Merpati oh.. Merpati
Kurang lebih seminggu yang lalu,
warga Indonesia, bahkan warga dunia dihebohkan oleh kasus blokade bandara. Bandara
Turelelo, Soa, diblokir kurang lebih tiga jam oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Sat
POL PP), atas perintah atasan mereka, Bupati Ngada, Marianus Sae.
Sejenak jika dilihat, perbuatan
ini sungguh di luar kewajaran. Bisa membahayakan nyawa banyak orang dengan
berbagai alasan dan aturan penerbangan, yang saya secara pribadi tidak terlalu
banyak tahu. Saya cuma menyadari, bahwa blokade tersebut memang dilakukan
sepihak, tapi sudah ada pemberitahuan. Bupati sudah mengatakan bahwa besok akan
mengirim bawahannya untuk memblokade bandara, otomatis perbuatan ini sudah di
ketahui pihak maskapai yang bersangkutan.
Saya tidak mendukung siapa-siapa
di sini. Saya hanya mengungkapkan pendapat tentang salah satu maskapai
penerbangan milik pemerintah yang satu ini. Ditilik lebih jauh lagi, maskapai
merpati kurang mendapat tempat untuk bandara Turelelo, Soa, Ngada. Maksudnya tak
banyak penumpang yang memakai jasa maskapai ini dan bahkan ada beberapa kali
yang semua kursinya kosong. Untuk itu maka ada kebijakan antara pihak Merpati
dan pemerintah daerah setempat untuk melakukan suatu perjanjian kerja sama yang
tidak tertulis.
Pemda menyediakan dana agar
maskapai ini selalu bisa memakai bandara Turelelo yang notabene berada di bawah
wilayah administratif Kabupaten Ngada. Untuk hal ini, saya rasa sudah ada
kesepakan dengan Pemda. Ada beberapa tiket yang disiapkan untuk perjalanan Dinas
Pemerintah Daerah, semendesak apapun itu. Tapi kenyataan apa yang terjadi? Pihak
maskapai bahkan diancam memblokade bandara dulu baru menyampaikan bahwa ada
satu tiket tersisa. Salah siapa? Siapa yang salah?
Berhubungan dengan maskapai ini,
teman saya beberapa kali mendapatkan hal yang tidak diharapkan. Penerbangannya selalu
cancel (waktunya beberapa hari yang lalu. Setelah masalah blokade bandara) Ia membeli
tiket kupang-Ruteng, karena rumahnya di Ruteng, tetapi setelah beberapa kali
cancel, pihak maskapai menawarkan untuk mengganti dengan penerbangan
Kupang-Turelelo. Sangat disayangkan, ia harus menanggung pengeluaran biaya
jalan darat yang apabila penerbangan tidak cancel, tidak perlu dilakukan.
Sejauh ini, sudahkah maskapai
yang satu ini melakukan tugasnya melayani penumpang dengan baik. Orang boleh
menanggapi tentang kelakuan konyol pak bupati, tetapi tahukah mereka bagaimana
pelayanan merpati itu? Semoga ada jalan keluar yang baik untuk kenyamanan
penerbangan di Nusa Tenggara Timur tercinta.