DETUKELI, RAGAM BUDAYA, HISTORIS DAN WISATA YANG TAK BANYAK DIKENAL
(+) Hari Ini
Saya duduk sambil
mengenang daerah yang saya cintai. Pulau flores yang indah. Flores yang juga
dikenal dengan nama nusa bunga, merupakan negerinya bagi orang untuk berwisata.
Begitu banyak panorama alam yang indah, sejarah yang perlu diperkenalkan,
budaya yang mesti dilestarikan dan mitologinya yang tak kalah dengan mitologi
yunani. Flores yang memiliki beberapa kabupaten itu, memberikan sajian berbeda
dari tiap daerahnya. Salah satunya Kabupaten Ende.
Kabupaten Ende, adalah
sebuah kabupaten di Pulau Flores, NTT yang cukup dikagumi karena keindahan
alamnya serta budaya dan sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Banyak cerita
yang berkembang di masyarkat. Menariknya, hampir tiap daerah memiliki keunikan
masing-masing. Kita mengenal ada tiga bahasa di kabupaten ende. Lio, ende, dan keo. Lio dikenal dengan
bahasa lionya atau disebut juga aku,
karena bahasa lio, saya disebut aku. Semuanya mendiami daerah ndona sampai
watuneso. Ada bahasa ende yang dikenal dengan ja’o lantaran, saya dalam bahasa ende ialah ja’o, yang mendiami daerah roworeke sampai nangapanda bagian timur dan
orang nage yang disebut juga nga’o yang mendiami wilayah barat
kecamatan nangapanda dan maukaro.
Berbicara mengenai
daerah tersebut, ada satu daerah yang ketika masih kecil saya sudah cukup
banyak mendengarnya walaupun belum pernah ke daerah tersebut. Dua alasan kenapa
daerah tersebut cukup familiar buat saya. Yang pertama, karena sepupu jauh bapa
saya yang tinggal di kupang, mempunyai istri orang dari daerah tersebut, dan
yang kedua ialah daerah tersebut memiliki beberapa mitos dan sejarah yang cukup
dikenal dalam pelajaran muatan lokal ketika saya berada di bangku sekolah
dasar. Detukeli, nama daerah tersebut.
Detukeli merupakan nama
suatu daerah yang berada sekitar 63 km dari Pusat Kota Ende. Detukeli juga
dikenal sebagai sebuah kecamatan dengan luas wilayah 198.75 km2, dan memiliki
wilayah kerja sebanyak 13 desa. Dari ketiga belas desa tersebut, ada beberapa
desa yang cukup dikenal karena sejarah, mitologi maupun keindahan alamnya. Mitologi
paling terkenal ialah tentang asal muasal padi, Ine Pare.
a. Air
Panas Lesugolo di Desa Nida
Lesugolo
cukup dikenal saat ini, apalagi sejak berkembangnya media sosial, orang mulai
mendatangi tempat-tempat wisata baru untuk bersenang-senang bahkan sekedar
berfoto. Dari media sosial inilah saya mengenal lesugolo. Seorang teman, yang
juga berasal dari kampung yang satu wilayah lesugolo menceritakannya.
Semburan Air Panas. Foto: Yosam De'e |
Ketika
bertanya tentang arti nama lesugolo, semua orang rata-rata tak bisa
mengartikannya. Namun, dibalik nama tersebut terpancar keunikan dan keindahan
yang tiada tandingnya. Lesugolo merupakan sumber panas bumi, di mana mata air
panasnya menyembur dari dalam batu cadas. Ibaratanya air mancur buatan manusia.
Mengunjungi
lesugolo ada sebuah kenikmatan tersendiri. Kita mesti berjalan kaki dari kampung
nida membela hutan dan kebun milik warga. Kaki harus kuat bila hendak ke sana. Karena
harus ditempuh dengan jarak yang lumayan jauh dengan berjalan kaki, medan yang
menantang kadang harus dilewati. Tanjakan dan turunan membuat kita ekstra
hati-hati.
