Catatan #2 Buat Buah Hatiku
Ilustrasi dari Sini |
Opa dan oma, bisa saja tidak
sarapan hanya untuk segera ke kebun. Membersihkan kebun kakao yang tak
seberapa, memanjat kelapa, juga memilih kemiri untuk nantinya diolah dan
dijual. Semuanya itu menjadi permenungan panjang bapa sejak kecil. Bapa sadar, sekolah
itu butuh biaya yang amat besar dan bapa tak mau terlalu membebankan opa dan
oma dengan pengeluaran yang tak menjadi prioritas dan bahkan sebenarnya tanpa
barang-barang tersebutpun tak berpengaruh apa-apa buat kehidupan bapa. Tapi,
semuanya menjadi berubah.
Saat itu, sahabat bapa, riven
namanya, tapi biar dianggap gaul, dia menamakan dirinya vextra. Dialah yang
mula-mula berharap saya harus mebuat akun facebook
itu. Dan akhirnya bapa mencoba untuk
membuatnya. Kurang lebih sebulan, saya merasa bahwa bermain facebook itu ternyata asyik juga. Kemudian,
di sela-sela kesibukan kuliah, bapa bersama sahabat bapa berusaha untuk
mengisinya dengan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan wifi gratis. Di situ, selain menjadi
bahan untuk tugas kuliah juga kami gunakan untuk beramain facebook
Dari bermain facebook itulah,
bapa berteman secara virtual dengan mama. Saat itu, kebetulan bapa mendapatkan
sebuah grup bernama RAJAWAWO NUA MERE. Bapa mencoba melihat anggotanya yang sekitar
seratusan. Di situ karena merasa semuanya berasal dari rajawawo, bapa
menambahkan orang-orang tersebut sebagai teman facebook bapa. Dari perteman
itu, bapa dan mama sesekali berkirim pesan. Sampai suatu saat, dimana mama
mengatakan suka membaca tulisan bapa di blog ini, maupun catatan di facebook. Maka,
kadang ketika menuliskan catatan berupa cerpen atau puisi, bapa selalu menandai
ke mama. Saat iru, tanda cinta belum muncul, tapi terbersit rasa suka, ketika
bapa melihat foto profil mama.
Dari perkenalan itu, bapa mendapatkan nomor
handphone mama. Sehingga terkadang bapa mengirim pesan buat mama ketika tidak
sedang online. Mama saat itu, bahkan sampai saat kami bertunangan cenderung
tertutup. Tak banyak kata yang dia balas. Ia menjawab sekenanya saja sesuai
pertanyaan. Selebihnya hening.
Sampai suatu saat di tahun 2016,
ketika bapa merasa beberapa perempuan yang sedang dekat dengan bapa tak
menunjukan keseriusan, bapa mencoba menelpon mama suatu malam. Mama yang
katanya tak suka mengangkat telepon dari nomor tak dikenal mengangkat juga
telepon bapa. Kami bercerita dan lumayan lama. Dari telepon yang pertama itu,
menghasilkan telepon-telepon selanjutnya. Dan kemudian kami pacaran. Hanya lewat
telepon saat itu, bapa mengungkapkan isi hati bapa yang sebenanrnya mirip
dengan pembuatan kesepakan. Tak ada kata-kata gombalan di sana. Kami bersepakat
pacaran. Ya, kesepakatan. Masa pacaran kami terhitung sangat singkat. Cuma empat
bulan. Dan kami kemudian bersepakat lagi untuk bertunangan di tahun yang sama
juga. Dan menikah dua tahun kemudian.
Perihal mendambakan kamu, anakku,
saya beberapa kali mendengar kode dari mama. Saat itu ketika masih berkantor di
Labuan Bajo, amma sering bercerita tentang teman kantor mama yang hamil. Kaka, di sini semua teman kantor saya, sudah
tiga orang yang hamil. Bapa mersakan betul, bagaimana mama sungguh
mendambakan kamu, nak. Juga kami mulai bersepakat tentang jumlah anak. Dan lagi-lagi
kesepakatan itu hanya lewat telepon.
Sampai setelah menikah, mama
diam-diam melakukan test pack karena mama merasa beberapa hal yang dialami saat
awal kehamilan yang mama baca di beberapa artikel di internet melanda tubuh
mama. Namun, bapa melihat mama amat kecewa saat itu ketika mama bercerita
kembali tentang hal yang dilakukannya dia-diam tersebut.
Dan sekarang setelah ada kamu,
mama dan bapa sungguh amat bahagia. Tak sabar menunggu tangis pertamamu. Kencing
pertamamu di badan bapa dan mama. Tentang menemanimu sampai subuh dengan
menahan kantuk. Tentang semuanya anakku. Bapa dan mama selalu menyayangimu.
Ende, 27 November 2018
— Djho Izmail—