KONSPIRASI LILIN DAN LISTRIK SERTA BUDAYA MEMAKI
Ilustrasi |
Saya ingin
menceritakan sebuah hal yang kayaknya sudah menjadi buah bibir dan buah status
di media sosial di NTT. Anggap saja sebagai cerita lucu yang garing. Sebuah realitas dari kami, kaum
minoritas, yang bernada minor tapi tak berpenampilan
menor. Semoga kami tak bernasib seperti munir. Cerita yang mungkin jarang kalian temui di belahan dada dunia lain. Kalau tidak percaya, belalah dada ini, di sana kalian akan menemukan kegelapan yang paling pekat dalam hati. Kenapa bisa, hati
saya ini terlampau pekat bin gulita. Bukan karena putus cinta atau gagal
move on dari mantan, penyebabnya perihal yang akan saya ceritakan di
sini. Apa lagi jika bukan berhubungan dengan terang. Penerangan.
Bila
diperhatikan lebih seksama di media sosial milik orang Nusa Tenggara Timur (NTT), andai saja sebuah institute, mau bersusah payah melakukan survey ke sana maka, kalian akan menemukan persentase paling
besar keluhan manusia NTT di akun media sosial mereka ialah tentang kegelapan. Kegelapan karena dengan mudahnya pemimpin tertinggi kami menutup mata untuk kasus human
trafficking, bahkan juga aparat penegak hukumnya yang diduga bermain mata
dengan perusahan perekrut tenaga kerja.
Perusahan perekrut
tenaga kerja berusaha mencari tenaga kerja teristimewa kaum hawa, untuk
ditempatkan di beberapa tempat di tanah air bahkan luar negeri dengan
iming-iming gaji besar namun, kenyataan membuktikan bahwa mereka yang gelap
gulita dengan daerah baru itu diperbudak bahkan disiksa sesuka hati majikan,
bahkan sampai ada yang lumpuh dan lebih tragis lagi, meninggal dunia. Sebut
saja kasus Riska Bota atau Yuliana Hoar Bria.
Kegelapan itu disempurnakan dengan
kegelapan lain yang menjadi sumber terang buatan yang paling didambakan manusia di era milenium ketiga ini.
Listrik. Hal yang
berkaitan dengannya ialah mati lampu. Selalu saja padam tak
terduga dan nyala pun tak disangka. Tidak siang, tidak malam. Listrik di daerah
kami sama halnya dengan jelangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar.
Bisa jadi, PLN mencoba mengadopsi kalimat dalam permainan jelangkung untuk
motto mereka. “PLN, nyala dipaksa, mati suka-suka”.
Akibat ulah dari
PLN yang memadamkan seenak udelnya lampu atau pun peralatan elektronik di rumah
kami, saya menduga telah adanya konspirasi antara perusahan listrik itu dengan
perusahan lilin. Dari namanya saja kita bisa melihat perbedaan tipis antara
listrik dan lilin. Antara Perusahan Listrik Negara dengan Pembuat Lilin Negeri.
Merasa hasil produksi yang tak laris di pasaran, maka mereka mulai mencari
solusi agar lilin bisa laris manis di pasaran NTT.
Hal paling ajaib
dari mati lampu di daerah kami ialah mulai munculnya budaya baru yang
sebenarnya sangat tidak sopan. Bahkan sejak kecil saya sendiri telah diajarkan
oleh Nenek saya untuk tidak boleh berbicara tentang hal itu, apalagi berteriak
mengenainya. Anda akan dikejar dengan parang tumpul oleh orang tua atau
saudaranya. Makian dengan menyebut alat kelamin untuk jenis kelamin tertentu.
Kami sebenarnya
sangat tabu dengan makian. Sejak adanya pemadaman listrik yang tanpa
pemberitahuan itu, kami jadi dengan seenaknya memaki. Dengar saja, kala malam
dan tiba-tiba lampu mati, anda akan mendengar suara-suara sumbang, bahkan
paduan suara yang tak pernah dilatih. “Cuki mai PLN” itu hanya sepenggal makian
dari ribuan kata dan bahasa makian yang ada di NTT.
Ketika lampu
tiba-tiba padam lalu ada yang berteriak cukia mai Pe eL eN, anggap saja itu
adalah bahasa pujian, lantaran PLN yang telah berhasil memberi ending
mengejutkan pada lakon di layar kehidupan, kami orang NTT. Sama halnya Line
yang memberi kejutan drama singkat untuk para penggemar AADC yang membuat
mereka gagal move on.
Tips dari saya
yang telah bosan dengan kalimat makian itu bagi siapa saja. Supaya terhindar
dari budaya memaki yang telah mewabah di NTT maka, sebaiknya kawan-kawan sekalian
yang hendak ke NTT, perbanyaklah sabar dan jangan lupa bawalah perlengkapan
yang tidak boleh diupakan yakni lilin, karena PLN sudah mengganti kepanjangan
mereka menjadi PENYEBAB LILIN NYALA.
Catatan kecil:
Kemarin sore,
ketika komunitas kami diundang On air di RRI Pro 2 Ende, tengah acara, listrik
padam. Betapa mengecewakan.