Chatting Room
Zaman semakin
maju. Media tidak terbatas pada media cetak dan elektronik. Ada media yang
mampu menembus sekat. Waktu, tempat dan ruang mampu dilampaui dalam sepersekian
detik. Banyak orang mengagungkannya sebagai sebuah bentuk komunikasi yang amat
canggih. Bisa saling bercakap dan melihat wajah walau berada jauh ribuan mil. Media
itu bernama media sosial. Ada satu yang dulunya eksklusif
hanya untuk mereknya. Sekarang malah sudah ada pada setiap ponsel pintar. Namanya
blackberry messenger atau yang lebih
dikenal dengan BBM. Bahkan sekarang, pertemuan dengan kawan lama, salah satu
hal yang selalu ditanyakan ialah Pin BBM. Sehingga muncullah jargon. “Menjauhkan
yang dekat dan mendekatkan yang jauh”
Saya pernah chatting dengan kawan lama. Ia rupanya sudah
berpindah tempat tinggal di sebuah pulau yang sama dengan saya, namun berbeda
kabupaten. Ketika ditanya kerja apa, dia menjawab sekenanya saja. Bahkan ketika
saya bertanya alamat tempat tinggalnya ia tak mau memberitahunya. Katanya privasi.
Saya menamakannya perempuan sok misterius. Ia menamakan dirinya Georgeous. Pernah ada suatu waktu, terjadilah sebuah percakapan lewat BBM seperti di bawah ini.
Ketika melihat display picture (DP) lantas saya berkomentar
“lebih cantik
mamanya”
“emang”
“buah jatuh jauh dari pohonnya” saya mencoba
melucu. Tanggapannya jauh dari harapan.
“saya son ada urusan sama buah”
……………..
……………………
Kami saling berkomentar. Sampai pada sebuah pertanyaannya
yang saya akui baru ditanyakan oleh dia sepanjang perjalanan hidup per-blog-an
saya.
“blogmu isi apa sa?”
“tulisan macam-macam”
“tentang apa sa?”
“apa yang saya lihat”
“maksudnya?”
“pemikiran”
“puisi?”
“juga, terkadang”
“Oohhh”
“kayaknya bacaan berat”
“sedikit berat. Ayo berkunjung ke sana. Ada
juga yang ringan. Punya blog juga?”
“berat na. nanti sa baru beta liat”
“punya”
“Ok. Urlnya?”
“Eh, b sonde mo bilang”
“ayo su e…”
“Hadehhh”
“Orangeorgeous. Tanggapan e…”
…….
………………
Kami bercerita lagi tentang menulis, inspirasi dan motivasi. Ia
berharap saya mengingatkan dia supaya lebih sering menulis.
“saling mengingatkan sa. Hehehehee”
“yang penting jangan sok cool kalo di
inbox ato BBM”
“Hahahahaaa… siapa yang begitu? Belom kenal
sa mungkin. Banyak orang yang bilang b culas, jutek gara-gara belom kenal”
“kayak culas karmana ko ladeni orang pung
inbox”
“coba ketong bakawan sa biar enak. B memang
begitu”
“su bakawan tu sekarang. Emang ketong
bamusuh?”
“maksudnya kek bukan sekedar kenal sa. Kalo
bisa tahu kan lebih baek”
“tapi, kenapa orang Tanya kek sok
misterius?”
“kek misalnya?”
“tanya alamat kos”
“itu privasi”
“Hahahaha… karmana mo bakawan kalo buat
begitu”
“itu privasi sa”
“Ok. Privasi. B mandi do. Nanti baru
lanjut.”
“mandi na mandi. Tausah curhat di b”
“biar son merasa ditinggal ngobrol
sendiri”
Setelah itu dia menghilang. Ah, sok misterius. Eh, walaupun
dia ngobrol dengan saya menggunakan bahasa melayu Kupang, tapi diblognya
menggunakan bahasa gaul Jakarta. Pake “gue gitu”. Eh, saya jadi keceplosan. Hihihiii…
dan pada saat itu, saran saya ialah tinggalkan itu, “pake logat kupang ju enak
ang..” dan kemarin saya lihat postingan terakhir tentang karaoke-nya
menggunakan “saya”
1 komentar:
Write komentarWalehhhh... butuh kata-kata juga la..
Reply