Catatan #1 Buat Buah Hatiku
Ilustrasi di ambil dari Sini |
Entah kenapa, hari ini
suasana hati saya menjadi biru. Semendung langit ende siang ini. Saya kebanyakan
di kamar. Membaca artikel lewat handphone sambil sesekali menonton youtube jika
mulai bosan.
Saya teringat, sore kemarin.
Saya sempat menelpon mamamu. Ya, kami LDR, sayang. Sejak pacaran hingga
menikah, kami masih terpaut jarak. Mamamu dengan kesibukan pekerjaannya di
kupang dan bapamu ini, berada di arah timur kabupaten ende. Semuanya demi bapa,
mama dan demi kamu. Untuk kita semua sayang.
Sore kemarin, ketika bapa video call dengan mama, tak banyak hal
yang dibicarakan. Sekedar tanya kabar dan sedikit perhatian lewat pernyataan jangan lupa makan, jangan lupa mandi, dan
sambungan dimatikan. Mamamu sekarang tak bisa menelpon atau menerima telepon
dalam waktu yang lama. Rasanya mau muntah, kata mama. Bahkan kadang dalam hati
kecil bapa, terbersit rasa cemburu terhadap kamu. Bapa merasa perhatian mama ke
bapa berkurang. –maafkan bapa, nak.–
Tapi, bapa sadar. Itu hanya
masalah waktu. Mama dengan rasa mual muntahnya di trimester pertama kehamilan
ini memang sungguh menyiksa. Tapi, kata mama, ia bahagia sekali. Bahagia karena
tidak lama lagi, kamu akan hadir. Hadir menjadi pelengkap cinta bapa dan mama. Bapa
juga tak sabar menunggu moment itu datang.
Kemarin sore, saat sebelum
menutup video call, mamamu menjukan
sesuatu. Perutnya sudah mulai membuncit. Melihat itu, ada dua perasaan yang
muncul dalam diri bapa. Yang Pertama: bapa
bahagia. Sudah semakin nyata tanda kehadiranmu ke dunia ini. Bapa amat bahagia.
Sekali lagi, tak sabar menunggu waktunya tiba. Yang Kedua: ada rasa sedih juga. Bapa sedih karena sampai saat ini
belum seratus persen mendampingi mama. Masih berpisah jarak. Air mata jatuh
membasahi pipi bapa. Begitupun saat ini. Bapa merasa bapa belum menjadi suami
yang sesungguhnya. Andai mama tahu tentang hal ini, mama juga pasti akan marah.
Soalnya mama pernah berpesan. Bapa tidak boleh sedih. Bapa harus kuat, agar
bisa menjaga dan melindungi mama dan kamu.
Sekuat-kuatnya laki-laki,
bapa juga manusia yang rapuh. Memiliki sisi melankolis. Tapi, bapa berjanji
akan menjaga dan melindungi kalian berdua yang sekuat kemampuan bapa. Mohon maaf
apabila sampai saat ini belum bisa mendampingi mama dan kamu setiap hari.
Ende, 25 November 2018
— Djho Izmail—