Semuanya
akan tidak terasa karena pemandangan alam yang begitu indah dan udara
pegunungan yang masih segar plus bebas polusi membuat hidung kita seolah terus
menghirup dan menghembus oksigen. Apalagi rasa udara seakan memenuhi seluruh
volume kedua paru-paru kta. Sungguh, sebuah rasa yang tidak bisa kita rasakan
lagi di daerah kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi.
Lesugolo
adalah nama yang umum buat lokasi panas bumi ini. Tapi sebenarnya terdapat dua
lokasi semburan air panas. Yang pertama Lesugolo sendiri dan Watu Sombolou.
Lesugolo letaknya di dalam sungai, dengan batu setinggi sekitar 75 cm yang
menyemburkan air panas. Sedangkan Watu Sombolou merupakan batu cadas besar yang
juga dari dalamnya keluar air panas. Letak kedua batu ini tidak berjauhan.
Temperatur air sekitar 40 derajad celcius. Cukup untuk merebus telur dalam
beberapa menit.
Kita
bisa berendam sepuasnya di dalam suangai yang mengalirkan air panas. Rasanya perjalanan
yang jauh dan cukup melelahkan tadi akan hilang lantaran air panas memberikan
sensasi tersendiri. Seperti orang yng sedang memijat tubuh kita dengan ringan. Membikin
semua penat hilang serta merta.
Foto: Yosam De'e |
Foto: Yosam De'e |
b. Benteng
Marilonga
Tak jauh
dari Desa Nida, ada sebuah Desa yang cukup dikenal dalam pelajaran muatan lokal
ketika saya SD. Watunggere adalah sebuah kampung. Terletak di Kecamatan
Detukeli. Kampung ini masuk dalam wilayah persekutuan adat Nida (Lio). Di sinilah seorang pahlawan lokal yang
berperang melawan penjajah Belanda dilahirkan. Nama Pahlawan itu Marilonga.
Diperkirakan
Marilonga lahir sekitar tahun 1855, dari pasangan Longa Rowa dan Kemba Kore.
Tahun kelahiran Mari Longa tidak pasti, karena tidak ada yang mencatat. Sekitar
tahun 1893 – 1907 marilonga berperang melawan penjajah belanda. Untuk melindungi
diri dan anak buahnya beliau mendirikan sebuah benteng yang cukup membuat
kewalahn penjajah untuk menyerangnya. Sehingga marilonga menjadi sulit
terkalahkan. Karena kelicikan belanda, suatu hari, Marilonga dapat dibunuh. Beliau
wafat sebagai patriot.
Kubur Batu tempat Tulang Marilonga berada. Foto: https://www.kompasiana.com/roman |
Berlokasi
di Desa Watunggere Kecamatan Detukeli dengan jarak dari Kota Ende sejauh 62 km
yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam, terdapat puing-puing bekas benteng
yang digunakan oleh pejuang Marilonga dalam menahan gempuran tentara Belanda
pada masa perang kemerdekaan. Tumpukan reruntuhan batu-batu berbentuk lingkaran
yang disusun berlapis merupakan bagian terluar benteng. Di dalam benteng
terdapat tumpukan batu, yang merupakan kuburan para pejuang yang gugur pada
saat terjadi penyerangan tersebut. Sedangkan di Kampung Watunggere terdapat
beberapa kuburan batu diantaranya kuburan batu tempat tulang belulang Marilonga
disemayamkan. Pada dinding kubur terdapat terdapat tulisan/relief yang
melukiskan perlawanan Marilonga terhadap Belanda. Daerah ini cocok sebagai
wisata sejarah karena menawarkan sejarah yang tak terlalu banyak dikenal oleh
orang luar.
