DETUKELI, RAGAM BUDAYA, HISTORIS DAN WISATA YANG TAK BANYAK DIKENAL

Desember 04, 2018 0 Comments A+ a-


(+) Hari Ini
Saya duduk sambil mengenang daerah yang saya cintai. Pulau flores yang indah. Flores yang juga dikenal dengan nama nusa bunga, merupakan negerinya bagi orang untuk berwisata. Begitu banyak panorama alam yang indah, sejarah yang perlu diperkenalkan, budaya yang mesti dilestarikan dan mitologinya yang tak kalah dengan mitologi yunani. Flores yang memiliki beberapa kabupaten itu, memberikan sajian berbeda dari tiap daerahnya. Salah satunya Kabupaten Ende.

Kabupaten Ende, adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, NTT yang cukup dikagumi karena keindahan alamnya serta budaya dan sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Banyak cerita yang berkembang di masyarkat. Menariknya, hampir tiap daerah memiliki keunikan masing-masing. Kita mengenal ada tiga bahasa di kabupaten ende. Lio, ende, dan keo. Lio dikenal dengan bahasa lionya atau disebut juga aku, karena bahasa lio, saya disebut aku. Semuanya mendiami daerah ndona sampai watuneso. Ada bahasa ende yang dikenal dengan ja’o lantaran, saya dalam bahasa ende ialah ja’o, yang mendiami daerah roworeke sampai nangapanda bagian timur dan orang nage yang disebut juga nga’o yang mendiami wilayah barat kecamatan nangapanda dan maukaro.

Berbicara mengenai daerah tersebut, ada satu daerah yang ketika masih kecil saya sudah cukup banyak mendengarnya walaupun belum pernah ke daerah tersebut. Dua alasan kenapa daerah tersebut cukup familiar buat saya. Yang pertama, karena sepupu jauh bapa saya yang tinggal di kupang, mempunyai istri orang dari daerah tersebut, dan yang kedua ialah daerah tersebut memiliki beberapa mitos dan sejarah yang cukup dikenal dalam pelajaran muatan lokal ketika saya berada di bangku sekolah dasar. Detukeli, nama daerah tersebut.

Detukeli merupakan nama suatu daerah yang berada sekitar 63 km dari Pusat Kota Ende. Detukeli juga dikenal sebagai sebuah kecamatan dengan luas wilayah 198.75 km2, dan memiliki wilayah kerja sebanyak 13 desa. Dari ketiga belas desa tersebut, ada beberapa desa yang cukup dikenal karena sejarah, mitologi maupun keindahan alamnya. Mitologi paling terkenal ialah tentang asal muasal padi, Ine Pare.

a.    Air Panas Lesugolo di Desa Nida

Lesugolo cukup dikenal saat ini, apalagi sejak berkembangnya media sosial, orang mulai mendatangi tempat-tempat wisata baru untuk bersenang-senang bahkan sekedar berfoto. Dari media sosial inilah saya mengenal lesugolo. Seorang teman, yang juga berasal dari kampung yang satu wilayah lesugolo menceritakannya.

Semburan Air Panas. Foto: Yosam De'e
Ketika bertanya tentang arti nama lesugolo, semua orang rata-rata tak bisa mengartikannya. Namun, dibalik nama tersebut terpancar keunikan dan keindahan yang tiada tandingnya. Lesugolo merupakan sumber panas bumi, di mana mata air panasnya menyembur dari dalam batu cadas. Ibaratanya air mancur buatan manusia.

Mengunjungi lesugolo ada sebuah kenikmatan tersendiri. Kita mesti berjalan kaki dari kampung nida membela hutan dan kebun milik warga. Kaki harus kuat bila hendak ke sana. Karena harus ditempuh dengan jarak yang lumayan jauh dengan berjalan kaki, medan yang menantang kadang harus dilewati. Tanjakan dan turunan membuat kita ekstra hati-hati.

