ANJING TAK LAGI MENGGONGGONG

November 17, 2014 0 Comments A+ a-



Anjing menggonggong kafilah berlalu. Itulah peribahasa yang sering kita dengar sejak Sekolah Dasar. Berbicara mengenai anjing, kita akan berhadapan dengan binatang pemakan segala itu. Anjing adalah salah satu hewan piaraan yang bisa jinak dan bisa juga galak. Ada banyak sekali jenis anjing di dunia ini, mulai dari yang paling kecil dan imut, bermulut lebar, berbulu banyak sampai dengan yang besar dan sedikit menakutkan. Tapi, di sini saya tak mau bercerita tentang sejarah atau pun jenis anjing. Saya hanya berbagi tentang sebuah cara yang telah diwariskan turun temurun yang berhubungan dengan gonggongan binatang tersebut.
Di tanah kelahiran saya, wilayah Rajawawo, ada banyak sekali anjing yang dipelihara. Anjing di sini berfungsi sebagai penjaga rumah, menemani pemilik bepergian ke kebun, menjaga kebun, sebagai teman berburu dan juga dagingnya untuk beberapa urusan adat.Dalam beberapa ritual adat, darah anjing dipercaya untuk memperkokoh bangunan. Darah anjing akan dibasahi pada batu pada saat pengerjaan fondasi yang dalam bahasa ende disebut poto pandere.
Saat saya berumur sekitar lima tahun, saya pernah digigit anjing beranak milik tetangga saya pada bagian belakang lutut. Ada dua luka sedikit dalam di sana, masih membekas sampai sekarang. Sejak saat itu, ketakutan saya pada anjing bermula. Trauma. Padahal sebelumnya kami yang masih kecil sering mengganggu anjing atau dengan nakalnya memukul juga melempari anjing dengan batu.
Semalam, saya pulang sendirian dengan berjalan kaki kembali dari rumah teman. Saya harus melewati dua kampung, di mana masing-masing kampung memiliki banyak anjing, maklum di kampung kami, hampir setiap rumah memiliki dua sampai lima ekor anjing, bahkan ada yang lebih. Di sini dengan segala rasa takut pada anjing, saya mulai melakukan cara yang diajarkan teman-teman semasa kecil atau cerita mama saya.
Cara yang diajarkan ini kalau ditinjau lebih jauh, kayaknya kurang masuk akal. Jika waktu Sekolah Dasar saya pernah membaca di buku Pelajaran Bahasa Indonesia, cara agar anjing tak menggigit ialah berdiri mematung tanpa gerakan yang mengundang kelakuan liar anjing. Tapi, teman-teman mengajarkan saya dengan cara menyembunyikan kedua ibu jari tangan kita. Ibu jari dimasukan dalam keempat jari lainnya yang dikepal. Cara ini bisa berhasil membuat anjing tak menggonggong. Anjing menjadi bisu (zako ngongo).
Ada cara lain yang diajarkan mama saya. Kedua ketiak kita, harus dijepit serapat mungkin. Ketika saya bertanya alasannya, mama menjawab bahwa ini akan menipu indra penciuman anjing. Anjing akan sulit mengendus aroma tubuh kita, sehingga ia tak bisa menggonggong atau mengejar. Saya juga pernah mendapat sebuah cara lain yakni jika anjing menggonggong bahkan mengejar hendak menggigit kita, buang saja air liur di belakang kita. Diyakini anjing tidak akan bisa melewati batas air liur kita.
Untuk beberapa cara ini, saya sering mempraktikannya ketika pulang malam melewati tengah kampung. Terkadang cukup berhasil. Tak ada anjing yang menggonggong atau anjing menggonggong hanya sampai batas air liur tadi. Bahkan sampai sekarang saya tak pernah lagi digigit anjing. Semoga cara ini bermanfaat bagi teman-teman. Juga, semoga tulisan ini dibaca oleh kafilah agar ketika kafilah berlalu tak ada lagi anjing yang menggonggong. Hehehee…

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...