Telepon Genggam Itu Selingkuh
Gambar dari: fokus.news.viva.co.id |
Siang kemarin saya
menyelesaikan tagihan kesehatan seorang pegawai. Beliau sangat ingin supaya
prosesnya dipercepat. Katanya ia membeli obat itu berkat uang pinjaman dari
kenalannya, dan orang tersebut juga sangat membutuhkan uang. Saya Cuma
menyanggupi pekerjaan saya untuk dipercepat karena ini berhubungan dengan
sistem maka saya tidak mungkin langsung menyanggupi sesuai kemauan bapak tadi.
Beberapa kali ia terus
ke ruangan saya menanyakan perihal tagihannya. Saya Cuma bisa berkata masing
diproses oleh pengolah data dan dokter perusahan. Ia nampaknya kurang puas dan
terus mendesak saya. Ia bahkan seolah sedikit memaksa. Saya tahu, ia sangat
membutuhkan uang, tapi wewenang saya sudah saya selesaikan tunggu keputusan atasan
untuk menyetujuinya. Ia kemudian meminta nomor telepon saya. Sorenya ia telpon
menanyakan perihal yang sama.
Malamnya ketika saya
sedang menonton sebuah film, terdengar telepon genggam saya berdering. Saya
berharap dari orang yang mungkin merindukan saya J ternyata dari
bapak itu lagi. Saya dengan sedikit perasaan diganggu mengangkat teleponnya.
Saya terus berkata hallo dan selamat malam sekitar 45 detik, tapi tak ada suara
dari orang yang menelpon. Saya memutuskan untuk menutup telepon. Seandainya ada
perlu penting ia pasti telepon lagi, mungkin juga signal lagi kurang
bersahabat. Saya berpikir.
Menunggu lama sampai
film yang saya tonton berakhir si bapak tadi tidak pernah menelpon lagi. Saya
berpikir lagi, mungkin saja tadi tanpa sengaja karena gesekan dari sakunya
ponsel itu langsung men-dial
panggilan terakhir. Atau bisa saja anaknya yang masih SD karena tidak tahu
memencet sembarangan dan ujungnya menelpon saya.
Pagi tadi, Si bapak
kembali ke ruangan saya. Ia bertanya perihal teleponnya semalam. Saya kemudian
bercerita sesuai kronologinya. Dengan tersenyum ia kemudian menjelaskan hal
sebenarnya kepada saya. Semalam ternyata istrinya yang menelpon. Istrinya
kebetulan memeriksa ponselnya. Barangkali suaminya telah berbuat curang ketika
ke kantor dari pagi sampai siang kemarin. Atas alasan cemburu inilah istrinya
menelpon saya karena melihat nomor kontak baru di ponsel suaminya. Istrinya
sengaja tidak mau bicara karena ia hanya ingin mendengar, suara siapakah di
seberang? Laki-laki atau perempuan?
Saya tersenyum dalam
hati. Ternyata ponsel bisa mengajak seseorang untuk berselingkuh. Untung pula
saya yang mengangkat teleponnya. Saya sulit membayangkan jika semalam keponakan
saya, gadis SMP itu yang menerimanya (karena saat itu, ia sedang mentransfer
pulsa dari ponselku untuk ponselnya).
Sekian dulu cerita
tentang ponsel yang selingkuh. Jika anda ingin berselingkuh dengan ponsel atau
gadget anda berhati-hatilah. Kadang mereka lebih “mulut ember” dibandingkan
pasangan anda. Karena mereka si pendiam yang jujur. Tapi, sebaiknya tidak usah
berselingkuh. Nikmati saja pilihan dan apa yang anda punya sekarang.