Lelaki yang Berseteru dengan Perempuan-perempuan
: Sebuah Cerita
Ilustrasi: http://www.kompasiana.com/www.fitriyenti.multyply.com |
Lihatlah. Manusia melakukan apa ketika
saling berhadapan? Berinteraksi. Saling menyapa. Komat-kamit mulut
antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka berbicara. Ungkap kata-kata.
Dan kata-kata itu punya kuat kuasa.
Kata bisa mengusir pergi tikus yang
hendak mencuri sedikit hidangan di dapur. Kata terlalu perkasa dan kejam, lebih
tajam dari pedang bermata dua. Dengan berkata-kata kita bisa men-judge orang lain. Kata bisa membunuh dan bisa membuat orang
lain tersanjung. Memuji, menghina, merayu, memaki dan banyak lagi cara untuk
berkata-kata. Pada cinta juga.
Jatuh cinta dan rayuan adalah hal yang
sulit dipisahkan. Rayuan itu sama dengan gombal. Kita tahu sejarah penciptaan
manusia menurut kitab suci. Eva merayu Adam untuk memakan buah terlarang dan
mata mereka menjadi terang. Mereka jatuh cinta dan menghadirkan manusia baru
yang penuh cinta dan tidak memiliki cinta. Kata itu menjadi simbol. Bahasa
adalah filsafat yang cair, seperti yang dituliskan Ignas Kleden.
Benar kata orang-orang bahwa bahasa adalah
tanda. Lebih daripada itu, bahasa sebenarnya adalah kuasa. Bahasa diciptakan
oleh manusia dan kemudian bahasa menciptakan manusia. Bahasa punya kuat kuasa.
Aku sekarang sedang merasakannya. Kata-kata yang kusukai itu telah membuat hidupku
menjadi begini. Aku jadi bernafsu untuk mengatakannya pada setiap kaum hawa
yang menurutku cantik.
“Jika kemarin kamu adalah Pencuri, maka
usahakan hari ini kamu menjadi perawat. Biar hatiku yang kamu curi terawat
dengan baik dan tak jatuh ke tangan Pencuri yang lain.” Kataku pada Maya di
suatu senja.
“Epenkah???” ia dengan
culasnya.
“Menurut kamu??”
“Tidak penting. Gombal.”
“Hey… koruptor.”
“Kog. Kamu bilang aku koruptor?”
“Iya. Corruptio maxima bona est” sombongku
“Aku korupsi apa?”
“Waktuku untuk terus memikirkan kamu” aku sambil tersenyum.
Ia speechless. Lenganku di cubit
berulang-ulang lalu tersenyum.
Bergelayut manja di lengan kiriku. Kerumunan orang-orang disekitar kami tak ia
hiraukan. Aku sedikit malu dan kikuk dengan sikapnya, tapi kuladeni saja dengan
tenang. Buat apa peduli dengan orang lain. Mereka dan aku punya kehidupan
sendiri-sendiri. Dan cinta telah membuat aku memilih, bahwa hidup ini hanya
persinggahan sementara, jadi lakukan selagi kita mampu dengan penuh aroma cinta
dan wewangian kasih yang menaburi di setiap jalan kehidupan.
*****
Aku adalah lelaki yang
ingin hidup tenang dengan alam keromantisan. Berbaring empuk
lewat kata-kata indah yang memporakporandakan hati. Aku adalah lakon gambaran Sang
Pencipta yang siap menerkam manusia kedua dengan rayuan. Karena bagiku, cinta
itu paling dekat dengan rayuan dan rayuan sangatlah dekat dengan nafsu.
Semuanya antara pria dan wanita. Teringat kembali kata teman ku, wanita sering
kali bermain dengan seks untuk mendapatkan cinta sedangkan, lelaki sering kali bermain
dengan cinta untuk mendapatkan seks.
Semuanya
tak begitu mulus sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi apalah gunanya hidup
kalau tidak berusaha. Apapun yang terjadi aku harus hadapi sebelum mangsaku
benar-benar tercakar oleh kuku kegilaanku. Aku seolah bentuk masa kini dari
Cassanova, mungkin juga jelmaannya.
Aku
tidak paham mengapa sampai aku bisa begini. Ini bentuk pelampiasanku terhadap
masa laluku. Setahun yang lalu aku harus menangis. Kecewa. Seorang lelaki
katanya pantang menangis, tetapi hal ini tidak berlaku bagiku. Perasaanku
terlanjur hancur berantakan. Pecah berkeping-keping. Emmy cewek yang menjadi
pacarku, dia lah yang telah menghancurkan harapanku akan cinta yang serba
indah. Dia melenakan aku dengan kata-kata indah yang menjanjikan lalu membuatku
bagaikan pepohonan yang tumbang tak beraturan dihempas tornado.
