Para Pencinta Alam
Catatan dari kegiatan
Kemah Konservasi TNK 2013
Hari itu 27 april 2013, Matahari
menyengat dari langit Kota Ende. Membiarkan lesuh seluruh kota. Meninggalkan
debu jalanan yang berterbangan dihalau angin dari ulah kendaraan yang
bersiliweran. Walaupun keadaan begitu, hal ini tidak menyurutkan semangat orang-orang
yang mulai berdatangan ke Kantor Taman Nasional Kelimutu di Jalan Eltari Ende.
Walaupun bermunculan satu demi satu, tapi secara perlahan orang mulai ramai
memadati teras kantor itu. Nampak mereka sibuk mencari teman sekomunitas
kemudian saling berbaur.
Waktu
sudah menunjukan pukul satu lewat tigapuluh tujuh menit. Matahari masih menyengat
dari atas langit ende. Orang-orang mulai bersemangat menuju bis kayu. Wajah mereka nampak sumringah.
Memperlihatkan kegembiraan. Mereka adalah peserta Kemah Konservasi Taman
Nasional Kelimutu 2013. Dengan kendaraan colt
inilah. Para peserta akan diberangkatkan menuju bumi perkemahan Waturaka di Desa
Waturaka Kecamatan Kelimutu. Mereka adalah para
pecinta lingkungan yang akan mengikuti kegiatan Kemah Konservasi Taman Nasional
Kelimutu 2013. Para
peserta nampak asyik di perjalanan. Saling bersenda gurau. Sambil sesekali
menggoyangkan kepala mengikuti irama lagu pop daerah yang sedang tenar di Ende
saat ini. Ada juga yang sedikit malu-malu bersenandung kecil mengikuti lirik
lagu yang sedang diputarkan.
Sekitar pukul 15.22 para peserta
sampai di Desa Waturaka. Di sini peserta harus berjalan kaki sekitar empat
ratus meter menuju ke tempat perkemahan, karena belum adanya akses jalan untuk
kendaraan bermotor. Peserta menelusuri selokan dengan hati-hati karena takut
tercebur.
Sore menjelang. Sementara udara
perlahan dingin menusuk kulit. Serasa sampai ke sum-sum tulang belakang. Di
perkemahan, Peserta mulai didata lagi. Ada sebelas kelompok atau komunitas yang
hadir. Diantaranya: Sakawana Bhakti, Gardapala, Kader Konservasi 1, Kader
Konservasi 2, Laskar Ambruk, Flobamora Community, Guide Lokal, Ojek Wisata,
Incita, Kafe dan Paswakarsa. Jumlah peserta 63 orang, belum termasuk panitia.
Karena berbagai alasan kegiatan ini
berjalan kurang sesuai dengan schedule
kegiatan yang telah direncanakan. Hari pertama hanya diisi oleh upacara api
unggun. Pada sambutan awal untuk memulai malam api unggun, ada sedikit
menekankan tentang makna konservasi. “konservasi itu meliputi perlindungan,
pengawetan dan pemeliharaan” dengan nada mengingatkan kepada seluruh
peserta. Setelah api unggun menyala, semua menyanyikan Lagu api unggun sudah menyala. Selanjutnya
oleh pembawa acara memberikan kesempatan ke masing-masing peserta untuk
memperkenalkan diri dan memberikan sedikit pengertian Konservasi menurut
pendapat sendiri. Sebelum mengakhiri kegiatan malam itu, dari masing-masing
komunitas diberi kesempatan untuk menceritakan sedikit sejarah dan proses
perjalanan komunitas sambil memberikan hiburan kepada semua yang hadir.
Acara hiburan dari masing-masing
komunitas diwarnai dengan berbagai jenis kreativitas. Ada yang menyanyi,
teka-teki, mendongeng dan bermain sulap. Hiburan ini diawali dengan satu lagu
dari Komunitas Fotografer Ende (Kafe) dan diakhiri dengan permainan Sulap yang
cukup menghibur dari Flobamora Community.
Di hari kedua kegiatan, pada
tanggal 28 April 2013. Udara pagi yang dingin, sedikit menurunkan semangat para
peserta untuk melanjutkan kegiatan. Sekitar pukul Sembilan lewat tujuhbelas
menit pagi itu, peserta disuguhi dengan beberapa materi. Semuanya bercerita
tentang Taman Nasional Kelimutu. Ada Pak Alfons yang menceritakan tentang
Fasilitas peningkatan peran serta kader konservasi, dan juga bercerita tentang struktural
yang ada di Kantor Balai Taman Nasional Kelimutu.
Pak Mansyur mewakili SPTN Wilayah
satu Kelimutu menjelaskan tentang 3 resort di wilayahnya. Yang pertama Resort
Kelimutu yang meliputi Desa Pemo, Waturaka, Woloara dan Nduaria. Yang kedua Resort
Wolojita yang meliputi Desa Tenda, Wiwipemo dan sekitarnya. Masing-masing desa
memiliki kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti penanaman jahe dan mengembangkan potensi yang ada di
desa tersebut untuk dimanfaatkan. Dan yang ketiga adalah Resort Wisata yang
memiliki Kelompok Binaan seperti; ojek wisata, pedagang yang terdiri atas
pemandu, kuliner dan pedagang itu sendiri dan Guide Lokal. Di wilayh ini juga ada Arboretum, insektarium dan
objek wisata utama Danau Kelimutu. Permasalahan yang masih sering terjadi ialah
Bandalisme (aksi corat-coret di
dinding dan fasilitas umum milik Taman Nasional Kelimutu) dan juga kurangnya
kesadaran pengunjung terlebih pengunjung lokal dalam hal membuang sampah yang
tidak pada tempatnya.
