Catatan #1 Buat Buah Hatiku

November 25, 2018 0 Comments A+ a-


Ilustrasi di ambil dari Sini
Langit masih mendung. Sementara saya memangku laptop sambil mengetik ini. Saya ingin menulis untuk kamu, anakku. Yang kelak akan hadir ke dunia. Tidak lama lagi. Andai, mamamu tahu Bapa sedang memangku laptop, pasti akan dimarahi. Kata mamamu, tidak baik buat kesehatan jika memangku laptop. Lebih baik memangku mama saja ya? Hehehee...

Entah kenapa, hari ini suasana hati saya menjadi biru. Semendung langit ende siang ini. Saya kebanyakan di kamar. Membaca artikel lewat handphone sambil sesekali menonton youtube jika mulai bosan.

Saya teringat, sore kemarin. Saya sempat menelpon mamamu. Ya, kami LDR, sayang. Sejak pacaran hingga menikah, kami masih terpaut jarak. Mamamu dengan kesibukan pekerjaannya di kupang dan bapamu ini, berada di arah timur kabupaten ende. Semuanya demi bapa, mama dan demi kamu. Untuk kita semua sayang.

Sore kemarin, ketika bapa video call dengan mama, tak banyak hal yang dibicarakan. Sekedar tanya kabar dan sedikit perhatian lewat pernyataan jangan lupa makan, jangan lupa mandi, dan sambungan dimatikan. Mamamu sekarang tak bisa menelpon atau menerima telepon dalam waktu yang lama. Rasanya mau muntah, kata mama. Bahkan kadang dalam hati kecil bapa, terbersit rasa cemburu terhadap kamu. Bapa merasa perhatian mama ke bapa berkurang. –maafkan bapa, nak.–

Tapi, bapa sadar. Itu hanya masalah waktu. Mama dengan rasa mual muntahnya di trimester pertama kehamilan ini memang sungguh menyiksa. Tapi, kata mama, ia bahagia sekali. Bahagia karena tidak lama lagi, kamu akan hadir. Hadir menjadi pelengkap cinta bapa dan mama. Bapa juga tak sabar menunggu moment itu datang.

Kemarin sore, saat sebelum menutup video call, mamamu menjukan sesuatu. Perutnya sudah mulai membuncit. Melihat itu, ada dua perasaan yang muncul dalam diri bapa. Yang Pertama: bapa bahagia. Sudah semakin nyata tanda kehadiranmu ke dunia ini. Bapa amat bahagia. Sekali lagi, tak sabar menunggu waktunya tiba. Yang Kedua: ada rasa sedih juga. Bapa sedih karena sampai saat ini belum seratus persen mendampingi mama. Masih berpisah jarak. Air mata jatuh membasahi pipi bapa. Begitupun saat ini. Bapa merasa bapa belum menjadi suami yang sesungguhnya. Andai mama tahu tentang hal ini, mama juga pasti akan marah. Soalnya mama pernah berpesan. Bapa tidak boleh sedih. Bapa harus kuat, agar bisa menjaga dan melindungi mama dan kamu.

Sekuat-kuatnya laki-laki, bapa juga manusia yang rapuh. Memiliki sisi melankolis. Tapi, bapa berjanji akan menjaga dan melindungi kalian berdua yang sekuat kemampuan bapa. Mohon maaf apabila sampai saat ini belum bisa mendampingi mama dan kamu setiap hari.

Ende, 25 November 2018
— Djho Izmail—

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...