Adalah
sepenggal cerita kala itu. Siang yang bergerimis. Celotehan burung liar di
dahan-dahan sepanjang lorong yang kulalui tak ada lagi seperti hari-hari ketika
aku melewatinya. Aku terburu menuju rumahnya. Beberapa hari berlalu tak ada
kabar darinya. Rasa penasaran dan gelisah menghantui setiap aktivitasku. Ia
begitu indah untuk kulupakan begitu saja. Sampailah juga aku di rumahnya.
Rumah
dengan desain atap dua air itu tampak lengang. Bunga-bunga terkulai lemas
setelah habis dihisap madunya. Ayunan gemulainya ke kiri dan kanan ditiup angin
sepoi. Gantungan dari bambu di depan teras berdetak-detak digoyang angin. Suasana
siang yang sayup dan sejuk. Dua ekor kupu-kupu masih bertengger di puncak
bunga. Mungkin mereka keasyikan dan lupa kalau hari sudah siang untuk segera
kembali ke sarangnya.
Sudah
beberapa kali aku mengetuk pintu dan memanggil penghuninya, tetapi tak nampak
batang hidungnya. Aku mengetuk sekali lagi dengan perasaan putus asa. Dalam
hatiku berpasrah ini yang terakhir, apabila tak ada tanda-tanda aku akan
kembali.
Hatiku
yang pupus, beranjak pergi. Kakiku menuruni tiga anak tangga yang ada di teras
rumahnya. “bruukhh..” aku terkejut oleh sesuatu yang jatuh di samping kiri
rumahnya. Perasaan ingin tahu ku yang tinggi memebuat aku berlari ke sumber
suara.
Aku
terkejut dengan pemandangan yang baru saja kulihat. Emmy tampak bermesraan
dengan lelaki yang tak kukenal. Mereka menjauh begitu melihatku hadir. Emmy
menatapku dengan wajah merah padam, bagaikan tomat masak yang siap dipetik.
Mulutku tergagap tanpa tahu harus mengatakan apa. Aku menjadi seperti oarang
gila. Berteriak tak tahu arah. Lalu lari menghindar dan menghilang,
meninggalkan Emmy yang menghampiri hendak mengatakan sesuatu.
*****
Sekarang
aku kehadiran roh penghibur. Dia
yang membuat aku dengan pikiran gilaku. Bagiku sekarang di dunia ini tak ada
perempuan yang benar-benar dipercaya. Mereka adalah kaum kemunafikan yang siap
merayu makhluk adam dengan pesona dan kemunafikan cinta mereka. Melawan perintah Sang Empunya Kehidupan. Memakan buah
terlarang. Perempuan lupa berterima kasih atas kehidupan indah yang telah
diterima secara cuma-cuma. Terburu oleh hawa nafsu.
Mulut
terlalu manis untuk mengajak serta. Berbuat seolah lemah, sebenarnya tegar agar
cepat dipercaya. Berharap perhatian, tanpa memberi perhatian dengan porsi yang
setimpal. Dengan keindahan yang bercampur kamuflase. Pilihan antara bahagia dan
derita yang ia tawarkan. Madu dan racun bersamaan, pada kedua telapak
tangannya.
Untuk
itu, sekarang aku memilih mereka sebagai korban balas dendamku. Pada semua perempuan di dunia ini, karena bagiku perempuan yang juga adalah manusia mereka memiliki satu kelemahan yang
tak mereka sadari. Perempuan masih memanfaatkan kelemahan dirinya agar mendapat perlakuan
istimewa. Sekali pun perempuan berteriak menuntut kesetaraan gender, tapi
dengan sadar ia masih bertahan pada sisi
manusia kelas dua dengan kelemahan dirinya dan penugasan khusus dirinya,
selain apa yang menjadi kodrat perempuan.
Sekarang
tinggal bagaimana aku mencari cara untuk mencapai maksudku. Anthropos physei politikon zoon. Manusia
hidup dengan penuh intrik politik untuk mencapai maksudnya. Dengan filosofi
inilah aku melebarkan sayap dengan nafsu balas dendamku. Advocatus memihak padaku.
Menggelorakan dendam yang membara.
Bulan lalu, Bunga menangis tak henti
memohon aku untuk tak memutuskan cintanya. Ia tak rela aku melepaskannya begitu
saja setelah apa yang kubuat terhadapnya. Semua miliknya menjadi milikku juga,
begitu diawal kami pacaran. Ia tak mau
aku menghempaskannya begitu saja. Baginya akulah yang terakhir dan tak ada
lelaki lain lagi dalam kehidupannya. “Lelaki ganteng di luar sana adalah
monyet” katanya suatu hari ketika aku membuat hatinya terpesona oleh cinta
palsu dengan gombalan yang kudesain.
