Gerhana Bulan, Tersesat dalam Perjalanan Pulang
Gambar dari: http://www.google.com/imgres |
Gerhana
bulan adalah sebuah fenomena alam yang jika dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
berarti bulan berada di garis umbra. Selanjutnya dipahami sendiri karena saya
bukanlah ahli fisika atau astronomi. Saya hanya mau menuliskan sedikit tentang cerita
tentang gerhana bulan di kampung saya, Rajawawo, Kecamatan Nangapanda Kabupaten
Ende.
Gerhana
bulan di kampung, kami namakan wuza pota. wuza artinya bulan dan pota
artinya hilang atau di terjemahkan sebagai hilangnya bulan dari pandangan manusia.
Secara logika itu tak masuk akal. Bulan masih bisa dilihat, hanya cahayanya
seolah ditutup.
Pandangan
kami, wuza pota berarti bulan
tersebut telah tersesat. Ia salah mengambil jalan pulang. Pernah ketika kecil kala gerhana bulan, semua
orang akan keluar rumah. Terkecuali perempuan hamil. Orang yang sementara
nyenyak tidur pun dibangunkan. Semua keluar. Kala itu ketika kami kecil, ini
sebuah hiburan juga. Kami akan membunyikan lesung dan alu serta bunyi-bunyian dari
bambu dan lainnya yang berasal dari atau seng. Seng dan kaleng bekas akan
ditabuh. Membuat hingar bingar malam di kampung kami.
Kami
mulai bertanya pada orang tua masing-masing tentang kenapa bulan bisa hilang. Kemudian
orang tua mulai menjelaskan bahwa bulan tersesat. Ia salah mengambil jalan
pulang. Saat itu juga kami, anak-anak kecil akan berlomba siapa yang
membunyikan alat masing-masing dengan suara paling besar atau nyaring. Biasanya
di setiap depan rumah, akan dibuat api unggun. Kami membunyikannya sambil
mengelilingi api ungun. Sesekali orang tua berteriak “Bhaze wazo si ooo..” artinya pulang sudah!. Ajakan supaya bulan
pulang dan berjalan sesuai dengan jalan yang biasa dilaluinya.
Cerita
lainnya ialah, orang yang melihat pertama gerhana bulan akan berteriak Wuza pota ooo.. sambil membangunkan
semua orang. Katanya orang yang melihat pertama di kampung itu, adalah orang
yang mendapatkan rejeki. Ia dengan cepat akan memetik daun apa saja di
sekelilingnya. Daun itu di simpan. Menurut kepercayaan orang tua di kampung
saya, daun itu akan menjadi obat untuk membantu proses persalinan. Mekanisme pengobatannya
seperti apa saya juga kurang tahu.
Hal
lainnya ialah tentang ibu hamil. Ibu hamil dilarang keluar, tapi kala itu
mereka akan dimandikan malam hari. Ini bertujuan untuk menolak bala. Katanya fenomena
ini langka dan bulan yang hilang itu akan mencuri janin di setiap rahim ibu
yang hamil. Bila itu tidak ditangani secara cepat, maka akan ada musibah bagi
ibu hamil. Bisa saja anak yang lahir nanti tidak selamat atau ibunya atau bisa
jadi kedua-duanya.
Ini hanya sekedar
sharing cerita kebiasaan atau tadisi masyarakat di kampung saya tentang
fenomena gerhana bulan.