) malnutrition ini mencakup kelebihan nutirisi/gizi
disebut gizi lebih (overnatrium) dan kekurangan gizi atau gizi kurang
(undernutrition).
1.
Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau
karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisien atau
deficit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita,
karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila
konsumen makanan tidak seimbangan dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat
yakni :
a.
KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95%
dari berat badan menurut standar Harvard
b.
KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60%
dari berat badan menurut standar Harvard
c.
KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari
60% dari berat badan menurut standar Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP saja yakni KKP ringan
atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marsmus
(kwashiorhor). Anak atau penderita marsmus ini tampak sangat kurus, berat badan
kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti
orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna
kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda kimia oedema atau
horger oedema (H. O) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau
busung lapar. Endema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
2.
Penyakit kegemukan (Obesitas)
Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan
kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi didalam tubuh ini simpan
dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di
tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan tirai usus. Seorang dikatakan
menderita obesitas bila berat badanya pada laki-laki melebihi 15% dan pada
wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk
bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu
pada umumnya lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan untuk
membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit oesitas ini, para
penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit : kardio-vaskuler,
hipertensi dan diabetes malitus berat badan yang ideal pada orang dewasa
menurut rumus dubois ialah :
B (Kg) = (t
cm – 10) + 10% dengan
B = Berat
badan hasil perkiraan/pengukuran
T = Tinggi
badan
Oleh bagian
gii fakultas kedokteran universitas Indonesia, dilakukan koreksi sebagai :
B (Kg) = {{Tcm-100)-10%}+10%
3.
Anemia (Penyakit kurang darah)
Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang
atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan micro elemen yang esensial
bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam
hemoglobin (hb). Di samping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai pengiat. Zat
besi (Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk feero. Penyerapan
ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar feritin yang
terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar
10% saja dari Fe yang terdapat didalam makanan diserap ke dalam mukosa usus
eksresi Fe dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan
dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan
pada wanita eksresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu,
kebutuhan Fe pada wanita dewasa, lebih banyak dibandingkan dengan pada pria.
Pada wanita hamil kebutuhan fe meningkat karena bayi yang dikandung juga
memerlukan fe ini.
Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemi besi,
khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian fe secara Cuma-Cuma
melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan
sebagian besar ibu-ibu hamil masih rendah, maka program ini tampak berjalan
lambat.
4.
Zeropthalmia
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam
tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan
kornea, karena glandula lacrimalis menurun fungsi mata disebut buta senja atau
buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang pada stadium lanjut
maka mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan
dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi yakni : fungsi dalam proses
dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan
yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di
Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut zeropthalmin ini.
5.
Penyakit Gondok Endemik
Zat iodium merupakan zat gizi enesial bagi tubuh, karena merupakan
komponen dari hormone thyroxin. Zat iodium ini dikonsentrasikan di dalam
kelenjar gondok, terkonjugsi dengan protein (globulin), maka disebut
thyroglobulin. Apabila diperlukan thyroglobulin ini dipecah dan terlepas
hormone thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypotroiidisme (kekurangan
iodium), dan tubuh mencoba untuk menkonpensasi dengan menambah jaringan
kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hypertrophy (membesarnya kelenjar thyroid),
yang kemudian disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat iodium maka akan
mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit
gondok ini di Indonesia merupakan endemic terutama di daerah-daerah terpencil
di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu,
penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok endemic.
Kekurangan iodium juga dapay menyebabkan gangguan kesehatan lain yakni
“cretinisma”, kretinisma adalah suatu
kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal (cebol). Kondisi ini
disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari
hambatan ringan sampai dengan sangat berat (debil). Ekspresi muka seorang cretin
ini memberikan kesan orang bodah, karena tingkat kecerdasannya sangat rendah.
Pada umumnya seorang crtin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil
kekurangan zat iodium.
Therap penyakit ini pada dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab
itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan
dosis iodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat
kekurangan iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui program iodiumunisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur yang
diperkaya dengan oidium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui
departemen perindustrian telah memproduksi khusus garam oidium unyuk
daerah-daerah endemic.
- Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling
mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi.
Biasanya kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok
umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok perkembangan yang
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang
lain. Oleh sebab itu, apabola kekurangan zat hizi maka akan terjadi gangguan
gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :
f.
Kelompok Bayi umur 0-1 tahun
g.
Kelompok dibawah lima tahun (balita) 1-5 tahun
h.
Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun
i.
Kelompok remaja, umur 13-20 tahun
j.
Kelompok ibu hamil dan menyusui
k.
Kelompok usia (usia lanjut)
Kelompok usia
lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses
pertumbuhan dan petkembangan. Hal ini disebabkan karma pada usia lanjut terjadi
proses degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelaianan gizi.
