Muspas OMK KAE dan Tangkapan-Tangkapan Kecil.
Kisah
Perjalanan
Pagi
hari. Pukul 09.32. Kamis 19 Juni 2014. Dengan sigap kami, Orang Muda Katolik
(OMK) Paroki
Santa Maria Bunda Karmel Rajawawo memasukan semua barang bawaan
kami ke dalam pick up. Kami yang
berjumlah 9 orang akan mewakili OMK Paroki Rajawawo untuk menghadiri Muspas OMK
Keuskupan di Wolofeo.
Selamat Datang OMK |
Kami
pun harus bersabar di Kota Ende dalam beberapa saat untuk membeli beberapa
perlengkapan yang akan kami gunakan di wolofeo nanti. Selanjutnya kami singgah
sebentar di sebuah rumah makan di ujung timur Kota Ende untuk santap siang.
Perjalanan
menuju Wolofeo menimbulkan gelisah dan sumringah. Barangkali dua sisi perasaan
yang berbeda itu harus di tempatkan pada diri seorang manusia yang sama. Dan
orang itu adalah saya. Ya, saya harus gelisah karena kelupaan tas samping di
sebuah rumah makan yang saya sendiri tidak sempat merekam nama itu diingatan.
Tas tersebut berisi beberapa buku saya dan juga buku catatan saya, juga
peralatan mandi, minyak rambut dan minyak wangi.
Sumringah
lantaran bisa mewakili paroki kecil kami untuk sebuah kegiatan akbar tingkat
keuskupan. Musyawarah Pastoral Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Ende
(KAE). Dengan begitu saya bisa menimba pengalaman dan berbagi pengalaman kepada
teman-teman OMK dari paroki lain. (paling tidak untuk beberapa utusan dari ke
56 paroki se KAE).
Ketika
tiba di paroki Detusoko, kami disambut oleh beberapa panitia lokal, bahkan saya
cukup senang karena panitia menyapa kedatangan kami lewat pengeras suara.
(Senang karena merasa kami saling mengenal sebagai sesama saudara). Kemudian
kami melaporkan diri di sekretariat panitia, lalu disuguhi makanan lokal. Ada
ketupat dan ikan jele balek Tomat.
Saya tidak berselera makan sebab sudah merasa kenyang karena telah santap siang
di Ende, yang menyebabkan tas itu tertinggal.
Beristirahat
beberapa saat kami langsung bersama mengadakan ibadat penghormatan sakramen
mahakudus di gereja paroki Detusoko. Saya sempat menggerutu dalam hati sebab
yang hadir di sana baru Sembilan paroki dan semua berasal dari Kevikepan Ende.
Saya merasa kegiatan ini tidak asyik jika tak ada paroki lain dan juga
paroki-paroki dari Kevikepan Bajawa tidak hadir, sebab ini Musyawarah tingkat
Keuskupan. Bukan kevikepan. Tapi, untunglah, setelah itu semua perwakilan OMK
dari paroki masing-masing bisa hadir.
Tangkapan-Tangkapan
Kecil
Dua Bunga
Tangkapan
kecil yang ingin saya ceritakan di sini ialah tentang dua bunga dan dua Diana.
Bunga dan
Diana adalah dua perbedaan, tapi bunga bisa jadi penamaan untuk
manusia, dan kedengaran indah, bukan. Tapi, untuk Diana, kayaknya belum ada bunga
yang bernama demikian. Bunga Diana. Hehehee…
Tarian Penyambutan |
Kedua
bunga adalah ikon di kemah kami. Bahkan ketika saya mendekati kedua bunga yang sedang
mekar itu, beberapa teman OMK dari paroki saya, sempat berbisik (saya
menamainya bisik-bisik tetangga). Saya yakin, mereka sedang membicarakan saya.
Perihal saya dan kedua bunga tersebut.
Kedua
bunga yang imut tersebut tentu mengalihkan perhatian saya dari mereka, tapi
sejujurnya saya tak bermaksud untuk memetik atau mencium aromanya. Saya hanya
berusaha mendekati agar terkesan bersahabat. Lagi pula, orang muda selayaknya
haruslah saling bersahabat dan bersaudara dengan sesama orang muda, bukan?
