Percakapan Cinta Angin Kepada Matahari
"Hei Kacamata! Siapa namamu, Boleh kupinjam kotak
kaca ini, agar kulihat bening matamu yang merindukanku?" Angin berlalu
kepada matahari sore
"Kalau aku meminjamkan kaca mata ini, aku tak
bisa lagi memandang senyummu yang paling manis" Matahari setengah berbisik
kepada angin
"Lihat saja pakai mata bathin. bukankan di sana
bayanganku lebih bening dan jujur?" Angin menimpali
"Aku malas melihat dengan mata apapun cukup
kurasakan hawa hangat cintamu yang mengalir di dalam darahku" Matahari
menyunggingkan senyum
Setelah malam, angin menangis. tak ada lagi ia melihat
kekasihnya matahari. sekedar menghirup cahayanya yang keemasan pun tak dapat.
ia pasrah. bisa saja, matahari telah membohongi dirinya. atau ia tengah berselingkuh
dengan alam lain, meninggalkan dirinya yang mendadak sepoi.
Angin menahan sedih. merasa ia telah ditipu matahari.
maka, dengan perasaan yang paling tersakiti ia mengrebek seisi dunia. angin
begitu cepat menuntaskan hasrat mereka menguasai segala keduniawian. penduduk
di bumi yang lagi asyik mementingkan diri terhenyak. mereka yang sedang
menghitung uang jarahan. yang sedang menindih tubuh wanita kaget. Angin telah
menombak dengan tikaman paling tajam ke dasar nubari.
(woloare,
mei 2013)Catatan:
Puisi ini pernah dimuat di Jurnal Sastra SANTARANG edisi Agustus 2013