Tampilkan postingan dengan label ulang tahun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ulang tahun. Tampilkan semua postingan

Gissela dan Ulang Tahun



Gissela namanya. Keponakan saya. Kami sama-sama tinggal serumah. Sifat kanak-kanaknya membuat ia ingin menguasai semua dari orang tuanya. Seperti remote TV dengan chanel anak-anak, bangku dan yang lainnya. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke empat pada tanggal lima maret yang lalu. Tepat sepuluh hari setelahnya, saya merayakan ulang tahun. Pada hari ulang tahunnya, ia begitu bersemangat. Mama dan ayahnya menyiapkan acara kecil untuk hari ulang tahunnya. Mengundang beberapa anak tetangga, teman sepermainannya dan juga beberapa teman-teman kantor orang tuanya yang bekerja di Puskesmas Maubasa.
Sore sebelumnya, ia nekat membagikan kartu undangan yang sudah ditulis sebelumnya oleh mamanya. Saya merasa lucu, perihal semangatnya. Ia belum bisa baca, tapi mau mengantarkan undangan. Takutnya salah tujuannya. Hehehee.. tapi ternyata undangannya habis dibagikan. Kurang tahu apakah tepat dengan nama penerima.
Mungkin, pada ulang tahunnya, orang banyak menyanyi lagu selamat ulang tahun, happy birthday dan potong kue, dll. Dia jadi hafal semua lagu-lagu tersebut. Kehebohannya muncul lagi dari kemarin sore. Ketika mamanya membuatkan beberapa kue untuk kami rayakan bersama dalam rangka ulang tahun saya. Ia terus menyanyikan beberapa lagu bernuansa ulang tahun kepada saya. Bahkan beberapa teman jauh, yang mendengar lewat telepon merasa lucu. (pada saat dia menyanyi, saya sedang menerima telepon). Juga mengucapkan selamat ulang tahun berulang-ulang kepada saya. “selamat ualang tahun, Om Djho” sambil mencium tangan saya.
Pagi ini, Gissela masih saja dengan kehebohannya. Setelah mandi, ia menegur saya, yang baginya salah kostum. “Om Djho, tidak boleh pake baju itu” ia melihat saya memakai pakaian kantor. Mungkin baginya ulang tahun itu harus berpakaian yang beda. Saya kurang tahu, pakaian apa yang ia maksudkan. Dari dalam kamar, saya mendengar dia, meminta ayahnya untuk mengenakan dia baju pesta. “Ayah, cari baju pesta sa”.
Bagi Gissela, ulang tahun adalah pesta. Hal ini sedikit bertolak belakang. Saya yang dari lahir tak pernah merayakan hari ulang tahun merasa sedikit ganjil. Maklum hari lahir saya yang ditolong dukun, hanya melaksanakan ritual-ritual peninggalan dari nenek moyang.
Selamat ulang Tahun Gisella. Selamat Ulang Tahun Om Djho. 

Maubasa, 16 Maret 2017

Selamat Ulang Tahun



Untuk saya dan semua yang berulang tahun hari ini

Setahun sekali, kita mengalami momentum di mana usia kita bertambah. Melewati tanggal dan bulan yang sama seperti ketika kita dilahirkan. Momen ini dinamakan ulang tahun. Ada banyak cara orang menanggapinya. Ada yang dirayakan bersama keluarga, teman, bahkan pesta semalaman, seperti sweet 17 itu.
Sejak kecil, keluarga saya tak pernah merayakan ulang tahun, bahkan termasuk orang sekampung. Bagi kami di kampung, ulang tahun itu bukan hal yang istimewa. Ulang tahun itu hal yang biasa, sama seperti setiap hari yang kita lalui. Mungkin salah satu alasan, kenapa kebanyakan orang tua di kampung tak pernah tahu persis tanggal, bulan dan tahun lahirnya. Bibi saya pernah mengatakan bahwa anaknya lahir pada musim panen jagung, di kebun baru Baratetu. Itu jawaban yang diberikan ketika saya bertanya tanggal lahir adik sepupu saya.
Atas pengalaman itu, saya tidak menjadi heran ketika saat pendataan untuk menyelesaikan tugas kuliah di sebuah desa di Timor, NTT. Orang di sana tidak tahu persis tanggal lahir mereka juga anak dan keluarga mereka. Mereka hanya mengingat musim apa orang itu lahir. Seperti musim buka lahan baru, musim panen jagung atau musim lainnya sesuai dengan kalender tradisi pertanian mereka.
Akibat pengalaman dan kebiasaan seperti itu di dalam keluarga, saya menjadi terpola dengan urusan menganggap ulang tahun itu biasa saja. Tak ada hal yang istimewa. Ulang tahun dilalui tanpa meniup lilin, kue berbagai bentuk bahkan dentuman musik. Cuma beberapa kali, kami mendapatkan permen di sekolah ketika teman-teman yang orang tuanya guru membagikannya menjelang istirahat pertama. Bahkan saya berupaya agar orang tak boleh tahu tanggal lahir saya.
Saat sekarang, saya mulai terbiasa dengan merayakan ulang tahun, tapi bukan ulang tahun saya. Di gereja, ada atensi doa untuk orang yang berulang tahun, bahkan ada yang mengundang makan malam. Dan berbagai kejutan kue dan acara tiup lilin. Seingat saya, saya pernah berlaku nakal saat seorang teman berulang tahun ketika kuliah. Saya melap beberapa potongan kue dan mentega putih ke wajahnya, membuat acara ulang tahunnya menjadi berantakan.—
Hari ini, saya berulang tahun, dan jujur saya dengan kebiasaan tidak pernah merayakan ulang tahun itu, merasa kikuk, kaku dan sedikit minder ketika orang mengucapkan selamat, apalagi menanyakan kue ulang tahun dan traktiran. Memang tak ada yang salah, namun mungkin karena sudah terpola dengan tak pernah merayakan makanya saya berperasaan begitu. Saya bahkan merasa bahwa merayakan ulang tahun, sama halnya bersyukur karena telah mendekati garis finish kehidupan. Ah, ada-ada saja.
Selamat ulang tahun, Djho. (Bisik)

Baca juga ini

Tulisan Terbaru

Catatan #4: Buat Buah Hatiku

Diilustrasi dengan AI dari Foto Asli Lagu “Home” dan Perjalanan Bapa Pulang Halo anakku, sekarang sudah bertiga, dua gadis dan Si Bungsu l...