Laga Vietnam vs Indonesia dan Sinetron India
Akhir-akhir ini,
sinetron india memenuhi ruang televisi masyarakat Indonesia. Mulai dari anak TK
sampai ke Nenek anak TK tersebut tak mau ketinggalan untuk menonton sinetron
india. Ada jadwal tersendiri bagi pecintanya. Mulai dari Thapki, Lonceng Cinta,
Mohabatein dan seabrek judul lainnya.
Di kantor kami, akan
ada cerita pagi tentang sinetron yang mereka nonton semalam. Sebut saja Tin dan
Las, bukan nama sebenarnya. Mereka berdua adalah penggemar sejati. Menonton
sendiri-sendiri di rumah masing-masing lalu bercerita lagi untuk hal yang sama
di kantor keesokan harinya. Untuk mereka berdua sendiri pula. Semacam
menghadirkan kenikmatan tersendiri.
Ada lagi, tetangga kami
yang Ibu Guru itu. Ia sampai lupa waktunya untuk memasak. Memberikan makan
hewan piaraan, mungkin juga lupa mandi, hanya karena tak mau melewatkan
sedetikpun cerita yang kadang tak masuk akal dan bikin hati sakit.
Saya pernah menonton
beberapa kali bersama Tin dan Las. Sungguh mengharukan mama sayang e. Mereka
berdua saking cinta matinya, sampai berteriak-teriak dan mengatai dengan segala
macam perkataan. Seandainya televisi punya tangan, pasti dia telah membawa
payung untuk melindungi wajahnya dari muncratan air liur.
Itu semua karena beberapa potongan cerita yang bikin “naik
darah”. Cerita tentang sinetron india tersebut terkadang membuat mereka harus
berkomentar. Mungkin berharap agar didengar oleh para pelakon untuk mengikuti
arahan mereka. Saya mengutip satu dua kalimat.
“Bodoh sekali dia tu. Kenapa
tidak keluar dari itu kamar?”
“Ishita enda wenga ne”
Kira-kira begitulah
potongan komentar mereka. Bahkan ada yang buang ludah. Saya menduga mereka
telah sangat amat dalam mendalami jalan ceritanya sehingga, kata-kata yang
keluar benar dari dalam jiwa, seperti Isyana, hehehee.
Tentang pertandingan
sepak bola antara Vietnam kontra Indonesia tadi, kejadian untuk para penonton
yang ada di depan televisi hampir sama. Dua puluh menit awal babak pertama,
sungguh menyajikan sebuah tontonan paling
mendebarkan jantung. Serasa Atom dihantam babak belur oleh Zeus dalam
Real Steel. Bikin jantung dag dig dug, mengutip komentar dari komentator di
Inews TV yang saya tidak tahu namanya.
Menjelang babak pertama
berakhir, Indonesia mulai sedikit menunjukkan tajinya. Namun sayang, taji itu
belum kuat benar untuk siap bertarung dengan ayam segon. Vietnam berusaha menciptakkan
gol, agar bisa lolos ke final. Lagi-lagi jantung penonton televisi Indonesia
dibuat berdebar dan berdebar. Semakin cepat dan cepat.
Setengah babak kedua,
gol tercipta untuk Indonesia lewat kesalahan pemain belakang Vietnam dan
dibantu Stefano membuat jantung kembali berirama normal. Seolah sinetron india
yang telah keluar dari klimaks cerita, menyisakan beberapa adegan untuk akhir
yang bahagia. Apa lagi kiper Vietnam harus rela melepaskan sarung tangannya
untuk pemain belakang mereka. Vietnam seperti sudah jatuh, tertimpa tangga dan
tangganya seberat meme “mantan, maafkan aku yang dulu”.
Namun, namanya
sinetron. Selalu saja ada cerita di luar dugaan penonton. Vietnam justru
membalas dua gol yang membuat agregat menjadi sama, sehingga menghadirkan
perpanjangan waktu, dua kali lima belas menit. Jantung kembali berirama cepat.
Buang ludah menjadi pemandangan biasa. Makian terus dilantunkan kepada segenap pemain,
pelatih juga wasit.
Mungkin nasib baik,
masih berada di pihak Indonesia sehingga gol balasan menjadikan pertandingan
menjadi seri dan kemenangan dipetik lewat agregat tipis, tiga berbanding dua.
Dan ending dari cerita bola pun berakhir sementara. Sinetron india dan
pertanding tersebut menghadirkan cerita tentang penonton yang sama. Sama-sama
mendebarkan jantung dan sama pula berkomentar, caci maki dan buang ludah.
Selamat berkomentar bagi
pembaca.