1.
Kelompok bayi
Didalam siklus kehidupan manusia, bayi berada di dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada
umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat
badan pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi
yang sangat dibutuhkan ialah :
a.
Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan
b.
Calsium (Cl)
c.
Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis,
maka hal ini tidak begitu menjadi masalah
d.
Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal
e.
Fe (zat besi) diperlukan, karena didalam proses kelahiran
sebagian Fe ikut terbuang
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung didalam
ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak
diberi ASI pada umur sampai 4 bulan
zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi. Pemberian ASI sja tanpa makanan
tambahan lain sampai pada umur 4 bulan ini tersebut pemberian ASI exlusive. Di
samping itu ASI juga mempunyai keunggulan, yakni mengandung immunologlobin yang
memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubu ibu. Immunologlobin
ini dapat bertahan pada anak sampai dengan bayi berumur 6 bulan.
Peralihan ASI kepada makanan tambahan (FMT) harus dilakukan sesuai dengan
kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa pemberian ASI
ekslusif terakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi diberi makanan tambahan itu pun
makanan yang sangat tulus. Kemudian mulai umur 9 bulan sudah dapat diberikan
makanan tambahan yang lunak, sampai dengan umur 18 bulan. ASI tetap diteruskan,
dan mulai berumur 18 bulan dapat diberikan makanan tambahan agak keras (semi
solid), smpai dengan umur 2 tahun. Sudah diberi makanan seperti makanan orang
dewasa. Mengenai jumlah makanan tambahan pun juga makin lama makin ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperlukan bayi/anak untuk berkembang.
TABEL PERALIHAN ASI KE MAKANAN
DAN
KEBUTUHAN KALORI
Umur anak
|
PMT
|
Kebutuhan kalori
|
0-4 bulan
|
ASI saja
|
300 kalori
|
4-9 bulan
|
Makanan halus
|
800 kalori
|
9-12 bulan
|
Makanan lembut
|
900 kalori
|
12-18 bulan
|
Makana lunak
|
1100 kalori
|
18-24 bulan
|
Makanan semi keras
|
1300 kalori
|
24 bulan (2 tahun)
|
Makan dewasa dan disapih
|
|
2.
Kelompok anak balita
Beberapa
kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan
kesehatan antara lain sebagai berikut :
a.
Anak balita baru dalam masa transisi dari makanan bayi ke
makanan orang dewasa
b.
Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik dan kurangnya
perhatiannya ibu.
c.
Anak balita lebih terpapar dengan lingkungan kotor yang
memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai penyakit.
d.
Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk
dalam memilih makanan. Dan ibu tidak memperhatikan makanan balita.
Upaya untuk membina
kesehatan dan gizi kelompok ini dengan adanya posyandu.
3.
Kelompok anak sekolah
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kegiatan yang lebih baik
dibandinglan dengan kesehatan anak balota. Masalah-masalah yang timbul pada
kelompok ini antara lain : berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah).
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk membina
dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini.
4.
Kelompok remaja
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga
kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olehraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh
sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori
untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang
akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya. Pada anak berarti mulai terjadi
menarche (awal menstruasi), yang berarti mulai terjadi pembuangan Fe. Oleh
sebab itu, kalau konsumsi makanan, khususnya Fe maka akan terjadi kekurangan Fe
(anemia).
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan
melalui sekolah (UKS)
5.
Kelompok Ibu Hamil
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan janin yang dikandungnya dan kehamilan tersebut, misalnya mammae.
Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai
sumber energi juga meningkat.
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini
tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu jamil, akan terjadi
kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada hamil dapat berakibat ;
a.
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR)
b.
Kelahiran prematur
c.
Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati
6.
Ibu menyusui
Air Susu Ibu
(ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan
ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI
rata-rata 800-850% ml/hari, dan mengandung kalori 60-65 kalori, 1.0-1,2 gram
dan lemak 2,5-3,5 gram setiap 100 ml. zat-zat ini diambil dari rubuh ibu, dan
harus digantikan suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang
menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan prortein 25 gram
sehari, diatas kebutuhan bila ibu tidak menyusui.
7.
Kelompok Usia Lanjut (USILA)
Meskipun USILA ini tidak mengalami penurunan fungsinya maka
sering terjadi gangguan gizi. Keperluan energi pada usila sudah menurun, oleh
sebab itu konsumsi makanan untuk usila secara kuantitas tidak sama dengan pada
kelompok rentan yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti
keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada usila sangat merugikan pada
usila itu sendiri., karena merupakan resiko untuk berbagai penyakit seperti:
kardio vaskuler, diabetes militus, hipertensi dan sebagainya.
- Pengukuran Status Gizi Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa di antara kelompok umur yang
rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak
balita. Oleh sebab itu, indikator yang baik untuk mengukur status gizi
masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita).