c. Hutan
Wisata Kebesani
Foto: Dari Sini |
Sebelum berkunjung
ke wilayah Lesugolo dan benteng marilonga, kita tentu akan melihat daerah
dengan jenis kayu yang sama. Namanya hutan kebesani. Menurut seorang teman yang
bekerja di Kehutanan, Kebesani merupakan satu potensi yang belum pernah
disentuh dan dikelola adalah tegakan Ampupu (Eucalyptus sp.) yang
berlokasi di Kajundara, Desa Kebesani. Tegakan ini berada dalam areal kelompok
hutan Kemang Boleng (RTK. 122) pada fungsi HL. Luas areal tegakan ampupu ini ±
200 hektar. Tegakan ini merupakan hasil kegiatan reboisasi yang dilakukan para
pendahulu kehutanan di tahun 70-an. Diperkirakan sekarang telah berumur 40-an
tahun.
Lokasi ini
sungguh asri dan menyejukkan. Bila ingin mengganti suasana dari hingar bingar
kota, kajundara menjadi tempat yang pas. Hanya ada kicauan burung. Daerah ini
layak menjadi salah satu tempat outbond
juga sebagai tempat bersemedi, menghilang semua kepenatan pikiran yang selama
ini menumpuk, mungkin karena pekerjaan maupun karena urusan pribadi.
Tunggu apalagi,
silahkan cek waktu dan keuangan anda agar bisa berlibur ke Detukeli yang
menawarkan beragam destinasi wisata yang keren. Belum afdol bila ke kelimutu
tanpa mengunjungi Detukeli.
Foto: Dari Sini |
Foto diambil dari Akun Instagram Hutan Wisata Kebesani |
Foto diambil dari Akun Instagram Hutan Wisata Kebesani |
*****
(-) Flashback
Hari masih pagi, di
akhir november ini, mendung terus menaungi langit ende. Sementara rinai hujan,
membikin saya susah untuk beranjak dari tempat tidur dalam bungkusan selimut.
Memang, sekarang sedang musim hujan, jadi akan ada mendung, hujan dan tentunya
dingin. Saya dikagetkan oleh getaran handphone yang saya letakkan di bawah
bantal tidur. Dengan rasa malas namun penasaran dengan pesan yang diterima,
saya mencoba meraih handphone dan membaca notifikasi Whatsapp grup.
Maria, --bukan Bunda
Yesus,-- hehehee... mengirimkan
sebuah pesan di grup yang saya ikuti. Sebuah grup Whatsapp bernama MyGreat_FloresIsland, yang bertujuan
untuk memperkenalkan flores, tanah tercinta ini dari sudut pandang berbeda yang
kebanyakan orang tidak mengenalnya lebih dalam. Grup ini dibuat atas inisiatif,
Maria, yang bertujuan untuk berbagi foto tentang flores di Instagram.
Penasaran? Bisa dilihat di sini.
Kembali lagi tentang
isi pesan tadi, ternyata itu merupakan pengumuman lomba ngeblog dan ngevlog
tentang pariwisata di NTT. Dengan tema umum #ExoticNTT, Dinas Pariwisata
Provinsi NTT ingin orang NTT sendiri giat memperkenalkan daerahnya sebagai
salah satu destinasi wisata.
Jangan lupa masuk ke
mesin pencarian dengan mengetik
#Exotic_NTT
#lombablog_exoticNTT
#lombavlog_exoticNTT
#destinasiwisata_NTT
#NewTourismTeritory
#Dispar_NTT
#GenPI_NTT
#Visit_NTT
untuk mengetahui lebih banyak lagi tempat wisata di NTT.
#Exotic_NTT
#lombablog_exoticNTT
#lombavlog_exoticNTT
#destinasiwisata_NTT
#NewTourismTeritory
#Dispar_NTT
#GenPI_NTT
#Visit_NTT
untuk mengetahui lebih banyak lagi tempat wisata di NTT.
*****
Referensi:
http://moniwoloara.blogspot.com/2011/12/mengintip-jejak-perjuangan-mari-longa.html
BPS Kabupaten Ende:
Kecamatan Detukeli Dalam Angka 2017
Jangan lupa kunjungi video ini. Saat upacara adat di Nida, Detukeli