Aku masih ingat suatu malam di taman kota,
pertama kali aku membuatnya jatuh kepangkuanku.
“ Aduh bulan indah
sekali..??”
“ Ya, Iya lah..”
“ Koq, ada dua..??”
“ Mana??”
“ Tu..” kataku sambil
menunjuk ke langit.
“ Satunya??” tanyanya
polos
“ Tu.. ” kataku sambil
menujuk dirinya yang ada di sebelah kiriku.
Ia
memeluk diriku dengan erat. Tak mau menyisakan untuk angin yang menerobos di
tengah kami. Aku tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Sinis yang hendak
ngakak mengetahui dia tak menyadari sama sekali kemunafikan dan tipu
muslihatku. Padahal dari lubuk hatiku, jauh dari kebenaran. Ia sekarang hidup dengan kehancuran
cinta.
Donna, Virna, Enny dan Berta mereka adalah
korban yang telah aku tenggelamkan impian mereka akan cinta yang begitu istimewa
di dunia. Mereka terburu oleh cinta yang begitu menarik ingin. Mereka terlalu
percaya dengan kalimat first love is
never die. Bagi mereka aku adalah cinta pertama dan berharap menjadi
terakhir. Bagiku mereka adalah anak ayam yang mempunyai keinginan besar untuk
terbang seperti rajawali. Suatu mimpi aneh. Genaplah peribahasa katak hendak
menjadi lembu.
Mereka menyadari semua muslihatku. Mereka menuntutku
dengan semua apa yang telah kulakukan terhadap mereka. Pemerkosaan. Sia-sia aku
lebih licik dari pada ular. Semuanya karena kata-kata. Bahasa bisa memutarbalikan.
Salahnya mereka, kenapa mereka mau. Mereka berpikir terlalu picik, hanya karena
kataku, aku akan bertanggungjawab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan.
Mereka juga terlalu bodoh karena percaya kataku bahwa inilah cara ampuh
pembuktian cinta. Mereka tidak bisa mengadiliku karena ini atas dasar suka sama
suka.
Aku begitu mantap dengan perbendaharaan
kataku. Kumpulan rayuan gombalku menyesak di batok kepalaku. Semaunya kubuat
perempuan terpatung hanya dengan sekali skak
mat. Semua di dunia ini hanya karena kemauan untuk dilakukan. Dunia dibuat
oleh kata-kata. Bersabdalah Tuhan maka dunia dijadikan. Tidak ada embel-embel, kita harus berterimakasih pada duka cita yang telah
mengajarkan akan rasa kasihan. Kita harus berterimakasih pada rasa sakit yang
mengajarkan kita keberanian. Dan kepada misteri yang masih tetap menjadi
misteri, karena semaunya hanya kemunafikan semata. Yang ada hanya kata yang
menjelma menjadi bahasa.
Akan
ada kata mazel tov untuk awal melakukannya. Membiarkan dendam akan kebohongan
kaum hawa yang menawarkan cinta instan dengan godaan mereka yang melumpuhkan.
Sekarang godaan mereka justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri.
Perempuan
yang bersamaku saat ini. Maya. Ia tak lama lagi. Tinggal menghitung detik
tersisa sebelum ia kucampakan, karena aku sudah berhasil. Kurengut kepunyaannya
yang kata orang adalah mahkota bagi semua perempuan. Cinta itu berawal dari
mata turun ke hati. Ia bukan menetap di hati, karena cinta itu berada di bawah
pusar.
Pesan
singkat dari Maya, nongol begitu cepat di kotak masukku. Aku tak percaya dengan
isinya. Sekali lagi kuteliti, mungkin sekedar kata-kata tak bermaksud. “ Kak…
aku sudah terlambat dua bulan. Kakak di mana?? Kita bisa bertemu sekarang
ditempat biasa.” Seolah ada guntur yang menyambar di tengah terik. Aku tak
percaya dengan ekspresi mulut ternganga. Tidak mungkin.
Dua
bulan yang lalu ia mengaku dua minggu lagi baru kedatangan tamu bulanannya.
Kenyataan sekarang dia hamil. Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus mencari cara
agar semuanya tidak menjadi masalah. Aku berang. Hanya satu jalan sekarang.
Aborsi…
Catatan:
Epenkah : emang pentingkah
Corruptio maxima bona est (bhs Latin):
Korupsi biasanya dibuat oleh orang-orang yang terlihat baik
Anthropos physei politikon zoon (bhs Yunani ) : Pada kodratnya, manusia adalah makluk yang berpolitik.
Judge (bhs Inggris) :
menghakimi
Advocatus (bhs Latin) : Roh Penghibur
Speechless (bhs
Inggris) : Terdiam, terkelu
First love is never die (bhs Inggris) :
cinta pertama takan pernah mati
Mazel tov (bhs Ibrani) : semoga sukses