Semuanya akan tidak terasa karena pemandangan alam yang begitu indah dan udara pegunungan yang masih segar plus bebas polusi membuat hidung kita seolah terus menghirup dan menghembus oksigen. Apalagi rasa udara seakan memenuhi seluruh volume kedua paru-paru kta. Sungguh, sebuah rasa yang tidak bisa kita rasakan lagi di daerah kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi.

Lesugolo adalah nama yang umum buat lokasi panas bumi ini. Tapi sebenarnya terdapat dua lokasi semburan air panas. Yang pertama Lesugolo sendiri dan Watu Sombolou. Lesugolo letaknya di dalam sungai, dengan batu setinggi sekitar 75 cm yang menyemburkan air panas. Sedangkan Watu Sombolou merupakan batu cadas besar yang juga dari dalamnya keluar air panas. Letak kedua batu ini tidak berjauhan. Temperatur air sekitar 40 derajad celcius. Cukup untuk merebus telur dalam beberapa menit.

Kita bisa berendam sepuasnya di dalam suangai yang mengalirkan air panas. Rasanya perjalanan yang jauh dan cukup melelahkan tadi akan hilang lantaran air panas memberikan sensasi tersendiri. Seperti orang yng sedang memijat tubuh kita dengan ringan. Membikin semua penat hilang serta merta.


Foto: Yosam De'e

Foto: Yosam De'e


b.    Benteng Marilonga

Tak jauh dari Desa Nida, ada sebuah Desa yang cukup dikenal dalam pelajaran muatan lokal ketika saya SD. Watunggere adalah sebuah kampung. Terletak di Kecamatan Detukeli. Kampung ini masuk dalam wilayah persekutuan adat Nida (Lio).  Di sinilah seorang pahlawan lokal yang berperang melawan penjajah Belanda dilahirkan. Nama Pahlawan itu Marilonga.

Diperkirakan Marilonga lahir sekitar tahun 1855, dari pasangan Longa Rowa dan Kemba Kore. Tahun kelahiran Mari Longa tidak pasti, karena tidak ada yang mencatat. Sekitar tahun 1893 – 1907 marilonga berperang melawan penjajah belanda. Untuk melindungi diri dan anak buahnya beliau mendirikan sebuah benteng yang cukup membuat kewalahn penjajah untuk menyerangnya. Sehingga marilonga menjadi sulit terkalahkan. Karena kelicikan belanda, suatu hari, Marilonga dapat dibunuh. Beliau wafat sebagai patriot.
Kubur Batu tempat Tulang Marilonga berada. Foto: https://www.kompasiana.com/roman
Berlokasi di Desa Watunggere Kecamatan Detukeli dengan jarak dari Kota Ende sejauh 62 km yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam, terdapat puing-puing bekas benteng yang digunakan oleh pejuang Marilonga dalam menahan gempuran tentara Belanda pada masa perang kemerdekaan. Tumpukan reruntuhan batu-batu berbentuk lingkaran yang disusun berlapis merupakan bagian terluar benteng. Di dalam benteng terdapat tumpukan batu, yang merupakan kuburan para pejuang yang gugur pada saat terjadi penyerangan tersebut. Sedangkan di Kampung Watunggere terdapat beberapa kuburan batu diantaranya kuburan batu tempat tulang belulang Marilonga disemayamkan. Pada dinding kubur terdapat terdapat tulisan/relief yang melukiskan perlawanan Marilonga terhadap Belanda. Daerah ini cocok sebagai wisata sejarah karena menawarkan sejarah yang tak terlalu banyak dikenal oleh orang luar.

c.    Hutan Wisata Kebesani
Foto: Dari Sini

Sebelum berkunjung ke wilayah Lesugolo dan benteng marilonga, kita tentu akan melihat daerah dengan jenis kayu yang sama. Namanya hutan kebesani. Menurut seorang teman yang bekerja di Kehutanan, Kebesani merupakan satu potensi yang belum pernah disentuh dan dikelola adalah tegakan Ampupu (Eucalyptus sp.) yang berlokasi di Kajundara, Desa Kebesani. Tegakan ini berada dalam areal kelompok hutan Kemang Boleng (RTK. 122) pada fungsi HL. Luas areal tegakan ampupu ini ± 200 hektar. Tegakan ini merupakan hasil kegiatan reboisasi yang dilakukan para pendahulu kehutanan di tahun 70-an. Diperkirakan sekarang telah berumur 40-an tahun.

