Selamat Ulang Tahun
Untuk saya dan semua yang berulang tahun hari ini
Setahun sekali, kita mengalami momentum di mana usia kita
bertambah. Melewati tanggal dan bulan yang sama seperti ketika kita dilahirkan.
Momen ini dinamakan ulang tahun. Ada banyak cara orang menanggapinya. Ada yang
dirayakan bersama keluarga, teman, bahkan pesta semalaman, seperti sweet 17
itu.
Sejak kecil, keluarga saya tak pernah merayakan ulang
tahun, bahkan termasuk orang sekampung. Bagi kami di kampung, ulang tahun itu
bukan hal yang istimewa. Ulang tahun itu hal yang biasa, sama seperti setiap
hari yang kita lalui. Mungkin salah satu alasan, kenapa kebanyakan orang tua di
kampung tak pernah tahu persis tanggal, bulan dan tahun lahirnya. Bibi saya
pernah mengatakan bahwa anaknya lahir pada musim panen jagung, di kebun baru
Baratetu. Itu jawaban yang diberikan ketika saya bertanya tanggal lahir adik
sepupu saya.
Atas pengalaman itu, saya tidak menjadi heran ketika saat
pendataan untuk menyelesaikan tugas kuliah di sebuah desa di Timor, NTT. Orang di
sana tidak tahu persis tanggal lahir mereka juga anak dan keluarga mereka. Mereka
hanya mengingat musim apa orang itu lahir. Seperti musim buka lahan baru, musim
panen jagung atau musim lainnya sesuai dengan kalender tradisi pertanian
mereka.
Akibat pengalaman dan kebiasaan seperti itu di dalam
keluarga, saya menjadi terpola dengan urusan menganggap ulang tahun itu biasa
saja. Tak ada hal yang istimewa. Ulang tahun dilalui tanpa meniup lilin, kue
berbagai bentuk bahkan dentuman musik. Cuma beberapa kali,
kami mendapatkan permen di sekolah ketika teman-teman yang orang tuanya guru membagikannya menjelang istirahat pertama. Bahkan saya
berupaya agar orang tak boleh tahu tanggal lahir saya.
Saat
sekarang, saya mulai terbiasa dengan merayakan ulang tahun, tapi bukan ulang
tahun saya. Di gereja, ada atensi doa untuk orang yang berulang tahun, bahkan
ada yang mengundang makan malam. Dan berbagai kejutan kue dan acara tiup lilin. —Seingat saya, saya pernah berlaku nakal saat seorang teman berulang tahun
ketika kuliah. Saya melap beberapa potongan kue dan mentega putih ke wajahnya,
membuat acara ulang tahunnya menjadi berantakan.—
Hari
ini, saya berulang tahun, dan jujur saya dengan kebiasaan tidak pernah
merayakan ulang tahun itu, merasa kikuk, kaku dan sedikit minder ketika orang
mengucapkan selamat, apalagi menanyakan kue ulang tahun dan traktiran. Memang tak
ada yang salah, namun mungkin karena sudah terpola dengan tak pernah merayakan
makanya saya berperasaan begitu. Saya bahkan merasa bahwa merayakan ulang
tahun, sama halnya bersyukur karena telah mendekati garis finish kehidupan. Ah,
ada-ada saja.