SPTN wilayah dua Detusoko memiliki
tiga resort. Ada Resort Detusoko, Resort Ndona dan Resort Ndona Timur.
Masing-masing resort memiliki program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
diminta untuk menemukan dan menghasilkan sendiri potensi yang ada di desanya.
Di wilayah ini juga sementara dalam proses pengerjaan tracking dari Resort Ndona Timur menuju Danau Kelimutu. Program ini
juga bertujuan sebagai jalan lain menuju danau kelimutu. Materi lain juga
diberikan Ibu Kepala Balai tentang tujuan dan tinjauan tentang Taman Nasional Kelimutu.
Juga diwarnai dengan diskusi yang alot.
Kegiatan selanjutnya ialah
penanaman pohon di bagian selatan areal perkemahan. Ada 30 anakan cemara dan tanaman lokal yang ditanam peserta. Semangat para peserta meningkat setelah diberi
kesempatan menuju air terjun di sebelah utara perkemahan. Jaraknya sekitar dua
ratus meter. Di sana para peserta dibuat tercengang dengan keindahan alam
tersebut. Aksi foto pun meramaikan suasana siang itu. Semua peserta seakan tak
mau kenangan istimewah ini dilupkan sebelum diabadikan.
Kegiatan diakhiri dengan apel
penutupan yang dipimpin oleh Camat Kelimutu. Dalam sambutan singkatnya, Bapak
Camat sangat berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada Balai Taman
Nasional Kelimutu yang telah mencanangkan dan menjalankan kegiatan ini. Baginya
ini kesempatan yang harus terulang. “Saya sangat berterima kasih kepada pihak
TNK, atas kegiatan ini. Kegiatan ini juga sebagi ajang promosi wisata alam lain
di Kecamatan Kelimutu, khususnya Desa Waturaka. Air terjun ini baru diketahui
bahkan masyarakat Moni sendiri ada yang belum mengetahuinya” kata Bapak Camat dalam
sambutannya. Setelahnya semua peserta dan panitia saling bersalaman, lalu
menyelesaikan administrasi dan pulang dengan bahagia yang tak terkira. Alangkah
nikmatnya mencintai alam. Cintailah maka kamu akan dicintai. Cintailah alam
maka alam akan mencintaimu.
Diakhir
catatan ini saya ingin membingkiskan sebuah kata hati yang diinspirasi dari
kegiatan ini:
Tiga
Untaian Tentang Kelimutu
#kelimutu
dunia telah mengenal engkau dengan
kawah berwarna tigamu
menepis berbagai mitos betapa
engkau menawan dan juga keramat
aku terpojok dipersimpangan bisu
yang mengacaukan pikiranku
dunia telah salah memperkenalkan
kemansyuran triwarna yang berubah
seketika ketika mata masa lalu
bersitatap dengan mata bathin yang suram
semenjak ramai arwah merantau ke
kedalaman keramat yang purba
para muda-mudi bersenandung cinta
menebarkan wangi rumput liar
seorang telah memanggil suanggi
agar menancapkan kuku kematian
pada setiap lekukan senyum penghuni
jagat untuk diantar ke nenektua
yang dari dulu hingga sekarang
tetap dan terus menua oleh ingatan
sementara muda-mudi hanya riang
berpesta tanpa ada pemberontakan
melihat nasib sesama yang dimatikan
dengan keji oleh perasaan sendiri
#waturaka
kau sembunyikan setiap goresan keindahan
yang telah dititipkan
padahal cakrawala telah mengabarkan
saban sore tentang mereka
kau lupa, mengukur letak kepala nipamoa yang turun singgah
meneguk kegetiran dari keringat
yang deras mengalir dari jidat
karang terjal yang mengalirkan air
ke pematang hatimu
alangkah kejamnya dikau menipu
telinga untuk mendengar gemerincing
dari lonceng dan gong yang berbunyi
ketika nipamoa menggeleng
setelah perut seolah gendut
menyeruput air yang diterjunkan dinding batu
matamu juga kau sengaja butakan
hanya untuk menipu imajinasi otak kanan
tentang keindahan yang bisa memikat
hati melampaui bijak para dewa
ah, waturaka sebegitu introvertkah
dirimu dimata dunia ini?
#liasembe
dalam hangat darahmu aku melebur
mencuci setiap dosa yang melekat
hilangkan nikmat dunia bahagiakan
nurani
engkau bahkan menjelma hamba hanya
untuk
membasuh kaki kehidupanku yang
goyah
terhadap berbagai tampilan instan
dunia
sungguh, engkau telah menjadi guru
kehidupan
menuntun kejalan nikmat yang hangat
dan mulia
engkau biarkan darahmu menjadi
tebusan
atas dosa kami yang kian menumpuk
aku terus menenggelamkan diriku
dalam hangat darahmu aku bersujud