Media Massa yang Tidak Menjadi Cerminan Massa
Foto oleh Kak Gusti |
Sebuah harian yang
cukup dikenal dan terkenal di NTT, telah melakukan hal yang tidak mendidik
itu. Beberapa minggu yang lalu, ketika
saya berada di Kota Kupang, ketika kami menjadwalkan pertemuan dengan beberapa
teman-teman, seorang teman terpaksa memperlambat pertemuan hanya karena dia tak
tega melihat tiga anak kecil yang berumur lima tahun dan tujuh tahun menjual
koran sampai menjelang jam sebelas malam. Sebuah hal yang saya rasa sangat tidak
mendidik bagi generasi penerus bangsa. Selain dari segi usia yang bukan
merupakan usia yang pas untuk bekerja, juga tidak sesuai dengan waktu. Tengah malam
seharusnya mereka di rumah. Belajar, makan malam dan istirahat.
Hal yang sungguh amat
disayangkan di sini ialah mereka justru diperalat oleh media massa yang
sejatinya menjadi sebuah media yang bertujuan untuk melakukan kontrol sosial
terhadap siatuasi masyarakat, bukan cuma mengejar iklan dan oplah besar yang
dilanggan. Media di sini, saya secara pribadi tidak melihatnya lagi sebagai
corong kontrol sosial itu. Media telah beralih fungsi sebagai sebuah mulut yang
menganga lebar menadah segala macam kerakusan yang diturunkan untuk kebutuhan
diri semata dan mungkin juga telah berganti pahamnya sejalan dengan kapitalisme
yang terus merongrong idealisme masyarakat modern dewasa ini.
Secara pribadi pula,
saya mulai antipati terhadap media, khususnya media massa di NTT. (dalam hal
ini terkhusus lagi media cetak). Bagi saya media cetak sekarang tidak
memberikan berita yang bisa mempengaruhi cara pandang masyarakat ke arah yang
lebih baik. Media lebih mengejar keuntungan semata. Media tidak menyajikan berita yang mendidik. Banyak berita di media
yang saya maksudkan di atas, hanya sekedar memuat tentang tindakan yang amoral
(pembunuhan, pemerkosaan dan sebagainya), yang bagi saya berita itu tidak
mencerahkan.
Semoga media membaca
dan bisa membaharui tindakan mereka selama ini.