Justru
hal ini yang menimbulkan kekacauan pikir dalam otak beberapa teman saya. Mereka
menduga tanpa ada bukti yang menguatkan. Faktor kedekatan semata yang menjadi
virus yang mempengaruhi pola paham isi kepala mereka. Saya yang merasa, berbuat
seolah tak terjadi apa-apa. Saya melihat tingkah mereka lewat ekor mata
selanjutnya saya menganggap mereka tidak sedang membicarakan saya.
Perihal
kedua bunga itu, saya bahkan sempat berselisih dengan satu bunga. Cuma karena
hal sepele dari guyonan saya, membuat si bunga itu perlahan layu di hadapan
saya. Dia tak mau memberikan sumringahnya yang khas. Saya menjadi serba salah.
Bunga itu terus layu sampai waktu kami berpisah.
Itulah
tentang kedua gadis dari OMK Paroki Riti yang bernama Bunga. Kakak beradik.
Yang satu bernama Bunga Dessy dan Sang Kakak Bernama Bunga Christina.
Dua Diana
Dua
Diana di sini bukanlah judul dalam sebuah film Indonesia. Dua Diana ini nyata.
Di kemah sebelah kemah kami, ada dua Diana. Yang satunya gemuk dan lainnya
kurang gemuk. Yang satunya suka tampil dan yang lainnya tidak. Tapi keduanya
cantik.
Kisah
kedua Diana ini tidaklah lebih rumit dari kisah dua bunga. Dia yang sedikit
kurang berisi tubuhnya, dialah yang memandu acara untuk kami selama beberapa
hari di Wolofeo. Sebuah kalimat yang menjadi andalannya waktu itu, bahkan
diingat terus oleh para peserta adalah “Majuan Dikit” bahasa Indonesia khas
jawa dengan logat Ende.
Dalam
memandu acara, dia Nampak heboh sendiri sementara banyak peserta yang tak
mendengar ajakan atau pun gerakan yang mereka praktikan dalam menyanyikan
yel-yel. Teman saya kemuadian memanggilnya pada suatu siang, lalu melabelkan
dirinya STSC.
Diana
yang lainnya adalah diana yang badannya berisi. Tak terlalu gemuk. Tapi ini hal
juga yang membedakan mereka. Mereka juga dari paroki yang sama. Perihal Diana
yang satu ini, saya berkenalan dengannya ketika kami mengadakan diskusi akbar
bersama Bapa Uskup Agung Ende, Mgr. Vincent Sensi.
Di
tengah diskusi, dia yang duduk di sebelah kanan saya kemudian bertanya beberapa
hal, perihal kegiatan di paroki kami. Saya pun bercerita, dan kami masuk dalam
diskusi panjang. Ia mengatakan satu hal pada saya “Saya biasanya malas
bercerita, tapi tak jemu bila bertemu orang yang tepat.”
Karena
Diana, dengan logat Ende yang kental saya pun mengatakan, Dia na…
Tangkapan Kecil Hasil Kegiatan.
Dari
empat hari kegiatan musyawarah itu, ada beberapa hal yang menjadi agenda dan
menjadi semacam benang merah untuk kami para orang muda katolik bawa pulang dan
membagikan untuk sesama orang muda di paroki kami. Seperti yang menjadi term of reference dari Bapa Uskup, para peserta dihimbau bahwa, OMK
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bergereja harus jadi kader yang
tangguh. Selain itu ada perihal yang mesti kami perbuat untuk mejawabi hal di
atas. Banyak membaca, mendengar, dan melihat dengan realitas sosial yang
terjadi di tengah masyarakat adalah hal lain yang menyertainya.
Selain
itu, ada pula beberapa pokok penting yang dihasilkan dari sana. Hal-hal yang
bertujuan untuk menghidupkan terus dapur OMK yang notabene adalah tulang
punggung gereja. Hal-hal itu adalah Evaluasi kegiatan, diskusi langkah
konkrit karya pendampingan, pembahasan,
dan dialog tentang kebijakan praktis
karya pastoral, juga wacana pengkaderan.
Hal
lain yang patut disambut gembira dengan tepuk tangan adalah wacana Pastoral
kategorial pariwisata. Melihat betapa kepulauan ini memiliki begitu banyak aset
budaya dan keindahan alam yang bisa dieksplorasi menjadi tujuan wisata global. Pastoral
pariwisata merupakan alternatif terpuji, mendamaikan, dan menyejukan.