Rumput Tak Mencari Kuda
–Catatan Iseng Buat Tunaasmara
Semenjak Anak PAUD,
Anak TK, Anak SD, Kaum Remaja, Anak Muda, Pasutri Muda, dan Pasutri Tua usia bau
tanah, pokoknya semenjak manusia mulai berkenalan dengan yang namanya media sosial, mulai ada gonjang-ganjing tentang kehidupan pribadi. Mulai dari
menulis status remeh-temeh, sampai pada status tentang moral.
Dari status perbuatan saat ini sampai status puisi, dari status filsafat,
teologi, sosial dan berbagai status yang membuat
kening berkerut lainnya. Bahkan orang telah lupa bersyukur atas santapan di
depan matanya dengan berdoa kepada Sang Pemberi Tiada Akhir, mereka lebih
memilih memotretnya untuk diposting ke media sosial makanan itu. Biar orang tahu menu
saya hari ini, padahal itu adalah foto setahun yang lalu yang baru diposting
ulang.
Terhadap berbagai
tindakan orang-orang untuk mem-publish berbagai privasinya ke media sosial itu, ada satu hal yang kayaknya sudah menjadi kebanggan bagi para
fakir asmara. dengan bangga memproklamirkan status jomblonya ke orang lain
tanpa menyadari bahwa jomblo ada sebuah kesialan yang telah menimpa diri –lihat
saja binatang, waktu Nabi Nuh menyelamatkan mereka dari air bah, tak ada yang
dibawanya sendirian. Selalu berpasangan. Masa kamu sendiri– Dan sialnya, mereka tak
menyadari bahwa itu kesialan. Apakah merekah merasa bahwa jomblo adalah sebuah
anugerah terindah?
Saya menilai bahwa sesungguhnya dari semua yang dengan bangga
menyatakan diri pada khalayak umum terhadap status tunaasmara mereka itu,
adalah sebuah cara terselubung. Sebuah cara paling primitif yang dilakukan
dengan maksud dan tujuan, agar bila seorang gadis yang membacanya, ia akan
dengan amat prihatin lalu peduli dan dengan tak tahu malu mengakui juga, Kaka,
saya juga jomblo. Yuk, kita jadian.
Bila kalian berpikiran begitu, maka mulai dari sekarang, saya
mengajak agar, kalian membuang jauh-jauh pikiran itu. Bila perlu, buanglah pada
mulut singa, lalu masuk ke mulut harimau atau buaya. hehee.. Sebab, hal yang
anda isyaratkan tersebut tidak akan pernah dikabulkan. Perempuan itu makhluk
pasif dalam urusan cinta–bukan urusan bercinta– Mereka cenderung menunggu umpan, tak memberi umpan. Seperti yang
pernah saya baca waktu SMP dalam surat dari seorang perempuan kepada teman
kelas saya “kaka, jangan biarkan saya yang memulai dahulu. Tak elok bila rumput
yang mencari kuda” Mereka tak akan pernah mengatakan terlebih dahulu walau
mereka sudah amat sangat setengah mati dan setengah hidup mempertahankan
gejolak asmara yang membumbung setinggi angkasa di dalam dada.
Untuk itu, wahai kalian para tunaasmara di seluruh pelosok du
ia maya dan fana. Jangan sekali-kali kalian mengakui kejombloan di depan
khalayak, karena itu bukan membawa kalian pada berkah berlimpah dunia dan
akhirat, itu justru akan membawa petaka bagi hidup anda. Anda akan dikira
pengobaral cinta, pelelang hati.
Barangsiapa yang jomblo, hendaklah ia masuk ke dalam kamar
pada setiap petang pukul tiga, mengunci kamar, berlulut, tangan terkatup di
depan dada, lalu menangislah sebisamu. Tuhan, kenapa saya begini…