Catatan #2 Buat Buah Hatiku

November 27, 2018 0 Comments A+ a-


Ilustrasi dari Sini
Anakku, setelah catatan pertama kemarin. Bapa mulai mengenang kembali. Mengenang tentang kehadiranmu yangamat didambakan. Bapa dan mama memang tak pernah berpikir untuk jadian dan menikah sebelumnya. Bapa teringat sekitar tahun 2010, saat itu, bapa lagi bersemangatnya bermain facebook. Awalnya bapa tidak suka untuk membuat akun media sosial itu. Bagi bapa, itu hanya untuk membuang waktu, apalagi dengan kiriman uang yang terbatas dari Opa di kampung yang membuat bapa berpikir dua kali. Bapa tahu, betapa sulitnya mendapatkan uang.

Opa dan oma, bisa saja tidak sarapan hanya untuk segera ke kebun. Membersihkan kebun kakao yang tak seberapa, memanjat kelapa, juga memilih kemiri untuk nantinya diolah dan dijual. Semuanya itu menjadi permenungan panjang bapa sejak kecil. Bapa sadar, sekolah itu butuh biaya yang amat besar dan bapa tak mau terlalu membebankan opa dan oma dengan pengeluaran yang tak menjadi prioritas dan bahkan sebenarnya tanpa barang-barang tersebutpun tak berpengaruh apa-apa buat kehidupan bapa. Tapi, semuanya menjadi berubah.

Saat itu, sahabat bapa, riven namanya, tapi biar dianggap gaul, dia menamakan dirinya vextra. Dialah yang mula-mula berharap saya harus mebuat akun facebook  itu. Dan akhirnya bapa mencoba untuk membuatnya. Kurang lebih sebulan, saya merasa bahwa bermain facebook itu ternyata asyik juga. Kemudian, di sela-sela kesibukan kuliah, bapa bersama sahabat bapa berusaha untuk mengisinya dengan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan wifi gratis. Di situ, selain menjadi bahan untuk tugas kuliah juga kami gunakan untuk beramain facebook

Dari bermain facebook itulah, bapa berteman secara virtual dengan mama. Saat itu, kebetulan bapa mendapatkan sebuah grup bernama RAJAWAWO NUA MERE. Bapa mencoba melihat anggotanya yang sekitar seratusan. Di situ karena merasa semuanya berasal dari rajawawo, bapa menambahkan orang-orang tersebut sebagai teman facebook bapa. Dari perteman itu, bapa dan mama sesekali berkirim pesan. Sampai suatu saat, dimana mama mengatakan suka membaca tulisan bapa di blog ini, maupun catatan di facebook. Maka, kadang ketika menuliskan catatan berupa cerpen atau puisi, bapa selalu menandai ke mama. Saat iru, tanda cinta belum muncul, tapi terbersit rasa suka, ketika bapa melihat foto profil mama.

Dari perkenalan itu, bapa mendapatkan nomor handphone mama. Sehingga terkadang bapa mengirim pesan buat mama ketika tidak sedang online. Mama saat itu, bahkan sampai saat kami bertunangan cenderung tertutup. Tak banyak kata yang dia balas. Ia menjawab sekenanya saja sesuai pertanyaan. Selebihnya hening.

Sampai suatu saat di tahun 2016, ketika bapa merasa beberapa perempuan yang sedang dekat dengan bapa tak menunjukan keseriusan, bapa mencoba menelpon mama suatu malam. Mama yang katanya tak suka mengangkat telepon dari nomor tak dikenal mengangkat juga telepon bapa. Kami bercerita dan lumayan lama. Dari telepon yang pertama itu, menghasilkan telepon-telepon selanjutnya. Dan kemudian kami pacaran. Hanya lewat telepon saat itu, bapa mengungkapkan isi hati bapa yang sebenanrnya mirip dengan pembuatan kesepakan. Tak ada kata-kata gombalan di sana. Kami bersepakat pacaran. Ya, kesepakatan. Masa pacaran kami terhitung sangat singkat. Cuma empat bulan. Dan kami kemudian bersepakat lagi untuk bertunangan di tahun yang sama juga. Dan menikah dua tahun kemudian.

Perihal mendambakan kamu, anakku, saya beberapa kali mendengar kode dari mama. Saat itu ketika masih berkantor di Labuan Bajo, amma sering bercerita tentang teman kantor mama yang hamil. Kaka, di sini semua teman kantor saya, sudah tiga orang yang hamil. Bapa mersakan betul, bagaimana mama sungguh mendambakan kamu, nak. Juga kami mulai bersepakat tentang jumlah anak. Dan lagi-lagi kesepakatan itu hanya lewat telepon.

Sampai setelah menikah, mama diam-diam melakukan test pack karena mama merasa beberapa hal yang dialami saat awal kehamilan yang mama baca di beberapa artikel di internet melanda tubuh mama. Namun, bapa melihat mama amat kecewa saat itu ketika mama bercerita kembali tentang hal yang dilakukannya dia-diam tersebut.

Dan sekarang setelah ada kamu, mama dan bapa sungguh amat bahagia. Tak sabar menunggu tangis pertamamu. Kencing pertamamu di badan bapa dan mama. Tentang menemanimu sampai subuh dengan menahan kantuk. Tentang semuanya anakku. Bapa dan mama selalu menyayangimu. 


Ende, 27 November 2018
— Djho Izmail—

Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...