§ Studi-studi telah menguji
berbagai pengukuran status gizi dan membuat berbagai rekomendasi.
1.
Waterlow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi
pada saat ini digunakan ukuran berat badan pertingi badan. Sedangkan ukuran
tinggi badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang
lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna bagi pengukuran
seri untuk anak di bawah 1 tahun.
2.
Throwbridge, F (1970) dari hasil studinya menyimpulkan bahwa
berat badan per umur tidak atau kurang dapat membedakan antara malnutrisi akut
dan malnutrisi kronik. Oleh sebab itu, ia menyarankan bahwa berat badan per
tinggi badan dan lingkar lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk
mengetahui prelevansi malnutrisi akut pada anak. Sedangkan untuk prelevansi
malnutrisi kronik dipergunakan ukuran tinggi badan per umur.
3.
Zeitlin, M. F. (1973) menyarankan untuk anak berumur kurang
dari 2 tahun sebagai indikator pertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran berat
badan per umur saja. Dari hasil pengamatan untuk anak berumur 2-5 tahun yang
mempunyai berat badan rendah mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya
malnutrisi yang berat. Selanjutnya, ia menyarankan bahwa berat badan per umur
saja sudah dapat dipergunakan untuk mengukur status gizi pada anak di bawah 5
tahun. Bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.
4.
Morley, D (1971), membahas bahwa pengukuran berat badan dan
tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam
pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Tetapi ia menyatakan bahwa ukuran
lain pun tidak mempunyai nilai yang dinamis untuk pertumbuhan nak. Akhirnya ia
berkesimpulan, bahwa berat badan dan tinggi baan per umur dapat mencerminkan
status gizi nak, baik pada waktu lampau maupun statu pada saat ini.
v 4 macam cara pengukuran
yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya :
a.
Berat badan per umur
Berdasarkan
klasifikasi dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasi menjadi 4
tingkat, yakni
§ Gizi lebih (over weight)
§ Gizi baik (well
nourished)
§ Gizi kurang (under
weight), yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP) tingkat I dan II
Klasifikasi
dari standar Harvard yang menurut dimodifikasi tersebut adalah sebagai berikut
§ Gizi baik, adalah apabila
berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard
§ Gizi kurang, adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada di antara 60,1% -80% standar
Harvard
§ Gizi buruk, adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar
Havard
b.
Tinggi badan menurut umur
Pengukuran status
gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga
menggunakan modifikasi standar Harvard, dengan klasifikasinya adalah seperti
berikut :
§ Gizi baik, yakni apabila
panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya lebih 80% standar Havard
§ Gizi kurang, apabila
panjang/tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada di antara 70,1% -80% dari
standar Havard
§ Gizi buruk, apabila
panjang/tinggi badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Harvard
c.
Berat badan menurut tinggi
Pengukuran
berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkombinasikan berat
badan dan tinggi badan per umur menurut standar Havard juga. Klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
§ Gizi baik, apabila berat
badan bayi/anak menurut panjang/tingginya lebih dari 90% dari standar Havard
§ Gizi kurang, bila berat
badan bayi/anak menurut panjang/tingginya berada di antra 70,1%-90% dari
standar Havard
§ Gizi buruk, apabila berat
badan bayi/anak menurut panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar Havard
§ Lingkar lengan atas (LLA)
menurut umur
Klasifisikasi
pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering
pergunakan adalah mengacu kepada standar wolanski, klasisifikasinya adalah
sebagai berikut :
·
Gizi baik, apabila LLA bayi/anak menurut umurnya lebih dari
85% standar wolanski
·
Gizi kurang apabila LLA bayi/anak menurut umurnya 70,1%-85%
standar wolanski
·
Gizi buruk, apabila LLA bayi/anak menurut umurnya 70% atau
kurang dari standar wolanski.
d.
Simpulan
Makanan adalah salah satu
persyaratan pokok bagi manusia. Untuk itu, makanan yang dikonsumsi seharusnya
memiliki nilai dan kandungan Gizi yang sesuai dengan standar gizi seimbang.
Paling tidak kita harus mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.
Akibat dari pola makan dan menu
yang tidak sesuai dengan kandungan gizi tersebut, bisa jadi tubuh akan
mengalami kekurangan gizi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti
penyakit kurang kalori dan protein, obesitas, anemia, zerophthalmia, gondok endemik.
Apalagi terhadap kelompok rentan gizi.
Sebagai langkah mudahnya kita
semua diharapkan masyarakat dapat menjaga kesimbangan gizi dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi.
Sumber
Referensi:
1) Notoatmodjo,Soekidjo.1996.
Ilmu Kesehatan Masyarakat .Rineka
Cipta:Jakarta