Surat Pengunduran Diri Dalam Mengejar Mathemesi
Ilustrasi dari SINI |
Hari ini, saat
hujan mengguyur kampung kami, saya merenung dan menemukan sebuah cara untuk
mengakhiri penantian panjang dalam menunggu balasan cinta. Saya harus
realistis. Memang sejak awal engkau telah menolaknya, tapi namanya cinta,
selalu saja ada cara untuk selalu mengingat wajahmu, walaupun saya telah
berusaha sebisa mungkin untuk mencari hal paling jelek dari agar dengan hal
tersebut saya bisa membencimu sepenuh jiwa. Saying tak saya temui hal itu.
Sebagai sebuah
surat pengunduran diri, tak elok bila saya tak menyertakan alasaan, walaupun
ini terlihat konyol untuk sebuah perjalan kisah yang masih sangat belia. Saya
berbuat demikian agar kamu bisa tenang mencinta orang yang tidak mencintai
kamu. Saya yakin kamu paham maksud saya. Ini bukan sebuah cela agar kamu bisa
membenci dia dan berbalik ke pelukan saya. Ini hanya sebuah cara tentang betapa
pedulinya saya terhadap kamu.
Mathemesi, di
tengah dunia yang terlampau munafik ini. Di tengah manusia yang saling
menghakimi ini, saya yang malang dalam urusan cinta ini tetap akan peduli
terhadap semua. Siapa saja. Bahkan terhadap kamu yang menolak cinta saya. Saya
bahkan masih sibuk mengingatkan teman yang sedang puasa atau bertanya perihal
ia yang tidak puasa dengan memaksa agar ia mgemukakan alasan. Padahal, puasa
itu urusan personal. Tentang dia dengan Tuhannya. Tentang iman. Namun, kita di
Indonesia terlampau menghakimi orang lain.
Apa lagi
alasan sosial kontrol, padahal sedikit pun tak ada peduli ketika orang mengalami musibah.
Dunia memang sudah edan. Sama edannya dengan cinta saya terhadap kamu. Mungkin
karena kamu membuat saya tergila-gila. Heheee. Mau bagaimana lagi. Saya bahkan
sampai curhat di Om Fesbuk. Nyong Twiter bahkan di Mbak BebeEm yang super
cerewet dan bikin baper itu.
Oh ya, sebelum
saya terlanjur cerewet, saya inging mengunagkapkan alasannya.
Kamu menolak
cinta tulus saya. Mulai dari cara paling rahasia di ruang privat sampai dengan
mimbar akbar di status media sosial. Katamu, kamu lebih menganggap saya
sebagai kakak yang budiman. Dan saya merasa itu alasan tepat bagimu, tapi bagi
saya yang sudah terlanjur kasmaran. Itu alasan yang dicari-cari.
Saya yakin,
kamu belum benar mencintai dia. Kamu hanya berusaha memadu kasih dengannya
hanya untuk menyatakan perlawanan terhadap cinta saya yang paling tulus ini.
Saya harap, tak ada penyesalan untuk ini. Kita ambil jalan terbaik bagi diri
kita masing-masing.
Jika suatu hari nanti kamu datang dengan mata sembab dan
berharap saya menghapus airmatamu dengan kisah cinta yang paling tulus, itu
sebuah kemustahilan. Saya telah memilih untuk memboikot semua rasa suka dan
sayang terhadapmu. Pasalnya saya telah berusaha memberi seutuhnya diri saya
untukmu, namun kamu menganggapnya angin lalu.
Kata teman, kelahiran adalah kesialan dalam hidup ini. Namun
bagi saya, lebih sial lagi ketika kita yang telah lahir ini tak pernah
menjalankan anugerah paling agung yang telah diberikan ini. Sesial apapun kita,
paling tidak kita tak pernah jatuh pada cinta yang salah. Hanya orang yang
mempermainkan cinta. Dan saya sedikit menghakimi. Itu kamu.
Saya menulis surat ini sambil mendengarkan lagu Resah dari
Payung Teduh. Tentang keinginan berdua yang gagal akibat salah satunya menghindar
hingga membikin resah. Dan sebagaimana surat, mungkin suatu saat akan ada
peninjaun kembali karena beberapa hal yang tidak benar atau ada perubahan
perasaan dan perlu direvisi.
Sekian dulu. Saya harap kamu
mebacanya dengan suasana hati yang tepat.
2 komentar
Write komentarPangeran Raja Wawo yang budiman. Bijak rasanya kalau kamu berhenti dengan entah apa yang sedang kamu harapkan. Bijak untuk dirimu sendiri, untuk putri putri kerajaan elsewhere yang saya yakin mereka mati-matian menunggu iyamu, juga bagi mathemesi yang katamu kamu cintai.
ReplyHatimu tertalu bagus kalau hanya digunakan untuk menunggu, menunggu dibahagiakan tanpa tau jika proses menunggu itu getir.
Entah apa yang membuatmu begitu gila dengan si mathemesi ini, entah apa yang ada dipikiran methemesi sehingga dia menolakmu sebegitu rupa. Siapa saya untuk menghakimi kalian.
Tapi saya tau cinta, cinta itu selamanya. Kamu mungkin bisa berhenti untuk menunggu, berhenti berharap, berhenti berangan. Tapi jika cintamu itu cinta, dia abadi.
Selamat membuka lembaran-lembaran baru, kamu..
#firstlove utada hikaru
#berhenti berharap So7
Dear Part Time Lover and Full Time Friend, itulah kehidupan dan itulah cinta. Terkadang mengalahkan logika. Teruslah hidup dalam Cinta
Reply