#Repost: Tahun Baru, Wajah Baru #malampuisiND
Tahun baru menjadi sebuah momen penting dalam kehidupan beberapa
orang. Tahun baru ditafsirkan sebagai perjalanan baru dengan mimpi baru.
Membuat resolusi untuk setahun ke depan. Ada pula yang berpikir tentang
harapan ke depan. Membuat harapan agar lebih baik dari tahun
sebelumnya.
Awal tahun baru kali ini, para penggerak #malampuisiND juga berpikir
hal demikian. Berharap. #malampuisiND yang merupakan sebuah kegitan
bulanan yang digagas Komunitas Sastra Rakat Ende (SARE) ingin
mengaktualisasikan diri sebagai sebuah kegiatan untuk para pecinta kata
di kota Ende. Itulah harapan terbesarnya.
Kegiatan bulanan baca puisi ini ingin menunjukan bahwa ruang kesenian
di kota ende hendaknya dibangun dari masing-masing pribadi. Kesenian
dalam hal ini sastra sejatinya bukan segalanya. Ia tak bisa
mengenyangkan rasa lapar seseorang. Tak bisa menyembuhakan orang dari
berbagai penyakit jasmani dan juga tak mampu menghentikan rasa haus
seorang manusia. Tapi, tanpa sastra, sesungguhnya hidup kita hampa. Kita
boleh dipenuhi dan diperkaya oleh berbagai nilai jasmani, tapi tanpa
kebutuhan rohani atau jiwa, semuan ya tak berarti apa-apa.
Untuk sebuah peradaban, sastra menjadi sebuah aspek penting. Ia bisa
secara terang-terangan memmposisikan diri untuk ‘menasehati’ secara
jujur pribadi yang dinilai telah melenceng terhadap norma dan aturan
yang berlaku di masyarakat, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
Sastra juga mampu membangkitan semangat, merombak perasaan dan memikat
nilai rasa indrawi manusia. Contoh sederhana, seseorang membaca sebuah
cerita dan dari dirinya sendiri ia merasa telah disindir oleh cerita.
Dan inilah salah satu fungsi sastra.
Di era modern ini, sastra dalam hal ini puisi, memnga sangat
digandrungi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai tulisan berupa status di
media sosial juga dalam berbagai format pesan singkat. Ini menandakan
bahwa puisi disukai banyak orang. Tapi puisi seharusnya bukan sekedar
dituliskan saja. Butuh sesuatu yang lain agar puisi semakin berkembang
dan menjadi konsumsi banyak orang. #Malampuisi dan #malampuisiND
menyadarinya. Puisi harus dibangunkan dengan bentuk lain lagi.
Mendengarkan dan membacakan menjadi sebuah bentuk lain untuk
pengapresiasian terhadap puisi. Puisi dibacakan agar pesan yang
disampaikan bisa beragam terhadap pendengarnya. Dengan begitu fungsinya
sebagai kontrol sosial terwujud. #malampuisiND telah melakukan beberapa
kali. Membacakan puisi di cafe dan juga di panti asuhan. Sebuah bentuk
tanggungjawab moril sebagai makhluk sosial.
Kali ini, #malampuisiND akan melakukan #IbadahKeTiga. Walaupun
tertatih, kami terus berdiri untuk melangkah maju. Dengan tema “Sejenak
Menepi Bersama Puisi”. Kami ingtin mengajak semua orang untuk datang
bergabung bersama kami. Entah hanya sekedar datang. Datang dan
mendengarkan atau datang, dengarkan, lalu membacakan puisi. Ini menjadi
semacam tagline atau kalimat seruan untuk semua yang berminat di seluruh
pelosok Kota Ende.
Tempatnya juga, kami memilihnya di Pantai. Sebuah landscape tentang
pertemuan dan perpisahan. Karena sesungguhnya hidup adalah keduanya itu.
Pantai Bita atau yang sering dinamalainkan dengan Bita beach.
So, bagi semua warga Ende. Datanglah pada hari Minggu, 12 januari
nanti di Bita Beach, jam 4 sore. Mari kita melakukan ritual puisi untuk
pemenuhan nutrisi jiwa kita. Kami sangat menanti dengan penuh harap dan
selalu berharap.
Salam paling puisi untuk kita semua.
Salam SARE.
Tulisan ini diambil dari Blog Malam Puisi Ende
Bisa dibaca di Sini