Lokasi ini sungguh asri dan menyejukkan. Bila ingin mengganti suasana dari hingar bingar kota, kajundara menjadi tempat yang pas. Hanya ada kicauan burung. Daerah ini layak menjadi salah satu tempat outbond juga sebagai tempat bersemedi, menghilang semua kepenatan pikiran yang selama ini menumpuk, mungkin karena pekerjaan maupun karena urusan pribadi.

Tunggu apalagi, silahkan cek waktu dan keuangan anda agar bisa berlibur ke Detukeli yang menawarkan beragam destinasi wisata yang keren. Belum afdol bila ke kelimutu tanpa mengunjungi Detukeli.

Foto: Dari Sini
 
Foto diambil dari Akun Instagram Hutan Wisata Kebesani

Foto diambil dari Akun Instagram Hutan Wisata Kebesani

Foto diambil dari Akun Instagram Hutan Wisata Kebesani

*****

(-) Flashback
Hari masih pagi, di akhir november ini, mendung terus menaungi langit ende. Sementara rinai hujan, membikin saya susah untuk beranjak dari tempat tidur dalam bungkusan selimut. Memang, sekarang sedang musim hujan, jadi akan ada mendung, hujan dan tentunya dingin. Saya dikagetkan oleh getaran handphone yang saya letakkan di bawah bantal tidur. Dengan rasa malas namun penasaran dengan pesan yang diterima, saya mencoba meraih handphone dan membaca notifikasi Whatsapp grup.

Maria, --bukan Bunda Yesus,-- hehehee... mengirimkan sebuah pesan di grup yang saya ikuti. Sebuah grup Whatsapp bernama MyGreat_FloresIsland, yang bertujuan untuk memperkenalkan flores, tanah tercinta ini dari sudut pandang berbeda yang kebanyakan orang tidak mengenalnya lebih dalam. Grup ini dibuat atas inisiatif, Maria, yang bertujuan untuk berbagi foto tentang flores di Instagram. Penasaran? Bisa dilihat di sini.

Kembali lagi tentang isi pesan tadi, ternyata itu merupakan pengumuman lomba ngeblog dan ngevlog tentang pariwisata di NTT. Dengan tema umum #ExoticNTT, Dinas Pariwisata Provinsi NTT ingin orang NTT sendiri giat memperkenalkan daerahnya sebagai salah satu destinasi wisata.

Jangan lupa masuk ke mesin pencarian dengan mengetik
#Exotic_NTT
#lombablog_exoticNTT
#lombavlog_exoticNTT
#destinasiwisata_NTT
#NewTourismTeritory
#Dispar_NTT
#GenPI_NTT
#Visit_NTT

untuk mengetahui lebih banyak lagi tempat wisata di NTT.

*****
Referensi:
http://moniwoloara.blogspot.com/2011/12/mengintip-jejak-perjuangan-mari-longa.html
BPS Kabupaten Ende: Kecamatan Detukeli Dalam Angka 2017




Jangan lupa kunjungi video ini. Saat upacara adat di Nida, Detukeli


Tulisan Terbaru

Sera Diri – Salah satu Tahap Perkawinan Tana Zozo.

Ilustrasi dari internet   “saya cintau dengan kau e…” “hmmm… gombal” “Tidak e. Serius” “kalo serius buktinya mana?” “bukti apa? Be...