Meriam Bambu (Zengi Tana Mbo) : Informasi Kematian
Sumber gambar: http://yosephbendi.blogspot.com |
Di setiap daerah di
nusantara ini pasti mengenal dengan yang namanya meriam bambu. Meriam bambu ini
dugunakan sebagai hiburan atau memeriahkan suatu moment. Misalnya ketika bulan
puasa, anak-anak sering memainkannya selain membunyikan petasan. Atau pada masa
menjelang natal, di beberapa daerah di NTT, seperti Manggarai, Bajawa maupun
pulau timor, anak-anak sering memainkan. Semua ini sangat berlawanan dengan
daerah saya.
Di daerah saya meriam
bambu di kenal dengan sebutan Zengi Tana
Mbo. Artinya secara harafiahnya sebenarnya, minyak tanah bunyi, tapi yang
dimaksudkan adalah meriam bambu. Mungkin karena salah satu bahan yang digunakan
selain bambu ialah minyak tanah.
Sejarah meriam bambu
atau zengi tana mbo ini, tidak
diketahui secara jelas. Besar kemungkinan, ini diinspirasi dari sebuah senjata
milik bangsa pertugis yang masuk ke indonesia pada abad ke enam masehi. Bisa
jadi ketika melihat benda itu, masyarakat di indonesia mulai tertarik dan
mencoba membuatnya dengan bahan yang ada di sekitar lingkungan mereka.
Cara pembuatannya pun
terbilang sederhana, di kampung saya, bahan yang dibutuhkan hanyalah bambu dan
minyak tanah serta menggunakan parang untuk melubangi bambu di dekat bukunya
dan sandal jepit bekas untuk menutup lubang itu ketika memasukan api.
Mungkin itu sekedar
cerita meriam bambu. Tapi maksud saya menulis ini bukan lah hanya sebatas itu.
Saya ingin menyampaikan kepada pembaca sekalian bahwa di kampung saya Rajawawo,
Ende, meriam bambu ternyata mempunyai arti penting dalam menyampaikan sebuah
informasi dukacita. Bila di kampung A, ada yang meninggal, maka tanda yang
diberikan adalah dengan membunyikan meriam bambu (selain gong untuk kalangan
tertentu – keluarga yang dipandang di masyarakat atau mosalaki –). Dengan
mendengar bunyi meriam bambu orang di kampung sebelah akan tahu bahwa di
kampung A, ada kematian. Mereka mulai menerka, siapa orang yang meninggal itu,
mulai menghitung orang tua di kampung itu, atau orang yang sakit.
Ketika berada di
beberapa daerah dengan tradisi meriam bambu yang berbeda, saya merasa sedikit
terhenyak. Sebab di daerah itu, meriam bambu digunakan sebagai permainan
tradisional, sedangkan di daerah saya, meriam bambu mempunyai arti sebagai
pemberi isyarat adanya kematian di suatu kampung.
Sejarah atau cerita
lebih lengkapnya belum saya dapatkan. Tapi intinya bila ke kampung kami, dan
mendengar bunyi meriam bambu, itu bukan kelakuan iseng anak-anak menjelang
natal. Itu adalah pertanda di dekat sumber suara itu ada orang yang meninggal.
Mari kita ke sana untuk melayat dan menunjukan rasa belasungkawa sebagai sesama
makhluk fana.
1 komentar:
Write komentarHALO BUNG, SAYA MINTA IJIN MENGUNAKAN FOTO PERMAINAN MERIAM BAMBU.
Reply