puisi part 8
KURUS
Mentari melacuri hari
Biarkan panas menggeranyang
Menatap setiap lekuk bumi
Berpadu gairahnya panas
Gerah teriak insan
Rembulan mencumbui malam
Menyulam sinis bibir bintang
Baurkan dusta semesta
Pada sejuknya gemulai cakrawala
Gigil berontak raga
Bayangan mematung sedih
Menyudut laku sendiri
Air mata berkabung luruh
Titikan merah aroma amis
Tubuh terpanggang bara
Menyisakan belulang dibungkus kulit
Nov
2011
KUPU-KUPU
Bertengger indah mahkota insani
Meretas pada merah muda pelangi
Aku bertanya pada jiwa
Tersenyum temani mentari
Menyulam pelangi
Menabur bintang hadiahi rembulan
Senyum kembali merekah
Pada ulasan mengukir bibir
Ikal hitam yang terurai
Kembali menemani hari
Sepi, senyum ceriakan hari
Hari berganti
Senandung faumes
Nyanyikan lagu rindu
Kisahkan pada guratan mentari
Leonai,
12 agust 2011
KISAH SENJA
Semerbak sore mewangi di antara mendung
Meretas lelah pada rintik rinai hujan
petang
Kasak-kusuk berbagai mulut beragam orang
Sunyi riuh bercampur sulit dibedakan
sekarang
Aku turut ikut dan paling antara semua
Sebuah ejekan memerahkan muka malu
Tertawa biar orang tak merasa benar
Dalam hati berharap terjadilah sudah
Embun itu tak semanis madu
Rona senja
tak seindah lukisan
Rinai hujan tangisan bidadari hilang
sayap
Mendung pelangi yang kasat mata
Ada yang indah, pelangikan??
Mana? Biar kupotret dari tulusnya jiwa
Di matamu!! Riuh ketawa saudara
Aku malu, kamu tersipu, kita
Tak kuharap kau yang bertanya
Mungkin menjawab pada seru senja
Dia, yang sempat diejek teman tadi
Mampukah merasa atas tulus tanya
Kumengejar pada riuhnya senja
Berlarilah engkau merasa permainan
Jujur bunga-bunga di dada
Siapa yang menabur, kalau bukan kamu?
Engakau, bukan paras atau sebentuk tubuh
Hanya dirimu seutuhnya, segalanya
Tak ada batas bila kau tanya mana yang
kusuka
Masih menghindarkah, atau kuharus
mengejar
Mmm….
Birunya senja tetap tak ada
Kuharap engkau katakan jujurmu
Sebelum senja benar memanggil malam
11022011
KEMBALI
Mengawang pada kisah lama
Tersadar semua yang dilakukan dusta
Pelarian cinta karena tak hiraukan
Kembali pulang di jalan benar
Saat situasi belum benar terlambat
Untung kawan berlomba mendapatnya
Tersadar nanti hanya buatnya tersakiti
Sedikit penyesalan telah berkorban
Tak apa demi sebuah persaudaraan
Biar yang lain tersenyum aku tersipu
Kuharap kawan tak mengejek remeh
Sokong atas kesadaran yang belum
terlambat
Cinta yang dibuat-buat
Rasa yang dipanggil paksa
Berakhir tanpa dia sadari
April 6, 2011
KAWAN BERKAWAN
Mondo
Berpikir kritis jelajah dunia
Mengumpat setiap tanya jagat
Menggelitik rasa argumentasi
Berjuang tanpa kenal lelah
Kembali mengomel nasib
Tak kenal mengalah walau kalah
“saya sakit terus ne…”
Manek
Hitam tampak sangar dipandang
Hatinya lembut, jangan disakiti
Menyerang dengan kata-kata
Kadang tak sepaham sama
Kurang fokus
pada kenyataan
“ada nasi? Saya lapar”
Niron
Berbangga dengan cerita cinta
Menabur setiap hati dengan irama
Lagu cinta yang kadang basi
Penakluk sejati pahlawan wanita
Hadapi dia pasti berbunga-bunga
“cewek ini seksi sekali”
Ngaba
Sedikit krempeng berlogat kental
Tulus dalam setiap
tindakan
Tersenyum tak pernah marah
Figur kebapakan yang tak pacaran
“jangan kasitau orang, saya suka dia”
Dawi
Pengkritik juga, kadang tak melihat diri
Menulis di setiap celah hari dan
berganti
Menguntit lakon jagat jadikan cerita mini
“makian
jiwa tak bertuan di sini”
2012